ANUGERAH BIDADARI

Author : Shin Sung Rin

Main Cast : Lee Sungmin (Yeoja) & Cho Kyuhyun

Support Cast : Lee Donghae (Namja) And Other Cast

Genre : Romance, Genderswitch

Rating : General

Warning : Ini adalah ff pertama author. Dan ff ini hasil remake dari novel dengan judul yang sama.

Happy reading

Warning! Banyak typo, maklum author baru ^_^

Author Comeback ^_^

CHAPTER 3

"Sudah puas memandangiku?"Sungmin membuang mukanya.

"Aku merasa tersanjung engkau terus memperhatikanku sepanjang hari ini," kata Kyuhyun sinis.

"Engkau terlalu kejam untuk dipandang," balas Sungmin.

Kyuhyun melihat kain di pangkuan Sungmin.

Sebelum Kyuhyun menyentuh pekerjaannya, Sungmin menyingkir. "Pergilah jauh-jauh. Jangan merusak hari bahagiaku."

Kyuhyun tersenyum sinis. "Aku ragu setan sepertimu bisa bahagia dengan duduk-duduk saja." Sungmin mengacuhkan kata-kata kejam itu.

"Banyak juga hal baik yang telah dilakukan setan sepertimu, Min."

Sungmin menatap tajam Kyuhyun. Kyuhyun tertawa kejam. "Kaupikir aku tidak tahu? Banyak yang akan memberitahuku. Jangan lupa di sini aku adalah penguasanya. Semua orang patuh padaku."

"Manusia kejam," desis Sungmin.

Bagi orang lain Kyuhyun adalah pahlawan mereka. Sungmin mengakui ia adalah pria yang tampan tapi Sungmin tidak mau mengakui kebaikan hati Kyuhyun. Ia telah melihat sendiri kekejaman Kyuhyun dan ia tidak akan memaafkannya.

Pria itu memang berani. Dari jutaan rakyat Vandella, hanya ia yang secara terang-terangan memberontak

pada Raja Kangin. Ia adalah pria yang pandai. Ia membuat kemahnya di lereng gunung yang terjal dan tertutup hutan lebat.

Kekasaran dan kekejaman pria itu memuakkannya.

"Aku yakin nama lengkapmu Minno. Orang tuamu tepat. Engkau memang sejelek namamu."

Sungmin tersenyum manis. "Jadi," katanya lembut, "Engkau sudah puas?"

"Engkau ingin memulainya lagi, setan cilik?" Kyuhyun mencekal lengan Sungmin.

"Lepaskan aku," desis Sungmin, "Aku tidak sudi disentuh manusia sekejam engkau."

Kyuhyun mendekatkan wajahnya ke wajah Sungmin. Mata kelabunya menembus tajam mata biru cerah Sungmin.

Sungmin membalasnya dengan tatapan yang sama tajamnya.

Tak seorang pun di antara mereka yang bergerak hingga akhirnya Kyuhyun melepaskan cekalannya.

"Engkau beruntung sekarang kita di luar," desisnya lalu meninggalkan Sungmin.

"Aku lebih beruntung bila tak melihatmu selama-lamanya!" teriak Sungmin.

Kyuhyun terus berlalu tanpa menoleh.

"Dasar wanita!"

Donghae mendengar gerutuan itu. "Ada apa?"

"Setan cilik itu benar-benar membuatku jengkel."

Donghae tersenyum. "Sudahlah, Kyuhyun. Engkau tidak perlu berpura-pura. Semua orang di sini tahu jika kau menyukainya."

"Jangan bermimpi!" bantah Kyuhyun, "Gadis itu hanya bisa membuatku jengkel."

"Benarkah itu?"

"Dia adalah setan cilik yang harus kuhindari," kata Kyuhyun tegas.

"Baguslah bila begitu," kata Donghae puas.

"Bagus?"

"Aku akan jujur padamu. Aku menyukainya. Ia adalah satu-satunya gadis yang paling menarik yang pernah kutemui. Walau kata-katanya tajam, ia pandai dan cekatan."

"Ia adalah iblis yang harus dihindari, hae."

"Ia adalah gadis cantik yang menarik," bantah Donghae, "Kalau engkau memang tidak menyukainya, jangan menjelek-jelekannya. Masih banyak yang mau menjadi suaminya kalau engkau tidak mau."

"Apa katamu!?"

"Hampir semua pria di sini tertarik pada Minnie. Tetapi demi kau, kami semua mundur. kau dan Minnie sangat cocok, tetapi karena kau sendiri yang berkata membencinya, aku akan maju sebelum disaingi yang lain. Aku berterima kasih engkau menjadikan aku orang pertama yang mengetahuinya."

"Aku tidak percaya kalian semua telah terjerat olehnya," seru Kyuhyun, "Kenapa kalian bisa sangat bodoh?"

"Jangan berkata seperti itu, kyu. Semua orang di sini tahu kau mencintainya. Tindakanmu, caramu memandangnya telah menunjukkan cintamu. Hanya dengan dia kau bisa bertengkar sehebat itu. Hanya Minnie yang mampu menghinamu tanpa membuatmu marah. Aku yakin akan berbeda halnya kalau Seohyun yang menghinamu."

"Apa maksudmu?"

"Jangan pura-pura, Kyu. Kami semua tidak buta dan tidak tuli. Pertengkaran hebatmu tadi malam terdengar oleh kami semua. Walau kami tidak tahu apa arti kata yang diucapkan Minnie kami tahu ia menghinamu."

Kyuhyun diam saja.

"Jangan diam saja, Kyu. Aku yakin kau mengerti apa yang diucapkan Minnie."

"Engkau ingin tahu?"

"Tepat sekali!"

Kyuhyun terdiam sejenak lalu berkata, "Tabib, sembuhkan dirimu sendiri. Manusia yang satu adalah serigala bagi manusia yang lain."

"Kata-kata yang cukup bermakna," komentar Donghae.

"Tepatnya nasehat," Kyuhyun membenarkan, "Bayangkan pelayan seperti dia menyuruhku memperbaiki diri sendiri. Bahkan, memperingatkanku."

"Ia memang tepat, Kyu. Tak heran ia menjadi pelayan kesayangan keluarga Lee."

Kyuhyun tidak menanggapi.

"Lihat saja hasil tindakannya. Baru dua minggu berlalu sejak ia dibebaskan. Tetapi ia sudah membuat banyak perubahan. Wanita-wanita sekarang lebih mudah memintal benang. Anak-anak mendapat pelajaran setiap hari. Bahkan, yang tua-tua pun diajarinya menulis dan membaca. Belum pernah aku melihat gadis setekun dia."

Kyuhyun tidak menanggapi. Tapi dalam hatinya ia mengakui kata-kata Donghae. Berkat gadis itulah sekarang kehidupan rakyatnya menjadi lebih baik.

"Kyuhyun…"

Rengekan itu membuat Kyuhyun berpaling. "Ada apa, Seo?"

"Lihat ini!" rengek Seohyun sambil menunjuk pipinya yang memerah.

"Adaapa dengan wajahmu, Sohyunna?" tanya Donghae.

