Colour

TaeKook / VKook

Main Cast :

Jeon Jungkook (GS)

Kim Taehyung

Author : Tian Yerin a.k.a Wulan Titin

Genre : Random

Disclaimer :

Cast(s) belong to god, their entertainment, and their parents but the story line belong to me

.

.

.

Chapter 13 " Krem"

HAPPY READING

.

.

.

Bagai petir di siang bolong. Nama Kim Seokjin menjadi bahan perbincangan di kalangan mahasiswa/i kampus. Beritanya terpampang di mading tiap fakultas. Taehyung menarik lembar pamflet itu dan meremasnya. Ia berjalan dengan terburu-buru melewati banyak pasang mata yang menatapnya bingung.

Taehyung memutar haluan, berusaha membolos sepertinya. Ini pukul delapan pagi, ia baru saja tiba di kampus dan langsung dikejutkan dengan berita tentang kakaknya.

Dipersimpangan lorong, ia bertemu dengan Jungkook. Jungkook baru saja ingin menghindar tapi ia urungkan karena melihat perubahan air wajah Taehyung kala itu. Ia menarik lengan lelaki itu saat berpapasan.

"Mau kemana kau? Kelas Pak Lee akan segera mulai."

Taehyung menoleh. Ia menggeleng. Tatapannya melembut saat bertemu pandang dengan Jungkook.

"Aku akan minta izin. Ada sesuatu yang harus kuurus."

Jungkook melepaskan cengkramannya dan balik menatap sepasang manik hazel Taehyung.

"Kau kan baru sampai. Apa urusan itu penting?"

Taehyung menggulung senyuman. Ia mengangkat tangannya dan menepuk puncak kepala gadis itu dengan lembut, tiga kali.

"Sangat."

"Tentang kakakmu yang sedang jadi trending topic sekampus?" Terka Jungkook yang kemudian dihadiahi anggukan oleh Taehyung.

"Kau mau ikut? Aku hanya ingin memastikan sesuatu pada kakakku."

Tanpa sadar Jungkook mengangguk begitu saja. Ia memiliki kelas, meski masih jam 9 nanti. Mungkin tak akan sempat masuk tapi aku masih bisa menghadiri kelas ganti nanti. Batinnya.

"Maaf harus naik transportasi umum."

"Tak apa. Rumah mu juga tak jauh, bukan?"

Taehyung berdehem. Mereka diam sepanjang perjalanan. Taehyung terlalu sibuk dengan pikirannya dan Jungkook sama sekali tak ingin mengganggu Taehyung. Tak lama di dalam bus, akhirnya mereka pun sampai. Hanya perlu berjalan sedikit saja dari halte untuk benar-benar tiba di kediaman kakak beradik Kim.

Cklek

"Duduklah dan nyamankan dirimu selagi di sini."

Jungkook duduk di sofa, matanya menangkap Taehyung yang masuk kedalam. Ia sedang mengambil minum untuk Jungkook. Setelah minum diantar, Taehyung menyuruh Jungkook menunggu sedangkan dirinya harus menemui sang kakak di halaman belakang.

Taehyung melihat Jin sedang duduk santai dengan perhatian yang seratus persen diberikan pada ponselnya. Jin bahkan tak sadar bila sang adik pulang dan saat ini sudah berada tepat di belakangnya.

"Kak, ada yang ingin ku tanyakan."

Taehyung mengambil posisi untuk duduk disebelah sang kakak yang nampaknya sedikit terkejut. Bahu yang mendadak bergetar mengisyaratkan hal itu. Jin pun sontak mengalihkan perhatiannya.

"Kenapa kau menjadi model disana, kak? Apa ayah memaksa?"

"Tidak. Ini murni keinginan ku sendiri."

Taehyung melihat Jin memalingkan wajahnya. Ia tahu kakaknya sedang berbohong, hanya saja ia tak mau mendesak sang kakak untuk bercerita lebih dari kemampuannya saat ini.

Taehyung mendesah. Ia memfokuskan arah pandangnya pada dinding yang didekorasi seperti air terjun mini. Setidaknya itu bisa membuat pikirannya lebih santai.

"Kakak menjadi hot issue di kampus, bahkan rasanya pamflet itu ada di tiap mading fakultas."

