JeongCheol os / fav couple os

Seungcheol X Jeonghan

X Han-ie

Appa SVT X Umma SVT

PRESENT TO YOU ...

Enjoy~

Matahari sudah menampakkan dirinya, Seoul mula bising dengan kicauan burung, bunyi klason mobil juga penduduk Seoul yang saling mengenal bercerita satu sama lain dengan hebohnya. Tapi semua itu bagai angin lalu pada sosok pria cantik yang sedang duduk dengan santai dihalte bus dengan tangan kanannya yang sibuk menyoret sesuatu dalam buku berwarna ungu di pangkuannya. Agak susah emang tapi sosok pria cantik itu tidak menghiraukan nya sama sekali. Dia masih fokus dengan buku serta pensil di tangannya. Ah! Juga jangan lupakan mata nya yang sesekali melirik sosok pria tampan yang berdiri membelakanginya di samping kirinya.

Bus berwarna biru putih berhenti tepat di depan halte bus yang pria cantik itu duduki. Terlihat wajah pria cantik itu sedikit muram dengan bibir yang di pout imut. Kerna pria tampan yang sedari tadi dia tenung dalam diam diam sudah menaiki bus di depannya dan sialnya bukan bus yang sama membawa ke kampusnya. Pria manis itu berdiri dan membuang nafas kecewa saat bus itu sudah berlalu.

"Huh, Seungcheol-ah, kau tampan seperti biasa. Hish kenapa sih bus itu awal sekali aku belum puas memandang wajah mu." Pria cantik itu mengerutu tak jelas sembari mengusap buka nya ah! Tepatnya sebuah lukisan wajah seseorang yang bernama Seungcheol, Choi Seungcheol.

"Yak! Yoon Jeonghan!" Pria cantik itu berjengkit kaget saat seseorang berteriak tepat di kuping kirinya. Dia menoleh dan memberi glare death kepada orang yang mengkagetkannya tadi sedang yang dipandang hanya memasang wajah tidak bersalah.

"Sialan Hong Jisoo! Aku belum budek jadi ngak usah teriak. Aku tahu kau anak jurusan musik tapi jangan jadikan aku sebagai benda uji kaji mu." Celoteh pria cantik bernama Jeonghan , Yoon Jeonghan itu.

Sedangkan yang di celoteh memutar mata malas.

"Yak! Aku sudah memanggil mu dari jauh sedari tadi Yoon Jeonghan berwajah Cheonsa berhati iblis." Protes Jisoo sedikit menyindir.

Kini balikan Jeonghan yang memutar matanya. Dia berdengus kasar lalu berjalan dengan cepat menuju ke kerusi panjang halte bus itu dan diikuti Jisoo.

"Dasar pengutit" sindir Jisoo.

Jeonghan memandang Jisoo tajam yang hanya dianggap angin lalu oleh Jisoo.

"Aku tidak!"

"Kau iya, buktinya itu" jawap Jisoo sembari menunjuk buku ungu di gengaman Jeonghan yang masih memperlihatkan ukiran wajah tampan sosok Seungcheol.

Jeonghan cemberut.

"Jika dikira ini sudah masuk 1 tahun kau hanya memperhatikannya dari jauh bahkan aku sudah tidak tahu berapa kali kau membeli note book baru yang semuanya isinya sama dengan wajah Seungcheol Seungcheol itu dan ayat ayat chessy mu itu."cerecos Jisoo panjang lebar.

Jeonghan menekuk wajahnya perlahan dia membuang nafas berat.

"Yak! Itu bukan ayat keju itu murni dari hati ku Hong Jisoo."

Jisoo memutar bola matanya (lagi)

"Terserah."

" kau belum pernah berfikir buat menyapanya? Yah well , kau cantik Jeonghan-ah dan aku yakin dia tidak akan menolak saat kau mengajak berkenalan." Sambung Jisoo.

Wajah Jeonghan menyendu.

"Dari mana kau tahu? Ck. Kami setiap hari berada di bawah halte bus yang sama tapi di tidak pernah melihat ke arah ku bahkan melirik ku saja tidak. Dan aku laki-laki, aku tampan kau tau bukan cantik"

Jisoo menghela nafas.

"Terserah. Jika nanti dia sudah dimiliki, Jangan datang pada ku kerna detik itu juga aku menendangmu jauh ke planet marikh sana."

Gantian Jeonghan yang menghela nafas berat.

