Baekhyun berlari kearah mobil dimana ayahnya sudah menunggu, Baekhyun tersenyum bahagia setelah menerima rapor semerter ini dan ingin segera menyampaikan kabar pada ayahnya ini.

"Ayah, aku dapat juara umum lagi" beberapa siswa disana tertawa melihat tingkah Baekhyun yang menggemaskan, mereka masuk kedalam mobil dan meninggalkan sekolah.

"teman-temanku iri padaku, ayah tahu Kyungsookan, dia bahkan bilang akan membedah otakku karena dia penasaran mengapa aku tidak terkalahkan"

"Bagus, ayah bangga padamu" Ayahnya itu membelai kecil kepala Baekhyun, perhatian yang hanya Baekhyun dapat dari ayah dan ibunya.

Baekhyun masuk kedalam rumah mewah yang telah dia tinggali selama 18 tahun, benar hari ini tepat dirinya 18 tahun tinggal disini, rasanya masih tetap sama dingin dan sepi walau banyak orang berlalu lalang disana.

Seorang wanita parubaya dan seorang lelaki yang ia sebut kakak sedang duduk bercengkrama disana, tawa renyah dengan begitu santainya berbicara seolah dunia milik mereka. Baekhyun tersenyum kecut, melewati mereka begitu saja berjalan kearah tangga.

"Baekhyun, kau mau kemana?" nada cukup ketus diberikan mommynya

"Keatas, ke kamar"

"Jika kau tidak memberikan hadiah setidaknya berikan selamat pada kakakmu, dia lulus dengan nilai yang bagus" Kakaknya Luhan tersenyum kecil, dia menghampiri mereka dan mengucapkan selamat.

"Nanti malam akan ada perayaan untuk kakakmu, pastikan kau tidak membuat kacau acara kakakmu" Itu suara lain yang baru saja masuk, suara daddynya. Pria berumur 60 tahun itu menatap Baekhyun dengan menuntut, dia tidak mau Baekhyun menjadi pengacau diacara anak kesayangannya.

Baekhyun tidak banyak bicara, dia memilih naik ke kamarnya untuk berganti baju. Samar dia mendengar mommynya berteriak dengan sikap Baekhyun yang dianggap tidak sopan

Baekhyun kembali dengan sebuah kotak hadiah berwarna biru, bajunya juga kini telah berganti dengan kaos kuning polos dan celana jeans hitam.

"Ini hadiahku untuk kakak, maaf aku tidak bisa memberikan yang bagus dan mahal"

"Hey, apapun yang kau berikan itu sungguh berarti"

"Aku juga minta maaf tidak bisa hadir diacara kakak, aku harus pergi keluar"

"Kau mau kemana?" Mommy bertanya

"Aku akan keluar bersama temanku, merayakan—"

"Kau ini berpikir apa Byun Baekhyun, kakakmu memiliki acara penting dan kau malah mau pergi bersama temanmu merayakan hal yang tidak penting begitu? Kau ini benar-benar anak yang tidak tahu malu ya"

"Mom, sudahlah" Luhan menahan mommy yang hampir memukul Baekhyun

"Kenapa ribut?" Daddy keluar dari ruang kerjanya

"Anak ini ingin pergi keluyuran bersama temannya, padahal akan ada acara besar dirumah ini"

Mommy benar-benar merasa marah sedangkan Baekhyun hanya menunduk

"Kau mau kemana" Ucapan daddynya begitu dingin

"Pergi dengan temanku merayakan hari kelulusanku dari sekolah menengah" Semua orang terdiam "Aku tahu kelulusanku tidak sepenting kelulusan kak Luhan, makanya aku tidak meminta Daddy dan mommy membuat perayaan apapun untukku. Lagi pula jika aku pergi, kalian bisa memastikan aku tidak akan mengacaukan pesta kak Luhan. A-aku pamit"

Baekhyun pergi dari sana, dia sudah tidak kuat menahan air matanya, sebegitu tidak pentingnya kah dia sampai kedua orang tua kandung tidak ingat hari ini.

