Ice menghela nafas saat melihat dirinya sudah terlambat pulang ke rumah karena terlalu asyik tidur di rumah Fang sambil menikmati cemilan kecil milik Fang.

Seharusnya dia itu menjenguk Fang yang sedang sakit seperti perintah Halilintar yang tidak bisa pergi menjenguk karena kerja sambilannya di cafe. Mumpung sedang liburan panjang, akhirnya Ice dengan senang hati(baca:terpaksa) pergi ke rumah Fang.

Dan siapa sangka dia malah keenakan di rumah Fang dan malah pulang jam 11 malam. Dengan siapa dia minta tolong untuk di jemput pulang sekarang?

Halilintar? Tidak, Ice tidak mau mengambil resiko di banting dengan kakak sulungnya karena pulang malam.

Taufan? Saat ini kakak hyper nya ini sedang berada di rumah sakit karena tifus. Kan tidak mungkin ia minta di jemput dengan orang sakit.

Gempa? Dia bisa saja minta tolong dengan Gempa, Tapi pasti saat ini Gempa sedang kelelahan karena harus mengurus Taufan di rumah sakit.

Thorn? Solar? Kedua adiknya ini sedang pergi ke rumah Tok Aba. Katanya mau membantu Tok Aba mengurusi kedainya mumpung liburan.

Sepertinya harapan Ice terletak di kakak pembuat onarnya itu. Dengan cekatan Ice mengambil ponsel miliknya yang menganggur dalam saku. Tangannya menekan kontak yang bertuliskan juragan ayam. Tapi siapa sangka. Di saat dirinya telah terhubung dengan Blaze, ponsel miliknya tiba-tiba saja mati karena batrai nya sudah habis.

Ice sekarang benar-benar mengutuk dirinya yang lupa mengecash ponsel nya tadi di rumah Fang. Sekarang mau tidak mau dia harus menaiki Bus. Berdoa saja semoga bus jam segini masih beroperasi.

Mata Ice membesar ketika melihat sebuah bus berhenti di sebuah halte yang tidak jauh darinya. Apalagi banyak sekali orang yang ingin menaiki bus itu. Dengan langkah lebar, Ice memasuki bus itu.

Yah...

Setidaknya dia memiliki transportasi untuk kembali ke rumahnya. Ice mendudukkan dirinya di kursi paling belakang bus.

Perasaannya mulai tidak karuan saat merasakan suasana bus yang sepi. Padahal bus ini penuh dengan orang. Ice memang pecinta keheningan, tapi bukannya aneh jika sebuah bus yang di penuhi oleh orang terlihat sangat sepi.

Ice memilih untuk tidak peduli. Dia memutuskan untuk memejamkan matanya sejenak. Dia benar-benar mengantuk saat ini.

Ice tidak tau sudah berapa lama ia tertidur. Yang jelas ia sempat memimpikan dirinya sedang menikmati sebuah burger yang sangat besar sendirian. Ice terbelalak saat mengetahui rute yang di lewati bus itu sedikit aneh.

Pemandangan yang Ice lihat adalah sebuah pasar yang ramai dan berisik. Tapi, memangnya ada pasar di tengah malam?

Ice melirik ke arah kursi penumpang lainnya. Kosong. Tidak ada satupun orang di dalam bus itu kecuali dirinya dan supir bus. Hidungnya mulai mengendus bau amis.

Ice benar-benar membenci ini.

"Pak berhenti! Saya mau turun!" Ice berteriak kepada supir bus itu dan mulai berjalan ke arah pintu.

Bus itu berhenti. Supir tersebut memutar kepalanya 180 membuat Ice benar-benar ketakutan. Di tambah lagi wajah sang supir yang terlihat membusuk.

Tanpa banyak bicara, Ice langsung melompat turun dari bus itu dan berlari sejauh mungkin. Langkah kakinya mulai memasuki pasar yang berisik. Dirinya yang terburu-buru tanpa sengaja menabrak ibu-ibu yang kebetulan sedang berjalan.

Semua belanjaan wanita itu terlihat berceceran di jalan. Ice yang terkejut memutuskan untuk membantu ibu itu.

"Ma-maaf bu! Bi-biar sa.." perkataan Ice terhenti saat melihat belanjaan ibu tersebut.

Jantung dan hati manusia.

Dia tidak salah lihat kan?

Dengan keberanian yang tersisa, Ice memutuskan untuk mendongakkan kepalanya menatap wanita yang ia tabrak tadi.

Jantung Ice sekarang benar-benar mau copot. Seorang wanita dengan wajah datar yang ia tabrak tadi. Benar-benar datar. Tentu saja siapapun yang ada di posisi Ice pasti akan melakukan hal yang sama.

