Author : Glatoria

Tittle : Three Month Four Sides

Main cast : Huang zi Tao

Byun Baekhyun

Park Chanyeol

Wu Yi Fan

Pairing : KrisTao, ChanBaek

Genre : Drama, Romance, School life

Rated : T

Yaoi ! Shounen Ai !

I Told You! Dont like? Dont Read! Please Dont Copas Without Permit!

-oOOo-

29 Mei 2014 pukul 17.55 Huinjang Hospital Beijing, China

Matahari mulai merangkak ke sebelah Barat. Langit yang membiru terang lambat laun berubah menjadi kuning kemerah-merahan.

Menanti senja di taman ini sungguh bukan alasanku di sini. Melainkan keinginan pujaan hati, ya Kris gege. Ia ingin merasakan segarnya angin sore di taman rumah sakit ini.

Pasti kalian bertanya-tanya mengapa kami berada di taman rumah sakit, bukan berada di taman lain?

Alasannya karena Kris gege tengah menghadapi penyakit yang telah membuatnya berada di rumah sakit ini, penyakit kanker stadium akhir yang di deritanya harus membuatnya dirawat di rumah sakit ini & digenapkan menjadi 3 bulan dengan hari ini. Kurang lebih sejak 2 bulan 29 hari lalu.

Sejak itu juga kanker merampas salah satu organ terpenting ditubuhnya, kaki. Akibatnya Kris gege harus selalu terduduk di kursi roda saat ia harus berlalu ke suatu tempat yang dia inginkan seperti taman ini sebagai salah satunya, di samping itu Kris gege juga harus selalu ditemani dengan sekelebat pertanyaan yang menghadap & menyergap otaknya setiap saat "kapan aku akan sembuh?". Sungguh aku sangat ingin ia sembuh dari sakitnya agar Kris gege dapat terlepas dari beban mengharukan seperti ini. Semoga saja keajaiban akan datang.

"Gege, sudah hampir malam. Kita kembali ke kamar ya?" tanyaku lembut sambil menggenggam erat gagang kursi roda milik Kris gege.

Ia sadar akan lamunnya & segera memutar kepalanya sedikit kebelakang untuk mengahadapku.

"Aku belum puas baby." jawabnya sambil kembali menatap sang mentari yang kian memudarkan warna kuningnya menjadi warna oranye.

"Tapi, ge. Ini sudah sore sekali sebentar lagi malam akan tiba" jawabku menolak keinginannya. Bukannya aku tak menurutinya namun alasannya malam akan segera tiba & angin malam tidak baik untuk dirinya.

"Ayolah ini terakhir kalinya aku berada di dunia ini, Baby."

'Deg!' Apa maksud ucapannya itu?

"Apa yang kau katakan, ge? Jangan berkata sepertiitu!" Aku sungguh tak mengerti apa maksud ucapannya.

"Sebentar lagi aku akan pergi, Baby. Jadi kumohon 5 menit lagi baru kita ke kamar." jawabannya itu kian membuat mataku memanas hingga akhirnya.

'Tess…'

Aku tak sanggup lagi.

"Gege, jangan berkata seperti itu ! Hiks, aku sudah cukup paham dengan apa yang gege katakan. Kumohon jangan pergi, gege! Hiks." Aku melepaskan genggamanku pada gagang pegangan kursi roda miliknya & aku segera berjalan ke depan kursi roda untuk bersimpuh di depan kaki Kris gege sambil beralih & sambil beralih menggenggam sebelah tangannyayang ia letakkan pada pahanya & satunya disisi gagang kanan kursi roda.

Aku tak henti-hentinya menangis membenamkan kepalaku pada satu tangan miliknya yang tengah kupegang erat.

Sementara si empunya kini beralih memandang kekasih tercinta daripada sang mentari. Kris pun seolah merasakan ada batu besar yang menghimpit manik indahnya, liquid bening tersebut pun jatuh dengan perlahan dari onyx hitam miliknya.

"Jangan menangis, sayang~ itu membuatku semakin rapuh" Kris menggunakan sebelah tangannya yang berada di sisi kanan gagang kursi roda untuk mengelus surai hitam kelam milik Tao.