"Perempuan itu yang melakukannya. Ia menamparku."

"Minnie?" tanya Donghae tak percaya.

"Ia memang keras kepala tetapi ia tidak mudah memukul orang apalagi menampar wanita," bela Kyuhyun,

"Engkau pasti mengatakan sesuatu yang membuatnya marah."

"Tidak," bantah Seohyun, "Aku hanya bertanya baik-baik padanya dan ia menamparku."

"Aku tidak mempercayaimu," kata Kyuhyun tajam.

"Tanyai saja dia," saran Donghae.

"Aku memang bermaksud menemuinya."

"Beri dia pelajaran!" seru Seohyun, "Aku akan senang sekali kalau engkau mengurungnya. Dasar wanita tidak tahu terima kasih!"

"Sudah, Seo," Donghae menghentikan.

Kyuhyun meninggalkan mereka tanpa berkata apa-apa.

Sungmin tetap meneruskan kesibukannya menyulam di atas sisa gaun sutranya. Ia mengetahui kehadiran Kyuhyun tetapi tidak menghiraukannya.

"Menyingkirlah," kata Sungmin tenang, "Engkau menghalangi matahari."

"Kupikir engkau senang bisa terlindung dari terik matahari."

Sungmin sedang tidak ingin berbasa-basi. "Engkau telah mendengar rengekannya, bukan? Kalau kau ke sini untuk bertanya mengapa aku menamparnya, lebih baik kau tanya padanya. Ia tahu persis sebabnya."

"Sialnya, aku lebih mempercayaimu."

"Aku merasa tersanjung," kata Sungmin dingin.

"Aku datang tanpa niat untuk membuatmu marah. Jadi, bekerja samalah denganku."

"kau tahu aku tidak mau."

"kau juga tahu aku bisa memaksamu melakukannya," Kyuhyun mencengkeram Sungmin.

Sungmin menatap tajam Kyuhyun lalu berkata, "Baiklah. Aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu."

"Setelah mendengarnya, engkau bisa memutuskan sendiri siapa yang salah," Sungmin memulai, "Seohyun datang dan menuduhku menggodamu. Katanya aku adalah wanita genit yang mencoba merampasmu darinya. Dan, aku telah mencoba menerangkan tetapi ia terus menghinaku. Kita berdua tahu itu salah. Ia bahkan menghina leluhurku dan membuat kesabaranku habis."

"Aku heran mengapa engkau tidak membungkam mulut kekasihmu seperti engkau membungkamku."

"Kekasihku?" tanya Kyuhyun heran, "Siapa yang mengatakannya padamu?"

"Bukan aku," jawab Sungmin tenang, "Tapi dia."

Kyuhyun menatap tajam Seohyun di luar rumah.

"Kusarankan kau menjelaskan padanya kalau kita saling membenci. Aku tidak suka terus

dicemburui."

"Dia bukan kekasihku."

"Terserah," Sungmin bangkit, "Biarkan aku pergi. Aku bosan terus-menerus diganggu kalian."

Kyuhyun membiarkan Sungmin pergi. Ia mempunyai urusan lain yang lebih penting daripada mengurusi Sungmin.

Sungmin yakin Seohyun akan merasakan kemarahan Kyuhyun. Diam-diam ia merasa kasihan padanya. Ia yakin selain dirinya, tidak ada lagi yang berani melawan Kyuhyun.

Sungmin masuk lebih dalam ke hutan. Ia mencari-cari pohon rindang dan duduk di bawahnya.

Suasana sepi hutan membuat Sungmin tenang. Ia mengerjakan kembali pekerjaannya.

Menyulam di kain sutra yang halus adalah pekerjaan sulit. Tapi, sisa gaun ini sayang untuk dibuang. Karena tebalnya lapisan gaun itu, mereka bisa membuat tali yang panjang dan masih menyisakan kain yang cukup lebar.

Sisa kain itu akan digunakan Sungmin sebagai taplak meja. Sungmin memberinya gambar alam yang indah dan menyulamnya dengan benang pintal yang terang. Walau pekerjaan itu belum separuhnya selesai, Sungmin dapat melihat hasilnya yang indah.

Tidak percuma ia dibesarkan di daerah yang wanita-wanitanya pandai menjahit, memintal, menenun, dan berbagai pekerjaan jahit menjahit lainnya.

"Setan cilik!"

"Ouch!" jarum Sungmin lolos dari kain dan menusuk jarinya."Kau membuatku terkejut," katanya menyalahkan.

"Apa yang kaulakukan di sini?"

"Menyepi," jawab Sungmin, "Jangan khawatir aku tidak akan kabur. Aku tahu percuma kabur darimu."

"Aku senang engkau mengerti hal itu. Tetapi, aku marah atas sikapmu."

"Aku?" tanya Altamyra tak bersalah.

"Benar, engkau telah membuat kami semua cemas. Engkau tiba-tiba menghilang dan tidak muncul waktu makan siang."

"Makan siang sudah usai?"

"Apa kau benar-benar bodoh atau linglungsih?" gerutu Erland, "Sekarang ini sudah hampir malam!"

Sungmin heran melihat langit yang mulai gelap.

"Sekarang kau baru sadar?"

"Maafkan aku," kata Sungmin.

Kyuhyun heran mendengar penyesalan yang tulus itu.

"Terima kasih engkau mau menjemputku. Aku tidak yakin bisa pulang sendiri malam-malam seperti ini. Aku belum mengenal baik tempat ini."

"Kupikir engkau tidak tahu berterima kasih."

Kalau Kyuhyun bermaksud membuat Sungmin marah, ia telah gagal. Sungmin tidak tersinggung. Dengan tenang ia berkata, "Aku membencimu tetapi aku tetap tahu terima kasih."

"Aku merasa seperti disanjung."

Sungmin beranjak bangkit. Kyuhyun diam mengawasi gadis itu memunguti barangnya satu per satu. "Ayo kita pulang."

Kyuhyun mengikuti Sungmin. Seraya menatap punggung Sungmin, Kyuhyun berpikir mengapa gadis itu bisa berubah sejauh ini. Sedikitpun ia tidak menebarkan benih-benih permusuhan, seperti biasanya. Pancingannya pun dibalasnya dengan tenang.

Entah apa yang membuatnya menjadi lebih sabar. Kalau suasana hutan bisa mendinginkan kepala gadis itu, ia akan membiarkannya sepanjang hari berada di dalam hutan. Ia sudah lelah bertengkar dengannya. Mereka selalu bertengkar. Bahkan, untuk hal-hal yang kecil. Ketika Altamyra mengatakan keinginannya

untuk tidur di dalam tenda bersama orang banyak, Kyuhyun menentangnya. Ia tidak setuju Sungmin tidur di luar. Bahkan, ketika Sungmin memutuskan akan mengajari para orang tua membaca dan menulis, Kyuhyun menentangnya. Kata Kyuhyun, Sungmin sudah cukup repot dan cukup membuatnya pusing dengan perubahan-perubahan yang dilakukannya.