"Ibu" Baekhyun berlari pada wanita yang sedang berdiri digerbang dengan memegang tas belanja.

"Kenapa menangis?" Ibunya khawatir sampai melepaskan kantung belanja begitu saja

"A-aku lulus sekolah bu, aku juga menjadi juara pertama" Ibunya itu mengerti, mengusap lelehan air mata Baekhyun.

"Ayo kita pergi, ibu akan menyimpan ini didapur dan akan mengajak ayahmu untuk pergi, kita rayakan bersama ya"

Baekhyun mengangguk, hatinya mulai menghangat. Bagaimana dia mendapat begitu banyak perhatian dari ayah dan ibunya yang tidak memiliki hubungan darah sama sekali, sejujurnya ayah dan ibunya adalah asisten rumah tangga dan supir pribadi yang ditugaskan ayahnya untuk Baekhyun. Pertama kali Baekhyun memanggil ayah dan ibu pada pasangan istri Han itu saat dirinya menjadi juara taekwondo dan dia meminta itu sebagai hadiah. Hadiah yang sederhana tapi sangat berkesan bagi Baekhyun, dia memiliki orang tua yang masih lengkap tapi serasa tidak ada, mereka terlalu mementingkan kakaknya dan lupa jika dia juga memiliki anak lain. Sedari kecil Baekhyun sudah merasakan perbedaan kasih sayang yang jauh dari kedua orang tuanya, ketika Luhan diberikan mainan baru sedangkan Baekhyun hanya menerima mainan bekas kakaknya. Luhan selalu berbagi apa yang menjadi miliknya, tapi Baekhyun tahu itu tidak akan sama dengan apa yang dia miliki dari awal.

.

Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, rumah Baekhyun sudah sepi mungkin pesta juga telah berakhir beberapa saat lalu. Dia dan pasangan Han itu merayakannya disebuah kedai makanan kecil tempat mereka berkumpul, Baekhyun tidak keberatan kemanapun mereka membawa Baekhyun karena disetiap tempat akan mereka sajikan kebahagiaan pula untuknya.

"Ibu, ayah meledekku" Baekhyun merajuk karena ayahnya terus mengatakan jika Baekhyun sudah besar karena memiliki seorang kekasih.

"Sudah, kalian ini. Sekarang Baekhyunie pergi kekamar ya, bersihkan diri dan tidur" Baekhyun mengecup pipi ibunya dan memeletkan lidah pada ayah sebelum berlari menuju kamar. Belum sempat Baekhyun memegang handle pintu sebuah suara mengintrupsinya.

"Baekhyun"

"Iya"

Itu mommynya yang berdiri tepat didepannya

"katakan hadiah apa yang kau inginkan untuk kelulusanmu?" Baekhyun tampak bingung pada awalnya tapi beberapa detik kemudian dia tersenyum kecil.

"Tidak, tidak perlu. Aku sudah banyak menerima hadiah"

"Seberapa banyak hadiah yang diberikan pembantu dan supir itu padamu sampai kau menolak hadiah dari ibumu sendiri?"

"Sangat banyak hingga aku tidak bisa menghitungnya, satu hari saja mereka memberiku 5 pujian bahkan lebih, membuatku tersenyum disepanjang hari, bertepuk tangan untuk keberhasilanku, pokonya sangat banyak sampai aku tidak bisa menghitungnya"

Mommynya diam tak berkutik, sepertinya Baekhyun berhasil menembak tepat dititik pusat.

"Kalau begitu selamat malam" Baekhyun menunduk hormat dan segera masuk kedalam kamarnya, dai tidak ingin terlalu lama berhadapan dengan mommynya sampai emosinya tidak stabil.

.

Sajian makanan pagi ini sudah tersedia di meja makan, tinggal mengangkat sup dan semuanya sudah selesai. Baekhyun berlari menuruni tangga kearah dapur, membantu ibunya mengangkat mangkuk sayur untuk diletakkan diatas meja.

"Selamat pagi, wah makanannya sangat enak pasti" Luhan yang pertama kali muncul di meja makan, duduk menanti kedua orangtunya untuk hadir makan bersama.