Ia tersenyum ketir melihat

pemandangan yang mengharukan tersebut sambil menyeka air matanya.

"Makanya, gege jangan pergi ! Hiks.." jawab Tao setengah terisak, ia masih setia menggenggam tangan milik Kris

"Iya, baby." Kris menjawab ucapan Tao sambil tersenyum tipis.

"Baik, 5 menit saja ! Tao tidak mau gege kedinginan gara-gara angin malam !" Perintah Tao dengan nada manja.

Ia bangkit dari tempat ia bersimpuh tadi menuju ke bangku taman yang berada tepat disamping kiri kursi roda Kris.

Kris tersenyum sambil menggumamkan "Iya cantik" yang disambut dengan Tao yang sedang mempoutkan bibir nya hingga 5 centi.

5 menit telah berlalu, matahari kini semakin mantap ke ujung barat & senja akan segera tergantikan dengan cahaya terang dari sang rembulan.

"Sudah gege, sudah 5 menit. Kajja kita ke kamar" Tao bangkit dari bangku taman setelah ia melirik jam yang menggelayut di tangannya.

Ia beranjak ke arah kursi roda dan segera meraih ganggang pegangan kursi roda untuk ia genggam erat dan segera berlalu.

Kris berhenti menatap mentari ia kini hanya dapat menunduk merasakan ajal yang semakin nyata di dekatnya. Mungkinkah?

Kamar rawat

Terlihat dua sejoli yang tengah sibuk dengan acara suap menyuap makanannya. Kris tengah menikmati suapan-suapan bubur makan malamini dari Tao sambil berbaring di kasur kamar rawatnya.

"Sudah selesai! Sekarang gege istirahat yang nyenyak, ne? Tao ingin menyerahkan mangkuk ini pada suster." Tao beranjak dari tempat duduknya dengan membawa mangkuk bekas bubur tadi

"Ne, chagi." Jawab Kris lirih bahkan sangat lirih

10 menit kemudian…

Saat Tao kembali ada pemandangan yang membuatnya tubuhnya membeku seketika.

"GEGE?" teriak Tao sambil berlari menuju ranjang Kris

Pemandangan tersebut adalah Kris yang tengah memegang, nafasnya terdengar seperti sesak sekali.

"Gege, waeyo? Hiks. Jangan membuat Tao takut! Hiks." Tao menangis seketika sambil memegang kedua tangan Kris dengan sangat erat.

"Eungh! Hahh! Hahh!" nafas Kris semakin lama semakin pelan.

"DOK—"

Teriakan Tao terpotong dengan tarikan tangan Kris, hal itu membuatnya menoleh ke arah Kris dan disambut gelengan kepala dari Kris.

"Waeyo, ge? Aku takut! Hiks." Tao semakin terisak

"Relakan gege, untuk pergi Tao sayang hahh..hahh.. carilah yang lebih baik dariku" ucap Kris pelan dengan nafas yang tersenggal. Sontak Tao membulatkan matanya yang tidak mengerti apa maksud ucapan Kris.

"ANDWAE!" teriakan Tao tersebut rupanya membawa suster dan dokter datang ke ruangan tersebut.

"Apa yang terjadi?" tanya dokter Shin.

"Kris gege!" dokter Shin segera mendekat keranjang Kris setelah mendengar jawaban Tao beserta susternya. Beriringan dengan itu, Kris menutup kelopak matanya perlahan.

"Tidak! Gege! Hikss." Tao kembali terisak kencang.

Dokter segera menyarankan Tao untuk keluar dari ruangan tersebut.

"Lakukan yang terbaik, dok" ucap Tao lemas sambil melangkah ke luar ruangan.

15 menit kemudian…

'CEKLEKK!'