Tetapi, harus dia akui bahwa Sungmin sangat peka terhadap sekitarnya. Kyuhyuh mempunyai keinginan untuk memberi rakyatnya pelajaran, tetapi ia terlalu sibuk dengan perlawanannya. Untuk itu ia menyuruh Seohyun menjadi guru mereka. Kyuhyun tahu Seohyun melakukan tugasnya dengan setengah-setengah tetapi ia terlalu pusing untuk menegur Seohyun. Sungmin tidak mengetahui hal itu. Yang diketahuinya hanya mereka membutuhkan pendidikan dan ia segera melakukannya begitu dia bebas dari selnya.

Sungmin memang patut dikagumi. Walau tangan dan kakinya terikat rapat, ia masih memperhatikan sekelilingnya. Mungkin Donghae benar sikap itulah yang membuatnya menjadi pelayan kesayangan keluarga Lee.

Dan, kini menjadi kesayangan rakyatnya yang mulanya membencinya. Sungmin tersandung sesuatu. Kyuhyun cepat-cepat menangkap tubuh gadis itu sebelum ia jatuh terjerembab. "Ceroboh!" tudingnya.

"A…aku… aku," Sungmin belum pulih dari kagetnya, "Aku tidak tahu di sini ada akar pohon." "kau memang harus diawasi ketat setiap hari."

"Aku sudah tidak apa-apa sekarang. kau bisa melepaskanku."

"Kurasa kau salah." Kyuhyun memunguti barang-barang Sungmin yang terjatuh tetapi sebelah tangannya tetap memeluk pinggang Sungmin. "Kurasa aku harus di sampingmu terus kalau kau tidak ingin merepotkanku."

"Aku yakin aku bisa menentukan arah jalanku sendiri."

"Ya, ke arah jalan yang rusak. Lebih baik kau mengalah padaku. Aku lebih mengenal tempat ini daripada dirimu."

Sungmin tahu Kyuhyun benar. Ia tidak mencoba melawan perintahnya. Ia mengikuti pria itu. Kedatangan mereka disambut hangat oleh mereka yang mencemaskan Sungmin. Mereka lega dan senang melihat Sungmin baik-baik saja. Sungmin juga melihat Seohyun berdiri di ambang pintu dengan kesal. Dari raut wajahnya terlihat jelas jika Kyuhyun telah memarahinya. Sekarang ia menjadi penuh dendam pada Sungmin. Walaupun telah mengetahuinya, Sungmin tidak takut. Ia merasa tidak bersalah atas apa yang menimpa Seohyun. Dia sendiri yang membuat dirinya mengalami semua ini. Sungmin pergi untuk membersihkan diri. Tak lama kemudian ia sudah berada di antara orang-orang yang duduk menghadap api unggun.

Mereka saling menceritakan pengalaman mereka masing-masing. Sementara yang satu bercerita, yang lain mendengarkan dengan penuh perhatian. Bergantian mereka menceritakan pengalaman mereka masing-masing. Sungmin senang mendengarkan cerita mereka, tetapi ia selalu mengelak menceritakan masa lalunya.

"Aku tidak pandai bercerita." Itulah yang selalu dikatakannya tiap kali tiba gilirannya.

Masa lalunya yang penuh penderitaan adalah satu di antara banyak hal yang ingin dilupakan Sungmin. Ia tidak mau membagi duka masa lalunya dengan siapa pun. Ia ingin menyimpannya sebagai kenangannya sendiri.

"Kali ini pun kau tidak mau bercerita?" tanya Donghae.

"Aku hanya dapat berharap kalian mengerti aku tidak ingin membagi masa laluku dengan siapa pun," kata Sungmin lembut.

"Di sini kita semua adalah teman," Donghae meraih tangan Sungmin, "Tidak ada rahasia di antara kita."

"Itulah yang membuat aku senang tinggal di sini."

"Apakah menjadi pelayan keluarga Lee tidak menyenangkanmu? kau itukan pelayan kesayangan mereka, bukan?"

"Andaikan aku adalah pelayan kesayangan mereka, seorang pelayan tetaplah pelayan. Ia harus tunduk pada perintah majikannya. Aku adalah burung yang bebas dan tidak mau terikat. Semua itu membuatku tersiksa bagai dikurung. Mereka mematahkan sayapku hingga aku tidak bisa terbang."

Donghae bergerak mendekati Sungmin. "Aku dapat membayangkan kesusahanmu."

Sungmin tidak suka saat melihat Donghae semakin mendekatinya.

"Mengapa tidak kauceritakan saja kesusahanmu itu?"

Baru kali ini Sungmin senang mendengar suara sinis itu. Suara itu membuat Donghae melepaskan tangannya dan bergerak menjauh.

Sungmin tidak melihat kapan Kyuhyun tiba, tetapi sekarang Kyuhyun sudah ada di sisinya.

"Akan kucoba," kata Sungmin, "Walau aku tidak pandai bercerita."

"Itulah yang kita nantikan!" seru Donghae.

"Kalian tahu bagaimana perasaan seekor burung dalam sangkar?" Sungmin memulai ceritanya.

"Biasanya ia dapat terbang ke mana pun ia mau dan kini ia hanya bisa terbang dalam sangkarnya yang sempit. Walaupun sangkarnya luas dan terbuat dari emas, ia tidak bahagia. Sebab ia telah terbiasa terbang ke manapun ia mau. Ia bebas mencari dan melakukan apa yang disukainya."

"Tetapi, kini ia hanya dapat duduk dalam sangkar. Ia hanya dapat melihat alamnya yang hijau tanpa dapat terbang kesana. Ia hanya dapat membayangkan hutannya yang hijau rimbun dan sejuk. Kerjanya hanya menanti tuannya memberinya apa yang tidak disukainya. Ia tidak mau melakukannya, tetapi demi bertahan hidup ia memaksa dirinya sendiri untuk melakukannya."

"Sering kali ia berpura-pura sekarat dengan harapan tuannya akan melepaskannya tapi tuannya terlanjur sayang padanya. Setiap kali melihatnya kurang sehat, sang tuan segera mencarikan dokter terbaik untuk mengobatinya. Maka, ia pun mencoba melakukan yang yang terbaik bagi tuannya agar ia segera dilepaskan. Tapi," Altamyra mendesah panjang.

"Ia salah lagi," Sungmin sedih, "Tuannya menjadi semakin menyayanginya dan tidak mau melepaskannya. Sekarang ia telah bebas dan ia sangat bahagia. Karena itu kukatakan pada kalian, kebebasan itu sangat penting. Hanya dengan kebebasan kita bisa bahagia."

"Hebat sekali!" Donghae memberi Sungmin tepuk tangan. "Kalau kau mengelak lagi dengan berkata tidak pandai bercerita, aku akan menertawakanmu. Engkau sangat pandai bercerita. kau mengumpamakan dirimu dengan burung dan membuat kami seperti melihat sendiri bagaimana kehidupan sang burung yang tidak bahagia."

"Terima kasih." Sungmin merasa tidak enak mendengar pujian itu.

"Sudah cukup," kata Kyuhyun tiba-tiba, "Sekarang waktunya kau tidur."

Sungmin terkejut Kyuhyun tiba-tiba menariknya. Untung saja lukanya sudah lama sembuh, kalau tidak luka itu pasti sudah membuka lagi karena kekasaran Kyuhyun.