"Haha. Aku seterkenal itu? Merepotkan sekali pasti ya. Apa mereka menanyai mu macam-macam?"

Taehyung melirik sang kakak yang tertawa hambar. 'Pembohong ini ...,' batinnya.

"Bila merepotkan, kenapa kakak masih menjadi model disana? Bukankah kakak menolak mentah-mentah semua tawaran ayah sedari dulu?"

Hening. Jin menarik nafas dan membuangnya dengan berat. Ia sedang mencoba menetralkan emosinya yang entah kenapa ingin sekali meledak saat itu juga.

"Kenapa memilih bertahan dalam kepompong bila menjadi kupu-kupu jauh lebih baik?"

Jin menoleh menatap adiknya dengan tersenyum tipis. Taehyung termangu, ia tak percaya pada kata-kata sang kakak yang ia dengar.

"Tak selamanya menjadi kepompong itu cukup, kadang manusia harus mengikuti ulat, pun kita harus menjadi layaknya kupu-kupu."

"Metafora macam apa itu?!"

Taehyung menaikkan suaranya. Tidak sampai memekik, hanya saja ia benar-benar tak habis pikir melihat sang kakak berucap dengan ekspresi tenang seperti itu.

"Maaf sudah berteriak. Maksud ku, apa kakak benar-benar melakukannya karena ingin? Kakak tidak sedang menutupi sesuatu dariku, bukan?"

Jin mendesah. Ia tahu adiknya tidak mudah dibohongi. Tapi untuk saat ini, dirinya belum bisa memberitahu keadaan sesungguhnya pada sang adik.

"Tae, hidup ini penuh pilihan dan inilah pilihan ku."

Taehyung mengangguk kecil selama beberapa kali. Kakaknya keras kepala sekali. 'Masih saja berkilah,' batinnya.

"Baiklah. Bila terjadi sesuatu, kakak bisa cerita. Kita ini saudara dan hanya memiliki satu sama lain. Kalau begitu aku kembali kampus dan sebaiknya kakak tidak usah masuk hari ini, nanti aku izinkan pada dosen pengampu kelas kakak."

Jin melihat kepergian adiknya yang menghilang dibalik tembok. Ia mendesah, senyumannya sirna begitu saja.

"Benar, Tae. Kita hanya memiliki satu sama lain..,"

Jungkook melihat Taehyung yang mendatanginya. Wajahnya sudah tampak sedikit manusiawi dibandingkan dengan yang tadi pagi. Ia langsung berdiri dan menunjuk cangkir dihadapannya.

"Sudah habis, terimakasih minumannya."

"Iya. Ayo kembali ke kampus. Lima belas menit lagi kau ada kelas, nanti terlambat loh."

Jungkook menggeleng. Ia menunjukkan layar ponselnya pada Taehyung. Taehyung membaca dengan seksama dan mengangguk paham.

"Kalau sudah meminta izin, sekalian saja pergi dengan ku, mau tidak? Ada sesuatu yang harus ku beli untuk kakak ku."

Jungkook menimang tawaran Taehyung. Dipikir-pikir ia memang sudah tidak ada jam kuliah lagi setelah itu. Jadi, sekalian saja ia terima daripada sendiri di rumah, bosan.

"Kemana memang?"

"Mall."

Taehyung berjalan ke garasi. Jungkook pun mengikuti dari belakang. Ia mengernyitkan dahinya.

"Tak masalah kan dengan naik motor? Akan terlalu lama bila naik transportasi umum yang harus berkali-kali pindah jalur."

"Ah..."

Jungkook diam memyaksikan Taehyung yang memasangkan helm untuknya. Lalu ia beralih melihat Taehyung yang sudah menaiki motor dan memakai helm. Bahkan Taehyung sudah memanggil dirinya untuk segera naik, namun Jungkook urung mendekat, ia membatu.

Taehyung membuka kaca helmnya. Ia memanggil nama Jungkook sekali lagi dengan sedikit berteriak. Ia menyentuh jemari Jungkook yang saat itu tampak melamun.

"Ayo!"

.

.

.

To be Continue

.

.

.

Hai!

Aku balik lagi~

Gimana chapter ini?

Semoga kalian suka ya ^^

See you on the next chapter

Bubye~