Dokter keluar dari ruangan Kris dengan wajah yang sulit di artikan, ia melangkah ke arah Tao. Tao yang melihat dokter keluar dari ruangan Kris segera bertanya keadaan Kris

"Bagaimana keadaan Kris gege, Dok? Baik-baik sajakan?"

tanya Tao dengan penuh harap

"Maaf! Kami sudah melakukan semua yang kami bisa,namun pasien Kris tidak dapat tertolong" jelas dokter dengan nada bersalah

"APA? Tidak mungkin! Kris gege tidak mungkin meninggal, hiks.. hiks.. jangan bercanda Dok" elak Tao dengan batin tertekan kala itu

"Saya tidak berbohong, saya permisi dulu" Dokter Shin menepuk bahu Tao dan meninggalkan ruangan itu

"Hiks.. hiks.. gege" Tao jatuh terduduk di lantai karen tidak kuat untuk menopang tubuhnya yang lemas

'Mengapa kau pergi gege? Aku tidak akan bisa hidup tanpamu!' batin Tao miris

Tao bangkit dan memasuki ruangan Kris untuk melihat jenazah kekasihnya tersebut, sesampainya ia segera mendekat kearah ranjang Kris dan menarik kain yang menutupi seluruh tubuh pria berparas tampanmilik kekasihnya secara perlahan, "Semoga gege, tenang disana…" gumamnya seakan pasrah dengan semua yang terjadi dan dengan air mata yang berlinang dari pelupuk matanya serta tangan yang gemetar ketika ingin menyentuh pipi pucat Kris.

Keesokan harinya…

Kala itu sebuah batu bertuliskan nama Wu Yi Fan yang tercetak rapi tengah dipandang dengan tatapan sendu yang mengisyaratkan kesedihan oleh manic indah milik seorang namja manis dengan keadaan tubuh yang basah akan rintik hujan yang semakin deras saja.

Sakit.

Itulah yang ia rasakan kala itu, bagaikan bunga yang semula bermekar indah namun layu seketika saat tersambar petir.

Ia bagai kehilangan semangat hidupnya saat harus menelan kenyataan yang amat pahit untuk dirinya, ditinggal oleh sang kekasih tercintanya.

Tao –nama namja itu- meremas dadanya kuat saat terluka sangat dalam.

"Gege kenapa kau pergi meninggalkan ku? Aku tidak sanggup hidup tanpamu!" tanya Tao lirih pada batu nisan –Kris- yang ada didepannya, dan pastinya tidak ada yang menjawab pertanyaan Tao.

Tao beralih menyentuh batu nisan milik Kris sambil mengatakan "Tuhan cabutlah nyawaku, dan pertemukan aku dengannya…" ucapnya lirih bahkan seperti bisikkan dan tanpa ia ketahui setetes demi setetes airmata yang tadinya Tao perhatankan akhirnya meluluh.

Jujur saja, rintikkan hujan kala itu menambah perasaan haru bagi sekumpulan orang yang tengah mengelilingi Tao sambil membawa payung hitam mereka.

11 Juni 2014 Kediaman Tao, Beijing, China. 13 hari kemudian setelah kepergian Kris.

Hari ini adalah hari ketiga belas sejak kepergian Kris dan Tao selalu memulai paginya dengan senyuman merekah sejak 13 hari itu.

Mengapa begitu?

Jangan kira Tao tidak berkunjung ke makam Kris!

Itu salah besar, karena sejak kepergian Kris, Tao malah sering bersenang-senang dengan Kris.

Ya walaupun hanya didalam mimpi itu lebih membuat Tao bahagia. Karena percuma saja, bila dalam nyata Tao bisa bersama Kris yang hidup muram karena penyakitnya dan Kris yang tersiksa lebih baik dalam mimpi saja.

'Kringgg!'

'Kringgg!'

Bunyi panggilan tersebut memerintah agar dan melangkah keluar dari kamar untuk mengetahui siapa yang menelponnya di pagi yang cerah.

Tao melangkah keluar dan segera berjalan menuju ruang tamu. Ia mendekat kea rah telpon rumah yang bordering keras sejak tadi dan segera mengangkatnya.

"Hallo?" Panggil Tao pada seseorang di seberangsana dengan rasa penasaran.

'Hallo, Tao?' jawab seseorang perempuan di seberang sana.

"Ah, Victoria Jiejie. Ada apa jie?" tanya Tao santai.

'Jiejie dengar. Kris meninggal ya?' tanya Victoria –perempuan itu– dengan penuh hati-hati.

"Eum, ya Jiejie…" jawab Tao yang berusaha rileks.

'Jiejie turut berduka cita, Tao yah.' suara Victoria menggema di telepon yang tengah Tao genggam.