"Ada apa denganmu?" protes Sungmin.

"Sekarang waktunya kau tidur," jawab Kyuhyun dingin.

"Tapi aku tidak tidur di sini. Aku tidur di luar sana."

"Mulai malam ini engkau tidur di kamarku."

"Apa!?" pekik kaget Sungmin.

"Sudah kukatakan aku harus mengawasimu secara penuh," kata Kyuhyun sesinis senyumannya.

"Tidak!" protes Sungmin, "Aku tidak mau!"

"Sayangku," kata Kyuhyun berbahaya. Kyuhyun menatap Sungmin lekat-lekat. "Jangan mempersulit dirimu sendiri."

"Aku tidak mau tidur di tempatmu!" Sungmin balas menatap tajam.

Kyuhyun tersenyum kejam lalu mengangkat tubuh Sungmin.

"Turunkan aku!" ronta Sungmin. "Turunkan!"

Sungmin terus meronta-ronta dan memukuli dada Kyuhyun tetapi pria itu tetap melangkah pasti menuju kamarnya.

"Aku membencimu," desis Sungmin saat Kyuhyun meletakkannya di tempat tidur. "Sampai mati pun aku tidak akan memaafkanmu!" Kyuhyun tiba-tiba memeluk Sungmin.

Sungmin meronta kuat-kuat tetapi Kyuhyun juga memperkuat pelukannya hingga Sungmin merasa dadanya sesak.

"Manusia kejam," desis Sungmin, "Perbuatanmu sama buruknya dengan si Raja serigala itu. kau tidak pantas menggantikannya."

Altamyra tidak mempedulikan apa-apa lagi termasuk air mata yang mengalir di pipinya. "Bagaimana engkau akan memperbaiki kehidupan rakyat kalau engkau sekejam dan sekasar ini?" desisnya penuh kebencian dan kesedihan.

Tidak Sungmin duga, Kyuhyun mencium air mata yang menuruni pipinya.

"Akan kutunjukkan padamu kalau aku bisa bersikap lembut," kata Kyuhyun lembut, "Tapi itu pasti sulit. Engkau, setan cilik, membuatku selalu ingin menyiksamu sampai mati."

"Lebih baik aku mati daripada kausentuh," desis Sungmin.

"Aku tidak akan membiarkannya terjadi," kata Kyuhyun dengan nada menghibur.

Sungmin semakin membenci Kyuhyun. Kalau Kyuhyun tidak memeluknya kuat-kuat, ia pasti sudah meledak-ledak. Matanya menatap Kyuhyun dengan api kemarahan yang berkobar-kobar. Kyuhyun mencium bibir Sungmmin dengan lembut lalu membaringkannya dengan lembut pula. "Tidurlah," katanya, "Aku akan tidur di lantai."

Kyuhyun menyelimuti Sungmin lalu mengambil guling di sisi gadis itu. Sungmin menarik selimutnya tinggi-tinggi saat tubuh Kyuhyun menyeberangi tubuhnya. Kyuhyun tersenyum nakal dan berkata, "Engkau lebih cantik kalau diam seperti ini." Kyuhyun mencium Sungmin sekilas sebelum berbaring di lantai. Wajah Sungmin merah padam. Seumur hidup baru kali ini dipuji cantik oleh seorang pria.

Sungmin merasa dirinya tolol. Karena pujian pria yang dibencinya saja, ia sudah seperti salah tingkah. Jantungnya berdegup kencang melihat Kyuhyun berbaring di sisi kaki ranjang. Sungmin senang melihat wajah tampan yang terpejam itu. Tetapi, ia membencinya saat wajah itu memandangnya dengan sinis.

Sungmin tahu jika Kyuhyun pria yang berani dan baik. Kalau saja kebenciannya tidak ada, ia pasti telah terpikat padanya. Tetapi, ia masih marah atas sikap Kyuhyun pada pengawal-pengawal itu. Kemarahannya seperti anak kecil. Sungmin tahu hal itu tetapi ia tidak bisa berhenti membenci Kyuhyun. Sungmin yakin Kyuhyun seperti dirinya. Ia juga tidak bisa berhenti membencinya. Kalau mereka sama-sama mau melupakan kemarahan mereka yang tidak berarti, mereka bisa rukun. Bila ingin kehidupannya di tempat ini lebih baik untuk hari-hari selanjutnya, Sungmin harus mau berusaha melupakan kemarahannya yang tiada berujung.

Kyuhyun pusing.

Hari-hari belakangan ini semua yang dilakukannya tidak ada yang beres. Ia tidak dapat memanah dengan tepat. Permainan pedangnya kacau. Semua perhatiannya hilang. Semuanya tercurah untuk seorang gadis yang dapat mengobrak-abrik ketenangannya. Setan cilik satu itu memang tidak bisa dilepaskan walau hanya sesaat. Selalu saja ada yang mengekorinya.

Kyuhyun heran bagaimana gadis itu menarik perhatian para pria hingga ia selalu dikejar mereka seperti lebah dan madu.

"Engkau memikirkan apa?" Kyuhyun menatap Donghae. "Aku tidak tahu."

"Jadi, engkau mengakuinya?"

"Mengakui apa?"

Donghae menyandarkan punggung di pohon dan berkata, "Engkau menyukai Minnie."

"Aku!?"

"Semua orang tahu engkau mencintai Minnie," kata Donghae, "Malam saat kau menarik Minnie, kau menunjukkan kecemburuanmu."

"Aku!?"

"Akui saja kau cemburu. Semua yang ada disanatahu kau cemburu padaku."

"Apa yang semalam kalian mimpikan?"

"Kami bermimpi engkau dan Minnie menikah." Donghae tersenyum nakal.

Kyuhyun mengibaskan tangannya sambil berkata, "Jangan terlalu banyak bermimpi."

"Terserah kalau kau tidak mau mengakuinya. Tapi, jangan katakan aku tidak memperingatimu, "kata Donghae, "Saat ini banyak yang nekat merebut Minniemu. Aku khawatir kalau engkau tidak bergerak cepat, engkau akan kehilangan dia untuk selamanya."

"Untuk apa aku mengkhawatirkannya?"

"Terserah padamu," kata Donghae,

"Saat ini beberapa anak muda berencana untuk melamar Rara."

"Melamarnya?" Kyuhyun terlonjak kaget.

"Aku mendengarnya sendiri. Mereka akan mengajukannya siang ini."

"Apakah mereka tidak dapat berpikir mereka masih terlalu kecil untuk menikah? Mereka masih anak-anak!"

"Daripada engkau ribut di sini, lebih baik engkau menemui Minniemu," Donghae memberi usul. "Aku baru saja akan menemuinya," Kyuhyun meloncat bangkit.

Donghae tersenyum puas dan berseru, "Lamar dia sebelum didahului yang lain!"