"Hah, pasti ada. Dia tampan mustahil dia tidak punya kekasih di kampusnya." Gumam pelan Jeonghan tapi mampu didengar Jisoo dan membuat sosok pria manis berwajah mirip kucing itu mengeleng kepalanya.

Mulut Jisoo terbuka ingin mengatakan sesuatu tapi bunyi memekakkan klason bus berwarna kuning putih membuatnya mengurungkan niatnya itu. Tanpa banyak bicara dua sosok maniscantik itu berdiri dari duduk mereka dan memasuki bus didepan mereka yang akan membawa mereka ke tempat tujuan mereka-kampus-

ยท

NOTE BOOK

PLEDIS UNIVERSITY

, adalah kampus dia mana Jeonghan dan Jisoo menimbah ilmu. Kampus yang diisi dengan mahasiswa dan mahasiswi yang pintar, berasal dari keluarga berada dan visual yang tak boleh di bawa main. Dan tentu Jisoo dan Jeonghan termasuk dalam golongan 3 penerangan dia atas.

Lalu jika kaya kenapa menaiki bus? Hah! Jadi ceritanya begini, saat Itu Jeonghan mendapat tugas menumpuk hingga menyebabkan dia pulang agak lewat dan supir peribadinya sudah terlanjur dia suruh pulang duluan. Jadi lah dia menunggu bus dihalte dekat kampusnya. Mula semuanya normal, Jeonghan menaiki bus berwarna kuning putih lalu berhenti di halte dekat apartment nya.

Ya, Jeonghan tidak tinggal dengan keluarga nya dengan alasan ingin mandiri. Diperbolehkan dengan syarat dia harus mempunyai supir. Jeonghan dilarang keras membawa kereta sendiri kerna Jeonghan jika membawa kereta bakal menjadi 'iblis' sesungguhnya. Kembali ke cerita, saat sudah turun dari bus tadi, Jeonghan melihat siluet seorang pria yang berlari di tengah jalan raya yang mobilnya saat itu sangat banyak, Jeonghan terkejut dia reflek menutup matanya dengan kedua telapak tangannya saat sebuah mobil melaju mengarah ke pria tadi. Tidak mendengar apa apa hanya sekilas klason mobil, Jeonghan menurun kan tangannya dan di samping halte tempat dia berdiri, siluet pria tadi berjongkok sembari tangannya mengusap anak kucing di bawahnya, Jeonghan dapat melihat sedikit bercak merah seperti darah di lengan pria itu.

"D-dia berdarah?"

"Dia membahayakan nyawanya buat kucing itu?" Gumam Jeonghan tanpa henti. Jeonghan memandang Pria itu dengan tatapan kagum dan detak jantungnya berdetak brutal saat pandangan mereka bertemu sosok itu tersenyum tipis dan memalingkan wajahnya semula ke arah anak kucing tadi, Jeonghan melihat sosok itu mengambil jaket kulitnya yang terbuang di lantai sampingnya dan membalut anak kucing itu dengan jaket kulit itu dan mula bangkit dan meninggalkan halte bus dan Jeonghan yang masih memandang punggung itu sehingga pria itu memasuki taksi yang dia tahan tadi.

Jeonghan berjalan perlahan hingga langkah nya berhenti tepat di mana lelaki tadi berjongkok mengusap penuh kasih sayang anak kucing tadi. Jeonghan masih memandang kedepan. Dia masih belum bisa memalingkan wajah nya bahkan saat taksi tadi sudah jauh. Jeonghan mengeleng buat mengembalikan alam sadarnya, dia berbalik dan tak sengaja matanya melirik sebuah benda kecil sedikit panjang di atas rumput tempat kucing tadi, Jeonghan berjongkok dan mengapai benda itu. Dia memandang benda itu yang ternyata name tag dengan logo kampus yang tak kalah terkenal di seoul selain kampusnya.

"C-Choi Seungcheol .. Seventeen UN?."

Senyum terbit di wajah cantik Jeonghan dengan wajah meronanya yang entah kenapa bisa muncul.

"Nama nya Seungcheol? Hua! Nama nya indah sesuai dengan wajah tampannya. Aigoo kenapa pipi ku panas ." Monolog Jeonghan sembari memegang pipi kiri menggunakan tangan kirinya.

Jeonghan mengeleng keras lalu semakin tersenyum lebar.