"Apa itu ayam panggang?" Bibi Han mengangguk. Luhan kuliah diluar kota, dia jarang sekali kembali maka dari itu Baekhyun tidak bisa terlalu akrab dengan luhan walau Luhan beberapa kali mencoba mendekatinya semenjak dia kembali dari luar kota 2 minggu lalu.

Bel rumah berbunyi, Mommy dan Daddy saling menatap memperkirakan siapa yang datang bertamu dijam sarapan seperti ini.

"Biar saya bukakan nyonya" Bibi han pergi membuka pintu, memeriksa siapa itu.

"Baekhyun lihat, gelang ini sangat pas ditanganku, warnanya juga cantik" Luhan menunjukkan gelang pemberian Baekhyun sebagai hadiah kelulusannya waktu itu, Baekhyun tersenyum kecil walau didalam hatinya dia sangat terharu karena kakaknya mau memakai barang biasa seperti itu. Baekhyun berbalik kearah dapur untuk membawakan buah untuk pencuci mulut nanti

"Chanyeol" Mommy beranjak dari duduknya ketika melihat lelaki yang dibawa bibi Han. Chanyeol adalah teman kuliah Luhan, Mommy sudah mengenal Chanyeol dengan baik dan tahu jika Chanyeol adalah anak yang baik pula.

"Hallo nyonya" Park chanyeol merasa bingung dengan situasi ini.

"Ayo duduk, kita sarapan bersama. Kenapa tidak mengabari dulu jika mau kemari?"

"Ah iya itu—"

"Kau bisa tahu rumahku?" Luhan bertanya dengan tersenyum manis

"Ah, aku kesini untuk menjemput seseorang"

"Siapa?" Luhan penasaran, memangnya Chanyeol kenal dengan siapa lagi.

"Aku menjemput anaknya bibi Han"

Semua orang memandang bibi Han, selama bekerja disini semua orang tahu jika pasangan Han itu tidak memiliki anak.

"Kak Chanyeol" Baekhyun memanggil, semua orang kini beralih menatap Baekhyun yang heran mengapa Chanyeol bisa mengenal Baekhyun.

"Sudah selesai?" Baekhyun menyimpan mangkuk buah dan mengangguk

"Kalau begitu kita berangkat" Chanyeol berpamitan pada mommy dan daddy juga Luhan yang masih tidak mengerti situasinya sekarang, mereka hanya diam memandangi dua orang itu.

"Pamit dulu pada ibu" Baekhyun tersenyum dan mencium tangan bibi Han

"Kami pergi dulu bu, aku akan pastikan Baekhyun tidak pulang malam"

.

Baekhyun pulang sebelum jam makan malam, Chanyeol menepati janjinya untuk tidak pulang terlalu malam, itu yang Baekhyun suka dari Chanyeol, dia tampan, berani, dan selalu tepat janji.

"Sejak kapan kau dekat dengan Chanyeol?" Suara Mommy menyapa

"Ada apa?" Baekhyun penasaran kenapa mommynya penasaran kehidupannya

"Chanyeol sudah mommy jodohkan dengan kakakmu, orang tuanya juga sudah setuju"

Luhan yang diam disana menggeleng keras, dia tidak berminat pada Chanyeol, hubungan mereka benar-benar hanya pertemanan.

"Tidak Baekhyun, aku tidak tertarik pada chanyeol, kami benar-benar hanya teman"

"Luhan! Mommy sudah bicara dengan orang tuanya chanyeol dan mereka setuju"

"Tapi mom—"

"Apa aku tidak berhak bahagia?" Baekhyun memotong perdebatan dua orang itu, tangannya mengepal menahan amarah.

"Apa yang aku inginkan harus menjadi milik kak Luhan?"

"Tidak Baek—"

"DIAM!" Baekhyun berteriak dan menepis tangan Luhan yang ingin merangkulnya "Selama ini apa yang ada dipikiran anda hanya kak Luhan, nyonya? Lalu aku ini siapa?"