Kata-kata itu menimbulkan ide di benak Kyuhyun. Mungkin itu jalan yang terbaik. Mereka tidur dalam satu kamar telah menimbulkan banyak gosip. Pernikahannya dengan gadis itu akan menghentikan gosip-gosip itu dan dapat memulihkan nama baik mereka. Dengan pernikahannya itu pula ia menjadi lebih leluasa untuk mengawasi gadis itu. Akhirnya Kyuhyun harus mengakui kecantikkan Sungmin. Sejak awal gadis itu telah membuat banyak hal yang membuatnya takjub. Mula-mula ia marah sambil menangis. Lalu ia terus menghinanya tanpa henti. Kyuhyun yakin tak ada pria yang tahan mendengar rentetan hinaan itu selain dirinya. Hanya gadis itu saja yang mampu menahan sakit dan lapar selama berhari-hari. Kyuhyun yakin ia takkan dapat menemukan gadis lain yang seunik setan ciliknya. Setan ciliknya itu sama sekali tidak mengenal rasa takut.

Melihat wajahnya yang cantik seperti boneka, orang takkan menduga hal itu. Matanya yang biru cerah selalu menatap tajam. Rambut panjangnya yang keemasan selalu bersinar lembut. Tak seorang pun yang tidak takut pada kemarahannya selain dia. Rupanya gadis itu tidak hanya menarik untuknya saja. Semua orang tertarik dengan kepandaian dan ketangkasannya. Akhirnya Kyuhyun harus mengakui bahwa ia tertarik pada gadis itu dan mencintainya.

Donghae benar kalau sekarang ia tidak segera bertindak, ia bisa kehilangan Sungmin untuk selama-lamanya. Kyuhyun mempercepat langkahnya. Ia merasa harus menemukan Sungmin secepat mungkin sebelum ada yang mendahuluinya. Sungmin berlari-lari kecil sambil bersenandung. Ia merasa sangat gembira.

Hijaunya pepohonan ini mengingatkannya pada desa Marshwillow tempat ia dibesarkan. Ia merindukan desanya yang hijau.

"Setan cilik!"

Sungmin jengkel. Kyuhyun merusak kegembiraannya untuk kesekian kalinya selama ini berada di tempat ini.

"Ada apa?" tanya Altamyra acuh.

"Apa yang kaulakukan di sini?" selidik Kyuhyun.

"Khawatir aku kabur?" tanya Sungmin, "Jangan khawatir, aku tidak akan kabur. Masih banyak yang harus kulakukan untuk rakyatmu."

"Aku senang mendengarnya. Kalaupun engkau kabur, aku pasti bisa menemukanmu."

"Aku yakin engkau akan." Kyuhyun menarik tangan Sungmin. "Berhentilah, aku ingin berbicara denganmu."

"Apa lagi yang harus kita bicarakan?" tanya Kyuhyun. "Aku telah setuju untuk tidur di kamarmu. Aku juga telah berjanji tidak akan kabur. Masih adakah yang kurang?"

"Apakah engkau tidak bisa bekerja sama denganku walau hanya sekali?"

"Tidak," jawab Sungmin tegas, "Aku tidak bisa bekerja sama dengan orang yang kubenci."

"Sebenarnya, apa yang membuatmu marah padaku?" tanya Kyuhyun. "Aku telah berulang kali minta maaf padamu atas kekasaranku padamu. Apakah itu belum cukup?"

Sungmin membuang muka.

"Hanya engkau satu-satunya wanita yang bisa memendam marah lebih dari satu bulan."

"Terima kasih," kata Sungmin dengan tersenyum.

"Engkau mau memberitahuku?"

"Engkau sudah tahu mengapa aku tidak dapat berhenti membencimu," kata Sungmin dengan tenang. "Baiklah," Kyuhyun mengalah, "Aku minta maaf atas semua kesalahan, kekasaran serta segala sikapku yang tidak pantas padamu." Kyuhyun menatap Sungmin, "kau puas?"

"Belum."

Kyuhyun mengangkat tangannya dengan pasrah. "Aku tidak tahu apa yang membuatmu terus membenciku. Aku datang bukan untuk mencari pertengkaran baru. Aku datang untuk melamarmu."

"Melamarku?" tanya Sungmin tak percaya.

"Aku bertanya maukah engkau menjadi istriku?" ulang Kyuhyun dengan tegas.

Sungmin memandangi Kyuhyun. "Engkau tidak sedang mabukkan?"

"Tidak," sergah Kyuhyun. "Aku sadar apa yang kukatakan."

Sungmin menatap Kyuhyun lekat-lekat.

"Engkau bersedia?"

"Tidak!" sahut Sungmin tegas, "Aku tidak mau menikah denganmu!"

Kyuhyun menangkap lengan Sungmin. "Engkau harus," desisnya.

"Tidak!" bantah Sugmin, "Engkau tidak dapat memaksaku!"

"Baiklah," Kyuhyun mengalah. "Aku memberimu waktu sampai malam ini."

"Hanya malam ini," Kyuhyun menegaskan.

"Aku tetap tidak sudi!" seru Sungmin pada punggung Kyuhyun yang menjauh.

"Menikah dengannya?" kata Sungmin pada dirinya sendiri. "Sampai mati pun aku tak sudi."

Kecuali kemarahannya yang belum sirna, Sungmin telah mengakui Kyuhyun adalah pahlawan. Ia mengagumi keberaniannya. Tapi, perasaan Sungmin hanya sampai sejauh itu.

Kalau ia disuruh memilih antara menikah dengan Kyuhyun atau membiarkan Seohyun merebut Kyuhyun, ia pasti akan memilih membiarkan Seohyun menikah dengan Kyuhyun. Ia mengagumi Kyuhyun tetapi tidak tertarik untuk menikah dengannya.

Sungmin melupakan pinangan Kyuhyun. Apapun yang terjadi, ia tetap akan mengatakan "TIDAK!"

Dengan hati riang, ia kembali menari-nari di hutan. Di hutan itu ia mengenang kembali desa Marshwillownya yang hijau. Ia benar-benar ingin kembali ke desanya sebelum ia dipaksa meninggalkannya.

Sungmin terus bermain di hutan sampai siang. Seperti biasa, di siang hari ia membantu para wanita memintal benang. Sore hari ia membantu mereka menyiapkan makan malam.

Sungmin ingin makan malam bersama mereka, tetapi Kyuhyun tidak memperbolehkannya. Seusai membersihkan diri dan membantu para wanita, Kyuhyun memaksanya naik ke Kyuhyun, ia sudah lelah bertengkar.

Lebih baik terlebih untuk malam ini, Sungmin segera naik ke atas dan duduk diam di kamar sampai pagi. Tidak seperti biasanya malam itu Kyuhyun segera masuk ke kamar. Kyuhyun tidak segera menanyai Sungmin. Ia menyibukkan diri di meja kerjanya.

Sungmin tidak mempedulikannya, ia duduk di pojok ranjang dan terus menyulam. Ia ingin segera menyelesaikan taplaknya. Sungmin yakin malam ini juga taplaknya bisa selesai. Yang belum diselesaikannya hanya awan-awan kecil dan burung-burung yang terbang di angkasa.

Tiba-tiba Sungmin merasa ada yang mengawasinya. Sungmin mengangkat kepalanya dan terkejut melihat Kyuhyun tengah memperhatikannya.