'Tao yah, Jiejie ingin kau ke Korea. Jiejie pikir kau tidak baik hidup sendirian tanpa Ibu dan Ayahmu yang telah meninggal 1 bulan lalu, ditambah kepergian Kris belakangan ini. Bagaimana Tao?' perintah Victoria tersebut membuat Tao harus menolaknya.

"Tidak Jiejie, Tao baik-baik saja disini Jiejie jangan khawatir." Tao mengungkapkan keadaannya saat ini.

'Ayolah, disatu sisi Jiejie juga butuh teman untuk hidup Jiejie di Korea, Tao..' suara Victoria terdengar gemetar saat itu dan tetap memaksa Tao agar menuruti keinginannya.

"Eum, yasudahlah, tapi Jiejie aku tak punya uang untuk membeli tiket ke Korea~" ungkap Tao manja

'Aish! Kau ini. Tidak masalah! Jiejie akan transfer uang siang ini' suara Victoria terdengar sangat bersemangat

"Baiklah, aku tutup teleponnya dulu Jiejie" balas Tao

'Baiklah' Jawab Victoria dari seberang sana

'Tutt.. Tutt.. Tutt..'

Tao meletakkan telepon pada tempatnya kembali 'sesampai di Korea aku harus bilang kepada Jiejie kalau kita harus berkunjung ke makam Kris gege eomma dan appa setiap bulan! Aku harus!' Batin Tao

Setelahnya Tao segera bersiap-siap menyiapkan baju-bajunya untuk dimasukkan ke dalam koper dan mengambil uang di Atm

12 Juni 2014 Bandara Incheon, Korea

Ponsel yang berada dalam saku mantelnya bergetar, menandakan ada pesan singkat.

Tao segera memasukkan tangannya pada saku mantelnya untuk mengambil ponselnya yang bergetar.

'Tao, jiejie tunggu di food court bandara. Cepatlah berlalu dari tempatmu dan segera menuju food court bandara'

Tao berlari menuju food court bandara yang berada tidak begitu jauh dari posisinya tadi.

"Hosh.. Hosh.." nafas Tao terengah-engah saat itu, dia telah sampai di food court bandara tersebut dan juga menemukan sosok Jiejienya di depan pintu food court tersebut.

"Siapa suruh berlari, eoh?" tanya yeoja –Victoria– sambil memberikan sebotol air putih pada Tao dan diterima oleh Tao.

"Terimakasih Jiejie, aku sungguh ketakutan tadi! Hosh.. hosh..

Untung ada Jiejie yang mengirimiku pesan." Tao menjawab saat nafasnya mulai teratur.

Tao terkikik pelan.

"Ya sudah~ ayo kita ke tempat parkir dan langsung pulang ke rumah Jiejie." ucap Victoria sambil menggandeng tangan Tao menuju tempat parkir mobil di bandara tersebut.

Victoria house

Malam mini Tao tengah memasukkan baju-bajunya kedalam lemari yang telah disiapkan oleh Victoria untuk dirinya

"Selesai! Huffft! lelahnya~" gumamnya setelahmerapikan baju dan barang –barang miliknya pada almari dan langsung saja merebahkan tubuhnya di ranjang.

"Ah~ aku ingin mandi, sungguh gerahnya" dia jengah dengan tubuh lengketnya dan segera bangkit berjalan menuju kamar mandi namun ada panggilan yang menginstrupsinya untuk meralat kegiatannya itu.

"Tao! Makan malam sudah siap!" suara itu berasal dari ruang makan, Victoria Jiejie.

Tao yang mendengar perintah tersebut segera melangkah keluar kamar dan berjalan menuju ruang makan.

"Jiejie~ Tao ingin mandi dulu." ucapnya dengan nada manja sambil mempoutkan bibirnya.

"Ah, begitu ya sudah setelah mandi segera kembali ke sini, ne? Jangan mandi terlalu lama adikku!" ledek Victoria sambil merapikan tatanan piring-piring.

10 menit kemudian…

Tao keluar dari kamar barunya dengan busana santai celana selutut dengan V-neck. Ia segera berjalan ke arah meja makan dan disambut oleh senyum manis dari Victoria.

"Palli, aku sudah lapar." ucap Victora denga nada kekanak-kanakan.