Baekhyun berlari kearah kamarnya, menguncinya lalu menggulung diri dibawah selimut mengabaikan suara Luhan yang terus berteriak meminta Baekhyun membuka pintu untuk menerima penjelasannya

.

Pasangan Han itu kini duduk dihadapan majikan mereka, pirasat mereka mengatakan jika ini bukan suatu hal yang baik,. Setelah kejadian tadi pagi, sang pemilik rumah meminta penjelasan tentang anaknya. Mengapa Chanyeol menyebut Baekhyun adalah anak bibi Han, dan Baekhyun juga bersikap seperti itu.

"Aku ingin tahu dengan jelas semuanya" Tuan Byun mengawali

"Ma-af tuan, tapi apa yang harus saya sampaikan?"

"Sejak kapan Baekhyun anak kalian?"

"Itu..." paman Han tidak bisa menjawab, dia bingung harus menjelaskan apa yang terjadi selama ini. Bibi Han menggenggam tangan suaminya, tersenyum memastikan jika dia yang akan ambil alih tentang ini.

"Tuan muda Baekhyun meminta itu sebagai hadiah ulang tahunnya 5 tahun lalu, dia meminta jika dia ingin seseorang yang dipanggil ayah dan ibu ada setiap hari disini maka kami mengabulkannya, kami tidak merasa rugi karena Baekhyun kami adalah anak yang pintar, mandiri dan baik hati" Sebuah senyuman mengembang dibibir wanita paru baya itu, ini yang ia rasakan setiap kali dia menceritakan Baekhyun pada siapapun.

"Tuan Baekhyun pernah diolok bahwa dia yatim piatu karena orang tuanya tidak pernah datang keacara apapun disekolahnya, hari dimana nyonya meminta saya untuk mengambil rapor Tuan Baekhyun maka semenjak hari itu dia mengenalkan bahwa kami orangtuanya. Dihari orang tua dia dengan bangga bercerita bahwa orang tuanya seorang supir dan pembantu, anda tahu apa yang dia katakan ketika kami bertanya dia seperti itu? Dia bilang lebih baik dari pada dia bilang ayah dan ibunya pengusaha kaya tapi tidak terlihat dimata"

Nyonya Byun tampak menahan amarahnya, sepertinya dia mulai tersinggung dnegan fakta bahwa Baekhyun tidak menganggap dirinya seperti bibi Han.

"Kau bangga dengan fakta bahwa Baekhyun lebih memilihmu dibanding kami?" tuan byun juga merasa tersinggung dengan apa yang diutarakan.

"Iya kami bangga karena bisa mengurus Baekhyun menjadi seseorang yang mandiri, tangguh dan kuat"

"Cukup. Kalian bisa berhenti sekarang!"

"Tidak Nyonya, anda meminta kami menceritakan semuanya"

Tuan Byun memberi isyarat jika mereka boleh melanjutkan ceritanya, dia juga penasaran apa yang terjadi pada Baekhyun.

"Baekhyun pernah demam tinggi sampai dia kejang, aku membawanya kerumah sakit dan menghubungi tuan dan nyonya tapi kalian tidak ada yang menjawab atau datang keesokan harinya, dari situ Baekhyun sadar bahwa dia tidak boleh merepotkan kedua orangtuanya lebih dari uang yang bisa mereka hasilkan"

Luhan menangis, dia tidak menyangka jika Baekhyun mengalami hidup yang berat padahal selama ini dia tampak baik-baik saja, Luhan terlalu buta dengan kenikmatanyang dia dapatkan dari orang tuanya sampai dia tidak tahu jika adiknya menderita. Luhan merasa ia yang selalu jadi prioritas keluarga, dia yang salah disini.

"Tuan muda Luhan pasti merasa bersalah atas semua ini, tidak! Baekhyun tidak pernah menyalahkan anda tuan, dia bahkan berharap kalian bisa hidup bahagia bersama"

Bibi han menangis, dia tidak kuat melanjutkan cerita betapa tersiksanya Baekhyun selama in karena ulah orang tuanya.