"Kelihatannya engkau sibuk sekali."

Sungmin meletakkan sulamannya. Ia tahu saatnya telah tiba.

Kyuhyun duduk di samping Sungmin. "Bagaimana?" tanyanya lembut.

"Dengan sangat menyesal," kata Sungmin lambat-lambat, "Aku tetap tidak dapat menikah denganmu."

Sungmin telah berkata tenang agar tidak membangkitkan kemarahan Kyuhyun tetapi pria itu marah juga.

"Apakah engkau tidak bisa berhenti membenciku? Sebenarnya apa dosaku padamu?"

"Engkau tahu sendiri," balas Sungmin tidak mau kalah, "Aku yakin engkau tidak terlalu bodoh untuk mengetahuinya."

"Apakah engkau masih marah padaku karena aku membunuh orang itu?" Kyuhyun mencengkeram lengan Sungmin.

"Engkau tahu sendiri."

"Apakah engkau tidak punya pikiran lain selain itu?" tanya Kyuhyun tidak percaya. Kemudian dengan nada yang lebih lembut ia melanjutkan, "Dalam peperangan, kita tidak peduli siapa yang bersalah siapa yang tidak. Tidak ada hukum dalam peperangan. Begitu pula dalam perjuanganku melawan Raja Kangin. Kalau kita tidak membunuh, kita yang akan dibunuh. Itulah hukum perang."

Sungmin menatap Kyuhyun dengan tajam.

"Aku akan memberimu waktu lagi. Pikirkanlah kata-kataku ini. Besok pagi aku akan menanyaimu lagi," kata Kyuhyun dengan kelembutan yang membuat Sungmin heran. Tapi gadis itu tidak heran ketika Kyuhyun menciumnya dengan lembut sebelum berkata, "Selamat malam."

Sungmin tetap duduk meringkuk ketika Kyuhyun sudah membaringkan diri di sisi kaki ranjang. Gara-gara apa yang dikatakan Kyuhyun, Sungmin tidak bisa tidur. Ia terus berpikir apakah yang dikatakan Kyuhyun itu benar?

Ada pepatah Latin yang menyebut tidak ada hukum dalam perang. Tapi, Sungmin tidak habis pikir mengapa orang bisa membunuh semudah itu.

Apakah nyawa itu tidak berharga lagi dalam perang?

Mereka tahu bisa terbunuh, tapi mengapa mereka mau berkorban?

Mengapa demi perang orang mau mengorbankan segala-galanya?

Apakah keuntungan perang?

Perang hanya membuat ibu pertiwi bersimbah darah. Mayat-mayat bergelimpangan. Kalau hasil dari peperangan itu adalah kemenangan, itu bagus. Tapi kalau kalah…

Apa gunanya mengorbankan nyawa kalau ada cara lain untuk mencapai tujuan?

Kyuhyun sendiri bisa menempuh jalan lain yang lebih aman untuk mencapai cita-citanya. Ia bisa menikahi Victoria. Kalau Raja Kangin mati, Victoria akan naik tahta. Ia juga akan menjadi raja dengan sendirinya. Sungmin yakin Kyuhyun dapat melakukannya. Ia adalah pria tampan yang menarik. Tak mungkin Victoria tidak menyukainya.

Tapi…

Sungmin tidak mengerti jalan pikiran orang-orang ini. Ia dibesarkan di desa yang damai, adil, tentram, dan makmur. Ia tahu ia tidak akan pernah dapat memahami jalan pikiran orang-orang di negara ini.

Sungmin tidak bisa tidur. Ia ingin ke bawah berkumpul dengan orang-orang di luar sana.

Melihat Kyuhyun yang tidur di dekatnya, Sungmin mengurungkan niatnya. Walau pria itu tidur nyenyak, bukan berarti ia tidak tahu sekitarnya.

Pernah suatu malam Sungmin terjaga dari tidurnya. Ia tidak tahu apa yang membuatnya terbangun. Samar-samar Sungmin mendengar suara-suara yang menakutkan dirinya. Sungmin tidak berani membayangkan apa yang bersuara itu.

"Apa yang membuatmu terjaga?"

Sungmin lega mendengar suara lembut itu. "Aku tidak tahu," katanya, "Aku seperti mendengar suara-suara yang menakutkan."

Kyuhyun berdiri dan memeriksa keadaan di dalam maupun di luar ruangan luas itu. Ia kembali pada Sungmin sesudahnya.

"Tidak ada apa-apa," katanya, "Mungkin engkau bermimpi."

"Mungkin," kata Sungmin ragu-ragu.

Kyuhyun duduk di sisi Sungmin. "Tidurlah kembali. Aku akan di sini sampai engkau tertidur."

Sungmin merasakan Kyuhyun mengenggam tangannya erat-erat dan memberikan rasa aman padanya. Sungmin tahu Kyuhyun tidak pernah benar-benar terlelap dalam tidurnya. Gerakan kecil darinya bisa membuatnya curiga. Saat ini malam sudah larut dan Sungmin tidak ingin mengganggu tidur Kyuhyun. Ia berbaring walau tidak yakin bisa tidur.

Kata-kata Kyuhyun terus menghantui pikirannya. Pikirannya terus melayang jauh tanpa bisa membuatnya tertidur.

Malam yang semakin larut membuat pikiran Sungmin semakin larut, semakin melayang jauh. Sungmin tidak ingat kapan ia tertidur, tetapi saat ia terjaga, ruangan itu sudah terang. Kyuhyun berdiri memandanginya sambil tersenyum. "Engkau tidur juga akhirnya. Kupikir engkau akan terus terjaga sampai pagi."

"Sang rembulan membiusku," sahut Sungmin sekenanya.

"Basuhlah mukamu. Wajahmu tampak kusut sekali."

Sungmin meninggalkan tempat tidur menuju jendela. "Engkau keberatan bila aku membantu mereka?"

"Lakukan apa yang kausuka."

Sungmin segera merapikan tempat tidurnya lalu meninggalkan Kyuhyun dengan hati riang. Kyuhyun tersenyum melihat kegembiraan gadis itu. Ia tidak nampak telah berpikir terus sepanjang malam. Kyuhyun segera mengganti bajunya dan bergabung dengan rakyatnya untuk sarapan pagi. Ia berniat mengulangi pertanyaannya setelah makan pagi.

Sungmin tidak nampak terbebani sepanjang pagi itu hingga Kyuhyun mengajaknya berbicara di dalam hutan.

"Aku masih belum mengerti," kata Sungmin sebelum Kyuhyun memulai.

"Apa yang belum kaumengerti?" tanya Kyuhyun dengan sabar.

"Mereka tahu bisa terbunuh dalam perang, mengapa mereka mau maju kemedan perang?"

"Karena cinta mereka," jawab Kyuhyun, "Karena cinta dan kesetiaan mereka pada pimpinan mereka. Sama seperti kita yang siap mengorbankan segalanya untuk tanah air kita. Kita melakukannya karena apa? Kita melakukannya karena kita mencintai tanah air kita."

Sungmin merenungkan kata-kata itu sebelum berkata, "Sekarang aku mengerti."