"Aku jatuh cinta ! Huaa Omma Hanie jatuh cinta pada pangeran kucing bernama Choi Seungcheol" monolog Jeonghan sembari memegang dada kirinya menggunakan tangan kanannya yang masih mengengam name tag tadi.

Esoknya Jeonghan memutuskan buat naik bus, mana tahu bisa bertemu dengan pangeran kucing. Dan nampak nya dewi fortuna di pihaknya saat memasuki halte bus dia melihat sosok kemarin berdiri di samping halte bus dengan earphone berada di kedua telinganya. Mata bulat pria tampan itu tertutup sesekali kepala itu bergerak mengikut musik yang berputar melalui earphonenya. Jeonghan mengulum senyum. Dia ingin mendekat tapi bunyi nyaring bus biru putih menghentikan langkahnya dan pria tampan itu beranjak dari posisinya memasuki bus tadi setelah smua penumpang sudah naik,bus itu mula meninggalkan halte bus dan Jeonghan yang cemberut.

Jeonghan duduk termenung di kerusi halte bus mata nya fokus menatap tag name di gengamannya. Niatnya mahu menjadikan name tag itu sebagai alasan agar dia bisa mendekati pria itu tapi bus sialan itu datang nya terlaku cepat. Klason mobil menghentikan lamunan Jeonghan, Jeonghan mendongak dan matanya bersetatap dengan mata Jisoo yang masih berada dalam mobil sembari membuat gestur agar Jeonghan masuk dalam mobilnya. Jeonghan pun beranjak dari duduknya dan melangkah menuju mobil Jisoo dan memasuki tanpa aba-aba.

"Supir mu tidak menjemput?" Tanya Jisoo saat itu sembari menjalankan semula mobil nya.

Jeonghan mengeleng.

"Ani, mulai saat ini aku akan naik bus saja"

Jisoo mengerutkan keningnya dia melirik sekilas Jeonghan.

"Wae? Apa appa mu jatuh bangkrut?" Canda Jisoo

"Ya, anggap saja begitu" jawap Jeonghan acuh.

Kening Jisoo semakin mengerut.

"Pasti ada sesuatu kerna mustahil appamu jatuh bangkrut . Jadi kenapa iblis berkedok cheonsa ingin menaiki bus sedangkan ada supir ?"

Jeonghan memutar matanya malas.

"Aku menyukai seseorang dan seseorang itu menaiki bus dan sialnya kami beda haluan"

Jisoo mengangakat alisnya mendengar alasan tak seberapa lojik dari Jeonghan.

"Jadi kau ingin menaiki bus hanya seseorang yang kau sukai dan seseorang itu beda bus dengan mu? Jadi buat apa naik bus Jeonghanie? Toh kalian tidak sma bus."

Jeonghan menghela nafas.

"Tapi kami menunggu bus di halte yang sama Hong kucing Jisoo"

"Berhenti memanggil ku kucing, Iblis berkedok Cheonsa"

"Kau juga berhenti memanggil ku iblis berkedok Cheonsa"

Dan pertengkaran tak dapat di elak dan berakhir dengan permintaan Jeonghan yang meminta Jisoo ikut menaiki bus mulai besok dengan nya. Jisoo yang tak bisa menolak apa lagi saat Jeonghan membuat wajah memelas yang mengemaskan dengan berat menuruti sahabat iblis nya itu.

Jeonghan mengacak isi beg hitam nya dengan kening mengernyit membuat Jisoo yang duduk di sebelahnya memandangnya bingung.

"Kau cari apa Jeonghan-ah?"

"Buku ungu ku Jisoo-ah." Jawap Jeonghan tanpa memandang Jisoo. Dia masih mengacak isi beg hitamnya.

"Apa kau melihatnya?."Tanya Jeonghan yang kini menatap penuh harap Jisoo

"Tidak. Last aku melihatnya saat kita dalam bus tadi." Jawap Jisoo

Jeonghan menghela nafas .

"Apa tertinggal dalam bus.. ah! Jinjja." Frustasi Jeonghan.

"Wae? Cuma buka isi lukisan wajah seungcheol kan?."

Jeonghan mengeleng keras.

"Aniiii... ada isi tentang perasaan ku juga Jii... lalu aku meletak nama ku... hah! Andwae ! Aku malu sekali jika ada orang lain membacanya..! "

Jisoo menahan tawa melihat wajah frustasi Jeonghan dengan pipi memerah hebat.