"Baekhyun tidak pernah menggunakan uang anda semenjak sekolah menengah pertama, uang sakunya ia dapat dari kerja kerasnya sendiri, dia bahkan meminta istriku menjahitkan pakaian yang sudah sobek di banyak bagian. Dia mendapatkan seluruh juara pertama disekolahnya demi menarik perhatian anda berdua, tapi nyatanya itu tidak berhasil"

"Dengan mengambil chanyeol darinya aku rasa anda memberi banyak penderitaan padanya, kami hanya ingin mengingatkan ini sebelum anda menyesal. Baekhyun juga anak anda"

.

"Ayah Ibu"

Baekhyun berteriak memanggil, dia sudah berkeliling rumah tapi tidak menemukan mereka,

"Ini masih pagi Baekhyun jangan berteriak, cepat sarapan"

Baekhyun menatap ibunya dengan penuh selidik, dia tidak bertemua dengan pasangan han itu tadi malam sekarang dia melilhat mommynya menyiapkan sarapan sendiri

"Dimana ayah dan ibu?"

Mommy tidak menjawab, tetap pada pekerjaannya menyusun alat makan dengan tenang.

"Dimana orang tuaku?"

"MEREKA BUKAN ORANG TUAMU!" Mommy akhirnya hilang kesabaran ketika Baekhyun memanggil mereka orang tua, dia tidak suka, dia cemburu.

"Daddy memberhentikan mereka, karena mereka kau menjadi pembangkang" Daddynya bersama Luhan datang kemeja makan dan duduk dengan tenang

"Pembangkang?"

"Daddy dengar kau tidak menuruti apa kata mommymu. Ini semua pasti karena ajaran mereka, ayah dan ibu apanya? Mereka hanya supir dan pembantu"

Baekhyun menggertakan giginya, suara gemelatuk terdengar dengan keras.

"Jadi kalian mengusir mereka karena aku tidak ingin menyerahkan Chanyeol, itu yang kalian sebut membangkang? Padahal aku hanya ingin mendapatkan kebahagiaan yang tidak pernah kalian berikan"

"Apa maksudmu kami memberikan semuanya untukmu" Mommy ingin memegang Baekhyun tapi dia menjauh, seolah mommynya adalah orang asing.

"Mommy selalu menanyakan kak Luhan ketika mommy berada diluar rumah, apa Luhanku sudah makan? Apa dia baik-biak saja? Mommy tidak mengingatku padahal aku juga anakmu"

Baekhyun mengusap air matanya kasar, dia sudah tidak ingin menahan lagi semua beban ini, dia ingin orang tuanya tahu jika dia bukan boneka yang hanya diam saja.

"Mommy tidak pernah bilang apa Baekhyun makan dengan baik? Apa Baekhyun tidur dengan nyenyak? Tidak pernah. YANG MOMMY INGAT HANYA KAK LUHAN"

Nyonya Byun sudah menangis, air matanya keluar seiring dengan semua perkataan Baekhyun yang keluar.

"Daddy juga sama, ketika pulang yang pertama dicari kak Luhan, ketika anak yang dibanggakan itu kak Luhan. Padahal jika Kalian tahu jumlah piala dan penghargaanku lebih banyak dari kak Luhan, tapi kalian tidak peduli"

Tuan Byun memalingkan wajahnya kearah lain enggan menatap Baekhyun yang menatap dirinya dengan penuh rasa kecewa dan amarah.

"Jika kalian tidak bisa bersikap adil padaku setidaknya tolong besikap baik sekali saja"

"Mommy ingin mengambil Chanyeol? Silahkan! Tapi tolong kembalikan ayah dan ibuku, aku tidak ingin hidup sendirian lagi"

Baekhyun terduduk lemas dilantai, meraung dengan kencang, tubuhnya lemas dan hatinya sakit. Kini dia benar-benar sendiri, ayah dan ibunya telah pergi meninggalkan dirinya seorang diri. Sekarang siapa yang akan menyambutnya ketika dia pulang sekolah, siapa yang akan memberinya pujian rasa bangga ketika dia meraih semua piala yang tersedia, tidak ada! Dia sendirian.

TBC