"Lalu bagaimana jawabanmu?'

"Aku tetap menolaknya," kata Sungmin tegas.

"Mengapa?" tanya Kyuhyun heran, "Apakah engkau masih membenciku?"

"Tidak. Sekarang aku dapat mengerti tindakanmu," kata Sungmin, "Tapi aku tetap menolak menikah denganmu. Alasanku adalah aku baru mengenalmu."

"Itu bukan masalah," kata Kyuhyun, "Setelah kita menikah, kita bisa berteman sampai kita saling mengenal."

"Maafkan aku," kata Sungmin, "Aku tidak dapat menikah tanpa alasan yang jelas."

"Engkau ingin tahu alasannya?" Kyuhyun terlihat tidak sabar lagi, "Baik, aku akan memberitahumu. Aku menikahimu agar aku mendapat dukungan lebih dari rakyat."

"Dukungan?"

"Untuk melawan Raja Kangin, aku membutuhkan setiap dukungan yang bisa kudapatkan. Dengan menikahi pelayan kesayangan putri mahkota, aku yakin akan semakin banyak orang yang memihakku."

"Apakah engkau tidak dapat memikirkan jalan lain selain perang?"

"Apakah ada jalan lain untuk menggulingkan Raja Kangin?"

"Engkau bisa menikahi Putri Victoria. Kalau ia naik tahta, engkau dengan sendirinya akan menjadi raja."

"Kaupikir itu bisa?" ejek Kyuhyun, "Apa tidak pernah terpikir olehmu seorang putri mahkota tidak dapat menentukan sendiri calon suaminya?" Sungmin diam termenung.

"Hanya dengan perang saja Raja bisa kugulingkan. Dan, aku bisa memperoleh lebih banyak dukungan dengan menikahimu." Sungmin tetap diam.

"Apakah engkau tidak berpikir pernikahan ini akan menyelamatkan rakyat dari sengsara? Dengan dukungan yang besar, aku pasti bisa menggulingkan Raja Kangin," kata Kyuhyun penuh semangat. "Engkau dan aku memiliki cita-cita yang sama yaitu membuat rakyat sejahtera. Aku tidak salah bukan?"

Sungmin diam. Matanya memandang jauh. Kyuhyun memberi gadis itu kesempatan untuk berpikir. Sungmin tampak ragu-ragu sebelum akhirnya dengan tegas ia berkata, "Aku bersedia."

"Bagus," kata Kyuhyun puas. "Sekarang juga kita menikah."

"Apa!?" tanya Sungmin terkejut.

"Aku sudah menyiapkan segalanya," kata Kyuhyun. Kyuhyun menarik Sungmin menemui Hangeng. Sepertinya Hangeng tahu apa tugasnya. Begitu melihat Kyuhyun membawa Sungmin, ia segera menyambut gadis itu. Hangeng mengeluarkan gaun putih sederhana dari sebuah peti dan menyuruh Sungmin mengenakannya. Sementara Sungmin merapikan gaunnya, Hangeng membersihkan cadar pengantin.

Sungmin heran bagaimana Kyuhyun bisa menyiapkan gaun pengantin secepat ini. Ternyata Sungmin tidak perlu bertanya. Hangeng telah menceritakan semuanya sambil mendandani Sungmin. Orang tua Kyuhyun ternyata juga pemberontak. Merekalah yang mula-mula mendirikan benteng ini.

Selama bertahun-tahun mereka mengobarkan semangat rakyat untuk melawan pemerintah Raja Kangin yang kejam. Sayang Raja Kangin berhasil menangkap mereka. Ia menjatuhkan hukuman mati pada mereka. Saat itu Kyuhyun baru dua belas tahun. Dan, sejak itu pula ia memulai pemberontakan terhadap Raja Kangin. Ia menyempurnakan benteng yang dibangun orang tuanya. Untuk menghidupi rakyat yang tinggal di sini, ia sering menyerbu pasukan kerajaan yang bertugas menarik pajak.

Tindakannya membuat rakyat mencintai dan menghormatinya. Tapi juga membuat Raja Kangin murka. Raja memerintahkan prajuritnya menangkap Kyuhun. Tapi, ia tidak pernah berhasil. Mata-mata Kyuhyun banyak. Banyak yang mau memberitahunya bila ada yang Raja rencanakan untuk menangkapnya.

Selama bertahun-tahun Kyuhyun menjadi buronan Raja tanpa pernah sekali pun tertangkap. Kyuhyun terus menyempurnakan strateginya agar Raja kewalahan. Semua orang membenci Raja Kangin. Raja tega memeras rakyatnya dengan bermacam-macam pajak yang tinggi hanya untuk memperkaya dirinya sendiri. Ia bahkan tega membunuh siapa saja yang berani mengatakan 'tidak' padanya.

Semua orang di Kerajaan Vandella berharap Raja Kangin segera mati dan Kyuhyun naik tahta. Mereka tidak mengharapkan orang lain selain Kyuhyun. Sungmin mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia tertarik ketika mengetahui gaun pengantin yang dikenakannya adalah milik ibu Kyuhyun. Sungmin merasa terhormat bisa mengenakan gaun yang berharga ini. Hangeng memberinya serangkaian bunga hutan yang indah.

"Sayang di sini tidak ada bunga lili atau mawar yang akan melengkapi kecantikanmu."

Sungmin tidak menanggapi. Ia membiarkan Hangeng membimbingnya ke ruang tengah tempat Kyuhyun telah menantinya.

Kyuhyun tampak sangat tampan dalam jas hitamnya yang halus. Jasnya sehitam rambutnya yang disisir rapi. "Engkau mirip pengantin jaman pertengahan," bisik Kyuhyun ketika menggandeng Sungmin menghadap Pastor.

Sungmin tidak tahu bagaimana Kyuhyun bisa menyiapkan segalanya secepat jalannya upacara pernikahan. Sungmin juga tidak mengerti mengapa Kyuhyun seperti menyembunyikan perkawinan mereka. Kalau ia memang membutuhkan tambahan dukungan, ia pasti akan mengundang orang banyak dalam upacara ini.

"Pangeran! Pangeran!" Upacara terhenti karena panggilan yang penuh kecemasan itu.

Donghae segera bertindak dengan membuka pintu. Ia berbicara sebentar dengan orang itu lalu membisikkan sesuatu pada Kyuhyun.

"Maafkan saya, Bapa, tampaknya kita terpaksa menghentikan upacara ini untuk sejenak."

"Silakan," jawab Pastor itu. Kyuhyun segera menemui orang di luar itu. Sungmin menatap Donghae dengan penuh ingin tahu.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi," kata Donghae.

Sesaat kemudian Kyuhyun masuk kembali. Ia tampak sangat cemas. Sungmin ingin tahu masalah apa yang membuat kyuhyun menunda hal yang paling didesakkan padanya itu.

"Maafkan aku, ada urusan yang harus segera kutangani," kata Kyuhyun pada Sungmin.

"Maafkan kami, Bapa, tampaknya kita tidak bisa melanjutkan upacara masalah mendesak yang harus saya lakukan."

"Silakan," kata Pastor.