"Mian Jiejie aku terlalu lama." jawab Tao dengan nada bersalah. Ia segera mendudukkan dirinya dan meletakkan makanan makan malam tersebut pada piringnya, dengan lemon juice.

Setelah itu keheningan menguasai ruangan tersebut hanya ada suara detingan garpu yang beradu dengan piring.

Selang beberapa menit Tao angkat bicara.

"Jiejie, ada yang ingin Tao bicarakan" ucapnya

"Katakan saja Tao-ie, jangan bungkam begitu." jawab Victoria yang merasa jengah.

"Eum, bisa tidak setiap bulan kita ke China untuk mengunjungi makam Kris gege, eomma, dan juga appaku?" tanya nya sedikit gugup.

"Tentu saja Tao." jawab Victoria dengan senyum hangatnya.

"Terima kasih Jiejie! Jiejie memang baik." ucap Tao sedikit berteriak karena rasa senangnya.

"Ahh ne, besok kau sudah bisa masuk sekolah." jelas Victoria sambil tersenyum.

"MWOYA?" Tao terkejut.

"T-tapi kan aku belum mendaftarkan diri, Jiejie." sambungnya manja.

"Tidak, Tao. Jiejie sudah mengurus semua data registrasi sekolahnya Tao." ungkap Victoria dengan yakin.

"Ya! Jiejie. Terima kasih banyak." jawab Tao dengantersenyum manis.

"Ya sudah ini sudah larut malam. Jiejie sudah belikan seragam untukmu Tao, jadi tidak usah pusing. Kau sudah selesai makannya? Kalau iya, biar Jiejie yang menyuci piring" jelas Victoria panjang lebar dan dijawab dengan anggukan kepala dari Tao. Ia sangat berterima kasih pada Victoria.

Setelahnya Tao dan Victoria masuk ke dalam kamar masing-masing untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Dream Tao

Terlihat namja tampan yang tengah mendudukkan dirinya di suatu taman –surga- .Tepat disebelahnya ada namja manis yang tengah memegang tangan namja tampan tersebut dengan sangat seakan tidak mau kehilangan sosok namjatampan tersebut, mereka adalah Kris dan Tao.

"Kau akan menemukan seseorang yang lebih baik dariku, baby." ucap Kris dengan lirih dan berat hati.

"Eung? Mwo? Tidak ge, aku sangat mencintai gege." jawab Tao sambil menatap manic indah milik Kris.

Si pemuda bersurai brunette tersebut segera mengalihkan pandangannya ke arah Tao. Tatapan mereka bertemu hingga selang beberapa saat.

"Bahagiakan dia jika kau benar-benar mencintai gege" jawab Kris mencoba meyakinkan Tao sambil menggegam erat kedua bahu milik pemuda raven tersebut.

"Tapi ge, aku sangat mencintai-"

"Gege butuh bukti baby, bahagiakanlah dia." tolakan Tao dengan cepat dipotong dengan Kris.

"B-baiklah." jawab Tao dengan berat hati sambil menundukkan kepalanya.

"Anak baik." Kris tersenyum sambil mengusak surai milik Tao.

"T-tapi aku tak tahu siapa dia ge." Tao dengan cepat mengangkat kepalanya memandang Kris.

"Park Chanyeol, dia sahabat gege di Korea, gege banyak berhutang budi padanya." jelas Kris.

"Uhm, begitu." jawab Tao sambil mengangguk imut.

"Bagaimana jika Tao jatuh cinta padanya?" tanya Tao dengan nada menggoda.

"Tak apa! Kan kita sudah terikat oleh yang namanya tali Cinta" Kris menyentil hidung Tao sambil terkekeh.

"Ish, gege!" Tao meletakkan tangannya di depan dadanya sambil memalingkan wajahnya dari Kris dengan wajah yang lucu dan polos.

"Ish, Tao! Hahaha!" ledek Kris sambil menepuk bahu Tao.

"Aku mencintaimu, baby." Kris memeluk Tao dari samping.

"Nado, hehehe" Tao membalas pelukan Kris dengan kekehan.

Keesokan harinya…

Sang fajar mengintip dari pepohonan yang berada tepat di depan jendela kamar Tao. Secercah cahaya mulai

masuk menyadarkan Tao dari tidur lelapnya.

