Surai coklat terang itu bergerak ringan diterpa semilir angin, begitu juga surai hitam pekat di sampingnya. Tak menghiraukan hal tersebut, keduanya tetap sibuk memainkan instrumen musik mereka.
Yonghoon tetap dengan gitar kesayangannya, dan adiknya, Youngjo dengan kajun coklat penuh dengan sticker di tiap sudutnya. Ah, sebuah tips untuk cepat berteman dengan Youngjo; berikan saja dia sticker secara cuma-cuma.
Dan benar, kali ini Yonghoon tidak sendirian. Youngjo serius tentang ucapannya untuk ikut dengan Yonghoon melakukan busking.
Hanya untuk bertemu dengan Hyungu. Bukannya ia tak percaya pada kakaknya, namun bertemu kembali dengan seseorang yang menghilang sejak sembilan tahun lalu adalah hal yang hampir mustahil.
Kedua kakak-beradik ini sudah memainkan tiga lagu, tapi seseorang yang mereka nanti belum juga terlihat. Dibanding sang kakak, Youngjo lebih banyak menaruh pandang pada kerumunan di hadapannya, mencari Hyungu, walaupun tak terlalu kentara. Yonghoon yang menyadari hal tersebut. Tersenyum sambil menggelengkan kepalanya pada Youngjo seusai lagu kedua, perlahan, agar tak terlalu jelas terlihat oleh orang-orang.
Yang lebih tua dua tahun sengaja mengulur waktu. Menunda memainkan lagu buatannya, berusaha menepati janjinya pada Hyungu. Memutuskan untuk berbincang sebentar, menanyakan kabar seperti biasa.
"Ah bukannya sekarang sedang masa ujian, benar?" Yonghoon mendapati anggukan sebagai jawaban dan keluhan dari beberapa anak, tidak suka ujian. Youngjo tertawa kecil, ia tak sendirian rupanya.
"Saya teringat sebuah lagu pendek milik Anson Seabra, mungkin bisa sedikit menyemangati kalian, ingin mendengarkannya?"
Keantusiasan ditunjukkan jelas oleh kerumunan di hadapannya. Kemudian Yonghoon mengarahkan Youngjo untuk melakukan pukulan dasar kajun, mereka belum latihan bersama untuk lagu ini.
Youngjo terlalu fokus pada arahan kakaknya hingga tak melihat seseorang yang ia cari, Kang Hyungu, bergabung dengan kerumunan.
Namun, saat akan memulai lagu manik mata Youngjo menangkap sosok Hyungu, membuat tangannya tergelincir dari permukaan kajun. Terkesiap dengan apa yang ia lihat. Sorot terkejut dan khawatir dapat Youngjo rasakan mengarah padanya, dari Hyungu salah satunya.
"Tidak apa-apa?" Yang ditanya menggeleng dengan cepat, tapi Yonghoon tetap meraih tangan adiknya. Memastikan tidak ada serpihan kayu yang menancap.
"Kau bisa istirahat sebentar, biar kakak saja," ucap Yonghoon sembari memberi botol air mineral di dekat kaki adiknya. Lantas ia mengambil seluruh atensi dan mulai bernyanyi, membuat rehat pendek untuk Youngjo.
Satu lagi perasaan asing Hyungu rasakan dalam dirinya. Tapi kali ini rasanya berbeda, ia dengan pasti dapat merasa bahwa ini bukanlah perasaan yang menyenangkan. Ini sedikit sakit, sesak.
Tapi suara Yonghoon menuntun kembali pandangan Hyungu pada laki-laki yang baru ia kenal dua minggu lalu. Suara itu selalu dapat membuat hatinya tenang, luluh, hangat. Hyungu menyukai perasaan yang serupa dengan pulang ke rumah setelah hari yang panjang, atau dekapan yang dapat meredakan kalut di pikiran hanya dengan mendengar Yonghoon. Perasaan suka itu tergambar jelas pada mata Hyungu, membuat Youngjo tersenyum geli, mengingat bagaimana kakaknya bercerita perihal cara Hyungu memandangnya.
