hiburan bergerak

la corda d'oro ? kure yuki

saya tidak mengambil keuntungan materiil dari fanfiksi ini

.

.

.

Yunoki Azuma mengedipkan mata tiga, empat kali. Membuat rekan mengobrolnya menghentikan ocehan 10 menitnya dan memutuskan untuk mengerenyitkan alis. Kemudian, melihat pria berambut panjang itu seperti terpaku pada sesuatu di belakangnya, ia pun membalikkan badan untuk melihat siapa yang mencuri perhatiannya.

Berjalan beberapa langkah dari pintu masuk ballroom, Tsukimori Len memasuki ruangan dengan jas formal dan gestur percaya diri condong arogan. Pemandangan yang lazim ketika berada di atas panggung, tetapi langka ketika berada di dalam acara pesta para pembisnis dan rekan terkait. Rupanya, sentimen tersebut juga dirasakan banyak tamu pesta, termasuk lawan bicara Yunoki, karena ia berkata, "Tak kusangka pewaris takhta Tsukimori akan datang kemari! Sepertinya ini kali pertama dia datang ke acara ini."

Yunoki menggumamkan persetujuan, kemudian menyesap sampanye di tangannya dengan anggun. Mata tajamnya mengamati Tsukimori, sang tamu tak terduga, dengan pandangan intens.

"Bukankah Tuan Muda Tsukimori biasanya tidak bisa datang karena sibuk bermusik? Atau jangan-jangan dia banting setir jadi pengusaha seperti ayahnya?" tanya si lawan bicara kepada Yunoki. "Kalian berdua sama-sama dari Seisou, mungkin kau tahu tentang perihal itu."

Anak ketiga keluarga Yunoki ini menurunkan sampanyenya untuk membalas andai-andai tak mungkin tersebut, "Tsukimori adalah musisi serius sejak dia di Seisou sampai sekarang. Kalau dia sampai memilih untuk menjadi pengusaha, itu artinya kiamat sudah dekat."

Jawaban halus namun berbalut tusuk pisau menjadi alasan mengapa lawan bicaranya memilih untuk mengunci mulut. Puas dengan respon yang didapatkan, Yunoki pamit untuk menyambut Tsukimori.

Lagipula, musisi yang baru saja datang adalah distraksi menarik dari pesta super membosankan ini.

"Halo, Tsukimori. Tak kusangka kita akan berjumpa di sini," sapa Yunoki dengan merdu nan halus. Membuat yang disapa melebarkan mata, tak menyangka kakak kelasnya turut diundang dalam acara ini.

"Yunoki-senpai," balas Tsukimori sambil menganggukkan salam hormat, "Senang bisa bertemu denganmu di sini."

"Nah, kamu tidak senang di sini. Kau lebih suka kembali latihan dengan biolamu," canda Yunoki dengan senyum penuh arti. Tsukimori, tak menyangka akan dibalas demikian, tersenyum kecil mendengarnya.

"Ayahku memintaku untuk datang mewakili beliau. Katanya sudah saatnya aku bersosialisasi dengan orang," ucap Tsukimori dengan datar. Walaupun ekspresinya tidak berubah, sang kakak kelas bisa melihat kalau adik kelasnya ini sedang tidak nyaman. Sepertinya Yunoki bisa menduga alasan di balik itu.

"Dan tidak lagi sibuk bersosialisasi dengan biola," tandas Yunoki, lebih dari senang bisa bercakap-cakap dengan seseorang yang menarik perhatian.

Kali ini, senyum kecil Tsukimori membeku menjadi kikuk.

Benar.

Ah, Yunoki nyaris melupakan betapa menyenangkan bisa menggoda adik kelasnya yang lugu satu ini. Tsukimori mungkin lebih superior darinya dalam urusan bermusik, tapi keluarkan ia dari zona itu dan pemuda itu jadi ikan tawar keluar dari kolamnya. Yunoki sangat menikmati momen dimana adik kelasnya kesulitan bernapas di daratan.

"Yunoki-senpai, jangan bilang kali ini Tsukimori-kun jadi korbanmu juga."

Yunoki Azuma kembali mengedipkan mata tiga, empat kali. Ia sangat mengenal pemilik suara feminin nan manis itu, yang kini berada di belakang Tsukimori.