"Tumben sekali kau meletak namamu selalunya tidak."

Jeonghan berdecak.

"Aku juga tidak tahu. Tiba-tiba ingin meletakkan nama ku di samping nama nya. Itu saja."

Jisoo memutar bola matanya.

"Bucin." Gumamnya dan nasib baik cheonsa berhati iblis itu tidak mendengar jika tidak bokong Jisoo sudah berciuman dengan lantai kelas mereka.

"Ya apa bisa buat sih.. Siapa tahu yang menemukannya Seungcheol. "

Jeonghan memandang tajam Jisoo.

"Mustahil. Bus kami kan beda dan aku tidak mahu dia yang menemukannya. Itu malah semakin memalukan."

Jeonghan mengelamkan wajah merona nya dalam lipatan tangannya di atas mejanya. Jisoo hanya mampu memandang sahabat iblis nya yang sedang galau itu.

-At Same Time but Different Place -

"Seungcheol Hyung.."

Seungcheol reflek menoleh ke arah suara tadi yang memanggilnya.

"Eoh? Mingyu.. wae?." Tanya Seungcheol pada adik kelasnya itu.

"Ini. Apa ini milik hyung?."ujar Mingyu sembari menghulurkan sebuah note book berwarna ungu.

Seungcheol mengapai buku itu dan membelek beleknya.

"Ku rasa aku tidak mempunyai note book berwarna ungu."

Mingyu mengaruk tengkuknya canggung.

"Ah! Jinjjayo? Aku tadi melihat lukisan wajah hyung dalam note book itu jadi ku pikir itu milik hyung. "

"Lukisan wajah ku?"

Mingyu mengangguk.

"Di mana kau menemukannya? "

"Dalam bus hyung. Tadi mobil ku mogok jadi aku menghantar pacar ku naik bus ke kampusnya. Kampus Pledis."

Seungcheol menaikkan satu alisnya.

"Bus menuju ke Pledis University? Sudah jelas Mingyu, ini bukan milik ku. Kan Pledis dan Seventeen UN berbeda arah."

Mingyu sontak menampar jidatnya sedikit keras.

"Benar.. Maaf hyung. ."

Seungcheol hanya mengeleng geleng.

"Gwenchana. Buku ini biar aku yang simpan. Mana tahu aku mengenal pemilik buku ini sekalian mengembalikkannya."

Mingyu mengangguk.

"Nae. Maaf sekali lagi hyung kalau gitu aku pamit ke kelas dulu." Pamit Mingyu.

Seungcheol hanya mengangguk.

Seungcheol melanjutkan langkahnya menuju ke perpus kerna kelas nya belum di perpus, dia mengambil tempat duduk di kerusi perpus yang di pojok. Itu adalah tempat fav nya. Kerna jarang di lalui pelajar lain. Dia bebas jika ingin tidur.

Selepas menjatuhkan bokongnya ke kerusi empuk milik perpus, Seungcheol kembali membelek-belek buku ungu tadi mencari jika saja ada nama pemilik buku itu tapi nihil tidak ada nama didepan mahu pun dibelakang buku itu.

Seungcheol mula membuka Note Book itu dengan perlahan. Muka surat pertama adalah wajahnya yang mendongak seakan memandang langit. Senyum tipis terukir di bibir tebalnya.

"Dia pasti mahasiswi jurusan seni. Lukisannya sangat cantik."

Dan sehingga halaman ke 10 semua berisi wajah Seungcheol dengan kalimat semangat dan pujian. Senyum tipis selalu muncul saat membaca sederet kalimat sosok itu menyemangatinya dan pujian buatnya. Saat halaman ke 11, tiada lukisan wajahnya hanya sederet kalimat pengakuan cinta sosok itu pada Seungcheol. .

"Yoon Jeonghan.?" Lirih Seungcheol saat melihat nama seseorang yang berada di samping namanya dengan sebuah ditengah tengahnya.

Senyum terukir di wajah tampannya kini sedekit lebar.

"Sudah ku duga. Itu kau Cheonsa ku."

"Aku juga mencintai mu. Tunggu aku Cheonsa ku." Senyum Seungcheol makin lebar di menbekap note book itu didadanya.

E N D

Aneh? Arrayo . Kerna aku juga berfikiran yang sama T_T

BTW gomawo yang udah mahu mampir baca book unfaedah ini _

Next? SOONHOON!

Maybe:)