"Eunggh.. sudah pagi ternyata." gumam Tao dan mulai bangkit dari tidurnya dan segeraberanjak menuju kamar mandi.

Ruang Makan

Terlihat yeoja cantik bersurai hitam panjang yang tengah meletakkan pirin-piring pada meja makan, siapa lagi kalau bukan Victoria.

'CEKLEKK'

Ia mengalihkan pandangannya pada pintu yang baru saja terbuka.

"Tao? Wah manisnya~" puji Victoria saat melihat Tao keluar dari kamarnya dengan pakaian seragam lengkap dengan nametagnya 'Huang Zi Tao'.

Ia segera menutup pintu kamarnya dan berjalan ke arah meja makan.

"Ya! Jiejie seharusnya kau memuji tampan bukan manis, aku ini namja." jawab Tao sambil mempoukan bibirnya karena kesal.

"Hehehe, mian! Ya kamu tampan." ucap Victoria denganterkekeh

"Ne, terima kasih Jiejie." jawab Tao tersenyum manis.

"Ya sudah, kajja makan. Setelah itu kita ke sekolahmu" ucap Victoria sambil mendudukkan dirinya pada kursi di depan meja makan. Begitupun Tao setelahnya mereka pun segera melahap sarapan pagi mereka.

Yonsei School

Terlihat dua orang pemuda yang tengah bergurau bersama di kelas, mereka sebenarnya sudah bersahabat sejak kecil.

Namun salah satu pemuda tersebut jatuh cinta pada pemuda lain namun salahkan saja egonya yang tak berani mengutarakan perasaannya.

Mereka saling bertanya jawab satu sama lain tentang lelucon konyol pemekiran mereka alhasil keduanya saling terbahak-bahak.

'KRIIIIIINGGGG'

Bunyi bel menginstrupsi mereka untuk tenang karena Choi seonsaengnim segera tiba di kelas mereka.

"Ah~ sudah bel." ujar salah satu namja tadi dengan sebal.

'Tap… tap… tap…'

Choi seonsaengnim memasuki kelas beriringan bersama namja raven di sampingnya.

"Selamat pagi, seosaengnim." sapa seluruh murid dalam kelas X-3.

"Pagi murid-muridku." jawab Choi seonsaengnim dengan senyum merekah.

"Pagi ini saya akan memperkenalkan teman baru untuk kalian" sambungnya.

"Tao, silahkan perkenalkan dirimu" ia menepuk bahu Tao pelan.

"ne, seosaengnim. Annyeong haseyo, perkenalkan namaku Huang Zi Tao. Kalian bisa memanggilku Tao" sapa Tao sambil membungkukkan tubuhnya

"Annyeong Tao-ssi" balas semua murid.

"Baik, Tao silahkan duduk di sana." Choi seonsaengnim menunjuk kursi kosong yang ada di depan dua namja tadi.

"Baik seonsaengnim" Tao berjalan menuju kursi kosong tersebut.

"Annyeong, tao-ssi" ujar namja manis dibelakang Tao sambil mengulurkan tangannya.

"Annyeong-" jawab tao membalikkan badannya menghadap namja manis tersebut dan membalas ajuan tangannya.

"Byun Baekhyun panggil aku Baekhyun." Baekhyun nama namja manis tersebut sambil tersenyum manis.

"Ne, aku Tao." jawab Tao sambil membalas senyum Baekhyun sambil melepaskan genggamannya.

"Oh iya, perkenalkan ini Chanyeol sahabat baikku." Baekhyun menepuk bahu namja tampan disampingnya –Chanyeol- sementara empunya hanya mendengus sebal.

'Deg.. deg..'

'Chanyeol? Park Chanyeol kah?' batin Tao terkejut dan penasaran

TBC

Selesaai juga akhirnya chapter 1 :)

Maaf nih ngaret banget :(

Saya lagi sibuk belajar buat UTS kemarin

Sekali lagi saya minta maaf :(

Makasih dukungannya

#Bow 360° (Tuh bow apa salto o.O)

Yasudah makasih ya sudah baca ff saya ;)

Makasih Banyakk :*

Jangan lupa Review :D