"Waduh, waduh. Hino-san. Tumben sekali dirimu datang kemari," senyum Yunoki tanpa sadar menjadi lebih lebar dan tulus. Orang lain yang melihatnya mungkin semakin terpesona dengan pemuda berambut panjang itu, tetapi tidak bagi Tsukimori dan Hino. Pemandangan tersebut membuat bulu kuduk keduanya naik.

"Wah, Yunoki-senpai, apa tidak terlalu awal untuk menebar teror pada adik kelasmu yang malang? Kami baru saja datang, lho. Dan tolong jangan bercanda dengan Tsukimori-kun," pinta Hino Kahoko sembari berjalan mendekati kedua pemuda itu.

Alis Yunoki naik sebelah. "Kenapa aku tidak boleh bercanda dengan Tsukimori?"

"Karena—" perempuan itu terdiam ketika ia menyadari sesuatu. Yunoki, dengan sikapnya yang terang-terangan sedang menggodanya dan Tsukimori, yang ekspresinya menggelap karena menyaksikan interaksi mereka.

Ah. Ternyata aku—

"Karena—" ulang Hino, menyadari kesalahannya dan berusaha memperbaiki, "—Tsukimori-kun baru pertama kali datang ke sini! Seharusnya senpai menjadi guide tour buat dia, membantu memperkenalkan Tsukimori-kun kepada tamu-tamu, begitu."

"Hino," Tsukimori bersuara setelah sekian lama. "Aku bisa memperkenalkan diri sendiri."

"Tapi, Tsukimori-kun, akan lebih baik kalau kita ditemani oleh Yunoki-senpai selama pesta ini. Benar, 'kan, senpai?" mata Hino memandang langsung mata Yunoki dengan cerah layaknya matahari. Melihat betapa bersinarnya perempuan yang ia sukai ini, bagaimana Yunoki harus merespon?

Tanpa menunggu pemuda berambut biru muda itu menjawab, Yunoki menundukkan kepala tanda salut, "Apapun untuk Nona terhormat, siap kulaksanakan."

Jawaban tersebut membuat bibir Hino mekar oleh senyum, begitu indah dan menawan.

"Terima kasih banyak, Yunoki-senpai. Kau selalu bisa diandalkan dalam urusan ini!" puji Hino dengan tulus.

Yunoki benar-benar ingin menunjukkan ekspresi pongah karena dipuji terang-terangan oleh perempuan itu, tetapi dia sadar betul ada orang lain dalam interaksi mereka, jadi ia berkata, "Jangan begitu, Hino-san. Oh, ngomong-ngomong, bagaimana kalau kau mengambilkan minuman untuk Tsukimori-kun? Sepertinya dia haus."

Hino terperanjat, menyadari bahwa partner pestanya diabaikan sepanjang percakapan. Tsukimori memang terlihat kering dan pucat. Perempuan itu kemudian segera melayani Tsukimori, lalu pergi mengambilkan minuman pesanan.

Hanya berdua, Yunoki segera menunaikan tugas yang diberikan Hino. Namun, sebelum itu ia memberi wejangan pada Tsukimori.

"Kamu seharusnya belajar untuk menyela, kalau tidak mau Hino-san direbut lelaki lain."

"Kenapa senpai berbuat demikian? Apa senpai menganggap Kahoko itu badut?" Tsukimori mendesis.

Wow. Tsukimori Len ternyata bisa bersikap seperti itu terkait Hino.

"Badut?" ulang Yunoki. Pertanyaan Tsukimori entah mengapa membuka laman kenangan zaman dahulu ketika dualitas personalitinya hanya diketahui oleh Hino seorang. Kenangan tersebut membuat kerongkongan Yunoki menyulutkan kekehan, mengagetkan Tsukimori yang mode defensif.

"Kalian ini benar-benar berjodoh ya," ucap Yunoki di sela-sela kekehan.

Tsukimori menyipitkan mata, semakin curiga dengan sikap kakak kelasnya.

Dahulu kala, ia bahkan tak akan repot-repot berpikir lebih tentang sikap dan sifat senior ini. Maka dari itu, sekarang ia memetik buah dari sikap masa bodohnya sendiri. Rupanya aku bodoh sekali.

.

.

"Yunoki-senpai, jangan goda Tsukimori-kun terus! Kasihanilah diaaaa!"

"Hino, kalau urusan kita sudah selesai, ayo segera pergi dari sini. Aku mau lanjut latihan lagi."

(Kalian berdua ini adalah hiburan favoritku. Senang sekali aku bisa kenal dengan kalian)