Anak satu-satunya di kelurga Kang itu memperlihatkan ekspresi gembiranya saat Yonghoon menyebutkan lagu selanjutnya yang berjudul 'Reminisce About All'.
"Ah, sebagai penutup hari ini saya ingin sedikit pamer tentang lagu yang saya buat sendiri– Aduh! dan tentu dibantu oleh Youngjo." Suara mengaduh Yonghoon menciptakan senyum puas di wajah Youngjo, bisa-bisanya kakaknya tidak mengakui bantuannya.
"Reminisce about all, saat menulis ini saya memikirkan tentang seseorang yang berbicara kepada dirinya di masa lalu, tentang masa-masa sulit atau memori yang menyakitkan dan terkadang membuat kita menangis, namun seiring berjalannya waktu seseorang itu menjadi kuat.
Ini adalah perasaan-perasaan yang sulit untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga saya menuliskannya menjadi sebuah lagu. Saya harap kalian menyukainya."
Petikan gitar terdengar bersamaan dengan suara Yonghoon. Mengalun pelan namun penuh dengan perasaan, bagai lagu tersebut benar-benar menggambarkan hatinya.
Life will eventually become a memory
Even the painful moments are memories
Why did I not know? Why did it hurt?
No no no no
Smiling with a drink in hand
I can talk about it now
Since I was young then,
That was then, That was then
My insensitive heart, yours too
That's right, that was one time
Just a moment to blame myself
To blame you for having loved you
It's so strange to me
How emotions can change in an instant
I love you. No, I hate you
My heart isn't supposed to be like this
That's enough
Hyungu merapatkan jari-jarinya, merasakan tangannya bergetar mendengar alunan kalimat yang Yonghoon nyanyikan. Merasakan bagaimana harmoni kakak-beradik dan setiap katanya mengisi relung-relung hati.
I want to go back, back back, back back
To my youth, yeah yeah
I remember you, yeah yeah, yeah yeah
You love me, yeah yeah
I cried uncontrollably
That day, That night
You were also probably in tears then
Looking back then I would have
Called myself a fool
It's all so strange remembering all this
And in that moment I miss you
You're doing well, but how am I?
That's not what I meant to say
I'm being like this again
Life will eventually become a memory
Even the painful moments are memories
Why did I not know? Why did it hurt?
No no no no
Smiling with a drink in hand
I can talk about it now
Since I was young then, that was then
That was then
If you come back
If you see me
If I could see you
On that very day that I despised
If you come back to me
If I meet with you again
I won't come now
I will just walk past you
That was then
That was then
That was the
That was then
Riuh tepuk tangan terdengar, walau dapat terlihat ekspresi semua orang berbeda, kagum hingga sedih. Menahan air mata hingga tertunduk menangis. Walau tak sampai menangis, Hyungu juga bersusah payah menahan air matanya. Bahkan luapan perasaan yang Yonghoon bagi lewat nyanyiannya masih membekas.
Kaki Hyungu mematung, rasa ragu memenuhi hatinya, antara menyapa Yonghoon atau tidak. Keberadaan Youngjo lah yang membuatnya merasa demikian, ditambah lagi Yonghoon terlihat sangat nyaman di dekat Youngjo.
"Hei," Sapa Youngjo yang tiba-tiba berlari kecil ke arahnya.
Pemilik mata kucing itu bersuara lagi, penuh semangat, "Kang Hyungu, benar?"
"Benar.. kau kenal aku?"
"Sangat kenal, maksudku– Kakak banyak bercerita tentangmu."
Hyungu menaikkan kedua alisnya, menyadari sesuatu. "Oh? Kakak? Kau adik kak Yonghoon?"
"Kau tidak mengenali aku?"
Hyungu menggeleng, ini kan baru pertama kalinya mereka bertemu? Yonghoon bahkan tidak memberitahu nama adiknya.