Donghae segera mengikuti Kyuhyun. Sungmin memandang Pastor lalu pada Kyuhyun yang menghilang di balik pintu. Terakhir pada Hangeng.

"Sepertinya ada masalah penting yang sangat mendesak," kata Hangeng.

"Entahlah," kata Sungmin.

Sungmin segera kembali ke kamarnya dan mengganti gaunnya. Ketika berada di luar, Sungmin melihat Kyuhyun berbicara dengan serius dengan beberapa orang. Dari kejauhan tampak Kyuhyun sangat cemas. Sungmin tidak tahu apa yang terjadi, ia hanya berharap semuanya baik-baik saja.

"Kau puas?"

Sungmin terkejut mendengar pertanyaan sinis itu.

"Ini ulahmu, bukan? Aku yakin sekali."

"Apa maksud Anda, Seohyun?" tanya Sungmin heran.

"Jangan pura-pura!" bentak Seohyun, "Pasukan kerajaan mengepung kita. Pasti engkau yang memberitahu mereka."

"APA!?" pekik Sungmin kaget.

"Mereka bergerak menyerbu ke tempat ini," Seohyun mengulangi beritanya.

"Kurang ajar," desis Sungmin murka.

"Mau ke mana engkau?" Seohyun menahan Sungmin.

Sungmin menepiskan tangan Seohyun dan berlari ke kuda yang dilihatnya. Sungmin segera melompat ke atas kuda dan memacunya secepat mungkin.

"Berhenti!" Seohyun menghadang Sungmin, "Takkan kubiarkan engkau lolos!"

Sungmin membelokkan kudanya dan memacunya kuat-kuat menerobos hutan. Seohyun terkejut melihat kenekatan Sungmin. Ia segera berlari menemui Kyuhyun.

"Kyuhyun! Kyuhyun!" teriaknya.

"Pergilah, Seohyun, aku sibuk," kata Kyuhyun.

"Kali ini engkau harus mendengarkanku!" Seohyun mulai merengek. Kyuhyun terus menyibukkan diri.

"Wanita itu mata-mata!" seru Seohyun," Sekarang ia kabur!"

"Apa katamu?"

"Mata-mata itu kabur! Ia pasti memberitahu siasat kita pada pasukan kerajaan!"

"Apa!?" Kyuhyun terkejut.

"Pasti dia yang memberitahu pasukan tempat kita."

Kyuhyun meninggalkan bawahan-bawahannya dan segera melompat ke atas kuda.

"Pangeran!" seru mereka.

"Teruskan penyerbuan tanpa aku!" perintah Kyuhyun.

Kyuhyun memacu kudanya secepat mungkin. Ia melihat Sungmin sekitar tiga puluh meter di depannya. Gadis itu dengan lincah mengarahkan kudanya melewati ranting-ranting pohon. Tangannya yang satu sibuk melindungi wajahnya dari debu dan tangannya yang lain memacu kudanya cepat-cepat.

"Setan cilik!" teriak Kyuhyun.

Sungmin terus memacu kudanya. Kyuhyun berusaha memperpendek jarak mereka tapi tiap kali ia berhasil, jarak mereka kembali menjauh. Kyuhyun geram melihat ketangkasan Sungmin dalam mengendalikan kudanya. Gadis itu seperti tahu apa yang harus dilakukannya agar jarak mereka tetap jauh.

"Berhenti!" Angin membawa pergi teriakan Kyuhyun.

Samar-samar Sungmin dapat mendengar langkah kuda di belakangnya. Ia juga mendengar teriakan-teriakan Kyuhyun, tapi ia tidak mau berhenti. Sungmin terus mempercepat kudanya sambil berdoa ia tidak terlambat.

Hampir dua bulan Sungmin berada di tempat ini. Waktu itu sudah lebih dari cukup baginya untuk mengenali kawasan hutan ini. Ia tahu jalan terpendek untuk memutus laju kedua kubu itu sebelum mereka bertemu.

Sungmin tidak mau ada perang. Ia membenci segala yang berbau perang. Cepatnya laju kuda Sungmin membuat gelungan rambut gadis itu terurai. Walau rambut pirangnya berkibar-kibar seperti gaunnya, Sungmin tak peduli. Ia hanya ingin segera tiba.

"Berhenti, setan cilik!"

Sungmin semakin mempercepat kudanya. Saat ini tidak ada lagi yang dipedulikannya selain mencegah pecahnya perang antara kedua musuh ini.

Dari kejauhan Sungmin melihat kedua pasukan itu bergerak mendekat dengan cepat dari jarak sekitar limaratus meter. Dalam hati Sungmin terus berdoa ia bisa tiba sebelum terlambat. Setelah melewati rimbunan pohon, Sungmin segera membelokkan kudanya ke arah pasukan kerajaan.

"Mundur!" teriak Sungmin sambil memberi tanda dengan tangannya.

Tiga puluh meter di belakang Sungmin, Kyuhyun mendengar gadis itu terus meneriakkan kata "Mundur" sambil memberi tanda dengan lambaian tangannya.

Sungmin kesal melihat pasukan itu tidak juga berhenti bergerak. "AKU PERINTAHKAN TARIK PASUKAN!" Sungmin berteriak sekuat tenaganya.

Kyuhyun memperlambat laju kudanya melihat pasukan kerajaan tiba-tiba berhenti bergerak. Tetapi, Sungmin terus memacu kudanya ke arah pasukan kerajaan. Dengan gerak tangannya, Kyuhyun memerintahkan pasukannya berhenti.

Dari tempatnya, Kyuhyun melihat Sungmin terus memacu kuda menerobos puluhan ribu pasukan kerajaan itu. Pasukan yang terdepan segera berbelok mengikuti Sungmin. Tak seorang pun di antara mereka pernah melihat para pasukan yang bergerak mundur dengan teratur dan indah itu. Cara mundur mereka unik. Mirip segerombol penari yang berbelok secara teratur dari depan hingga yang terakhir.

Dengan bubarnya pasukan kerajaan, Kyuhyun pun memerintahkan pasukannya untuk mundur.

"Ia pasti mata-mata!" komentar itu yang pertama kali terlontar dari mulut Seohyun setelah mengetahui apa yang terjadi.

"Tutup mulutmu, Seo!" sergah Kyuhyun, "Jangan lupa, ia adalah pelayan kesayangan Victoria. Pasti mereka datang untuk menyelamatkannya."

"Tapi sekarang ia bersama mereka, bukan?" protes Seohyun, "Ia pasti akan membocorkan tempat ini pada mereka."

"Dengar, Seohyun," Kyuhyun memperingati dengan tajam, "Ia tidak suka perang."

"Dia…"

Donghae segera menutup mulut Seohyun. "Sebaiknya engkau diam saja, Seo. Minnie bukan gadis seperti itu. Ia pasti melakukan semua ini untuk menghindari perang."

"Pasti!" Donghae menegaskan.

-TBC-

Hai! Author Come Back :D

Ada yang kangen ? :v #Bercanda

So Reviews and command please…..

Kalau ada yang gak suka jangan dihujat ya!

Kita Saling menghargai

Oke ! :)

So Anyeong !