"HUAAAA!" dan setelah itu kesadaran Ice benar-benar menghilang.


"Nak? Kau baik-baik saja?" Ice membuka matanya yang terasa sangat berat. Kepalanya benar-benar pusing saat ini.

Penglihatannya yang kabur berusaha menatap seorang nenek tua yang sedang membangunkan dirinya. Ice menatap sekelilingnya untuk memastikan dimana dirinya saat ini.

"Nak?" Ice menolehkan kepalanya ke samping.

Terlihatlah seorang wanita tua yang membawa sebuah kapak di tangannya dan di punggungnya terdapat banyak sekali kayu bakar. Wanita itu menatap Ice dengan tatapan khawatir. Sepertinya ia tidak sengaja menemukan Ice saat sedang mengambil kayu bakar.

"Kamu tidak apa-apa?" Ice hanya menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban dari pertanyaan nenek itu. Saat ini Ice benar-benar tidak ada tenaga untuk berbicara sedikitpun.

Ia alihkan perhatiannya kepada jam tangan miliknya. 03:48 AM.

Ice menghela nafas kasar. Malam ini dia benar-benar mendapat sial! Naik bus setan, ketemh sama wanita berwajah datar dan sekarang Ice malah terdampar di tengah hutan?

Pasti saat ini semua saudaranya sedang mencari dirinya.

"Nek, saya boleh menginap di rumah nenek?" tanya Ice pelan.

Wanita tua itu terlihat tertawa kecil sebelum menggelengkan kepalanya.

"Kau harus pulang! Kau sudah terlalu lama berada di sini" balas nenek itu lembut.

Ice mengernyit dahinya bingung. Bagaimana caranya ia pulang? Dia saja tidak tahu dimana dirinya sekarang.

"Saya tersesat nek! Bisakah saya tau dimana jalan keluar dari hutan ini?" wanita tua itu mengangguk pelan sambil menunjuk ke arah kanan.

Ice menghela nafas lega. Setidaknya setelah semua yang terjadi dia bisa pulang.

"Pergilah! Nenek tidak ingin kau bernasib sama dengan nenek" Ice hanya mengangguk pelan dan mulai melangkahkan kakinya keluar dari hutan. Dia menolehkan kepalanya kebelakang.

Niatnya ingin berterima kasih kepada nenek itu. Tapi semua itu langsung sirna saat Ice tidak menemukan sosok wanita itu.

Insting Ice bekerja sehingga dirinya memutuskan untuk mempercepat langkah kakinya keluar dari hutan. Terlihatlah cahaya dari lampu jalan membuat hati Ice bersorak ria.

Kini dirinya telah tiba di halaman rumahnya. Dia perhatikan jam tangannya yang menunjukkan pukul 04:00 AM.

Dia benar-benar bahagia saat dirinya bisa kembali melihat rumahnya. Tapi sepertinya ada yang salah. Sejak kapan rumahnya berada di dekat hutan?

Ice tolehkan kepalanya kebelakang. Tidak. Dirinya benar-benar tidak menemukan satu pohonpun di sama. Hanya ada lampu jalan dan jalanan yang sepi di sana.

Cukup sudah permainan mistis nya. Ice benar-benar sudah lelah sekarang. Dengan terburu-buru Ice langsung menerjang pintu rumahnya. Ia benar-benar tidak peduli dirinya akan di marahi oleh Halilintar karena telah merusak pintu.

"ICE!" tubuh Ice langsung oleng kebelakang saat dirinya di tabrak oleh saudara-saudaranya.

"Le-lepaskan aku" pinta Ice dengan nafas sesak.

Ayolah dia benar-benar hanya ingin berbaring di kamar saat ini.

"Kemana saja kau seminggu ini?!" Ice sudah memprediksi dirinya akan diomel oleh ke-6 saudaranya karena pulang lambat.

Tapi.. Apa Ice tidak salah dengar? Tadi Gempa bilang seminggu?

Ice menatap ke-6 saudaranya dengan tatapan cengok.

"Seminggu?" tanyanya meminta kepastian dan dibalas dengan anggukan kepala Blaze.

Ice alihkan pandangannya ke arah pintu rumah. Di tengah jalan Terlihatlah supir bus dengan wajah membusuk sedang tersenyum kepada Ice.

Ice bersumpah dia tidak akan mau pulang malam lagi ataupun keluar dari rumah tanpa seseorang yang menemaninya.

END

Tamat dengan gaje

Maaf kalau ada kata-kata yang tidak nyaman cerita ini terinspirasi dari mimpi Krista tadi siang mungkin cocok untuk karakter Ice yang punya hobi molor

SAYONARA