Youngjo merutuki mulutnya yang ceroboh dalam memilih kata. Tapi ia hanya meringis saat tahu Hyungu benar-benar tidak mengenalnya.
"Ah, aku kira kakak pernah bercerita tentangku. Bahkan dia tidak menyebut namaku setelah memberikan stikerku padamu? Menyebalkan!" Sungut Youngjo pada kakaknya yang baru saja bergabung dalam percakapan mereka.
"Iya-iya, Hyungu perkenalkan ini Jin Youngjo, umurnya sama denganmu, pemilik asli stiker pinguin yang aku curi." Yonghoon menempatkan tangannya pada rambut Youngjo, meloloskan tawa ringan dari mulutnya.
"Terlambat!"
Hyungu terkekeh, rasanya entah kenapa lebih ringan ketika mengetahui bahwa mereka adalah kakak-beradik. "Terimakasih stikernya, aku sangat menyukainya!"
Senyum Youngjo kembali merekah, Hyungu tetap sama lugunya. "Tentu, ah aku akan berikan kepadamu jika aku membeli stiker baru!"
"Baiklah baiklah, sudah sana, bereskan barang-barangmu." Yonghoon mendorong Youngjo agar memberikan ruang untuknya, berdua.
Hyungu menggeleng pelan, mana ada kakak mengusir adiknya seperti itu. "Kau tidak boleh seperti itu pada adikmu."
"Kau tidak senang?"
"Bukan tidak senang, itu tidak baik."
"Maksudku, kau tidak senang berbicara denganku? Kau hanya ingin bicara dengan Youngjo?"
Pertanyaan Yonghoon membuat Hyungu terdiam sejenak, kenapa ingin mengucapkan bahwa ia senang saja hatinya terasa aneh?
"Hum, tentu aku senang berbicara dengamu."
Walaupun singkat, jawaban Hyungu dapat menciptakan senyum di bibir lawan bicaranya. "Kau juga suka laguku?"
Anggukan penuh semangat ditujukan pada Yonghoon, "Sangat suka! Bagaimana bisa kau membuat lagu sebagus itu? Kau juga dapat menyampaikan perasaannya dengan sangat baik, hebat!"
Menurut Yonghoon ini adalah jawaban terpanjang dan penuh semangat dari Hyungu sejak dua minggu lalu. Jangan lupa binaran matanya, menggemaskan.
"Kau tidak menangis?"
"Hampir, 'I cried uncontrollably, That day, That night' adalah bagian kesukaanku. "
"Benarkah? Wah, itu juga bagian kesukaanku," Sorai Yonghoon, senang mengetahui bahwa Hyungu juga menyukai bagian itu.
"Yah, tapi memang tidak ada salahnya kan menangis jika kita ingin? Kaupun juga boleh begitu." Yonghoon tersenyum lembut, mengusak surai Hyungu. Membuat sang empu memejamkan matanya ketika merasakan jari-jari Yonghoon.
"Kau akan datang lagi besok?"
"Tentu, aku bahkan tidak ada les jumat depan!"
Yonghoon memasukkan kembali tangannya di saku celana. "Libur setelah ujian tengah semester?"
"Bisa dibilang seperti itu."
"Um, kalau begitu ingin makan es krim di tempat kesukaanku jumat depan?"
Hyungu sedikit memiringkan kepalanya, menimbang ajakan Yonghoon. "Boleh, jika kau tidak sibuk."
Yonghoon menggeleng, mengisyaratkan bahwa ia tidak memiliki jadwal lain setelah busking.
"Baiklah sampai jumpa jumat depan, Hyungu!" Ucap Yonghoon, melambaikan tangannya. Mengakhiri pertemuan mereka hari ini.
"Sampai jumpa jumat depan, kak Yonghoon!" Hyungu tersenyum lebar sebelum berbalik mengambil langkah menuju tempat lesnya. Sambil berdoa semoga waktu dapat berjalan sedikit lebih cepat.
btw lagu anson seabra keep your head up princess enak bgt, lagu yang lain juga enak walopun banyak yang pendek hue