Konnichiwa~ Saya Ryoko kembali lagi~ Masih dengan fanfiksi di fandom Suikoden (OvO)/ Fanfiksi kali ini sebenarnya masih tersambung sama fanfiksi sebelumnya, Exceeding Love. Jadi bila berkenaan bisa dicek dulu fanfiksi tersebut~ Tee-hee~ Di cerita ini akan ada dua true rune baru berdasarkan imajinasi saya, dan berdasarkan cerita yang pernah saya buat tahun 2008 silam. Silahkan dibaca XD


The Story of Rune of Time

Chapter 1: A boy who traveled through time

.

.

Kekacauan ruang dan waktu telah terjadi… Pergantian musim secara cepat dan kekacauan waktu siang juga malam terjadi di benua utara… Namun, dampak paling besar dirasakan oleh Negara besar tidak jauh dari Grassland, The Holy Kingdom of Harmonia. Tidak ada yang tahu penyebab dari kekacauan ini. Namun, sudah pasti rakyat menderita.

.

.

"Jadi ini… Benua utara seratus tahun silam?"

Seorang pemuda dengan rambut ponytail berwarna platinum blonde berjalan-jalan di pinggiran sungai, tidak jauh dari sebuah desa dengan rumah-rumah berkincir angin yang besar. Pemuda itu berpakaian tidak biasa, mengenakan jubah coklat tua dan sarung tangan senada dengan jubahnya. Pemuda itu juga membawa tombak guandao. Kedua mata sapphirenya menatap ke langit melihat arah matahari, sambil tangan kirinya melindungi kedua matanya tersebut.

"Whoaaah panasnya—Kulitku bisa terbakar!" ucap sang pemuda yang kemudian berlari kecil di bawah pohon rindang, "Nah, sekarang aku harus ke mana? Kau memintaku untuk pergi ke masa lalu untuk memperbaiki keadaan, kan?"

"Eeh—Aku harus mencari petunjuk sendiri?" ucapnya lagi. Beberapa orang yang berlalulalang memperhatikan pemuda tersebut, karena pemuda ponytail itu nampak berbicara sendiri.

Mengetahui banyak orang yang memperhatikannya, bahkan membicarakannya, pemuda itu membungkuk memberi hormat dan kembali berjalan ke arah berlawanan dari arah sinar matahari. Sepatu boots hitam yang ia kenakan membuat bunyi langkah kaki yang tegas. Tubuh tinggi dan tegapnya, serta warna rambutnya benar-benar menjadi pusat perhatian di desa tersebut. Pemuda itu merasa tidak nyaman dan segera mengenakan tudung jubah miliknya dan berjalan menunduk.

"Baiklah… baiklah…" bisiknya, "Lagi pula aku penasaran takdir apa yang menantiku di tempat ini."

.

.

"Pergerakan bintang berubah cepat," seorang penyihir wanita buta menengadah seakan memandang langit bertaburan bintang, "waktunya semakin dekat, saat para bintang takdir berkumpul."

Wanita itu kemudian membalikkan tubuhnya menghadap pada seorang pemuda dan gadis yang sedari tadi menunggu perintah dari sang wanita buta itu. Wanita itu, disebut the Keeper of Balance, penjaga keseimbangan dunia, mengetahui banyak hal yang akan terjadi melalui bintang-bintang. Wanita itu menyebutnya ramalan bintang. Wanita itu tinggal di sebuah pulau kecil yang tidak jauh dari Toran Republic dan hanya dihuni oleh dirinya serta kedua muridnya.

"Kekacauannya semakin membuat orang-orang di negeri itu menderita, bahkan mereka tidak dapat memanen sayur-sayuran. Namun, di tengah kejadian ini… para petinggi tetap mementingkan kasta paling atas dan tidak memerhatikan penduduk kelas tiga," ucap seorang pemuda dengan rambut berwarna ash-brown, "Nona Leknaat, para orang-orang Grassland dan Zexen pun membantu untuk memberikan hasil pangan, namun Harmonia terlalu besar serta memiliki ego yang tinggi."

"Luc, terima kasih atas informasinya." Jawab sang penyihir wanita, Leknaat.

"Nona, apakah ini ada kaitannya dengan rune milikku? Rasanya rune ini memiliki rencana yang begitu besar." Kata gadis dengan rambut ikal sepunggung berwarna hijau mint, "Seperti ada bug yang terjadi dengan rune ini."

Leknaat terdiam, tidak menjawab. Melihat hal itu, gadis mint termenung dan menundukkan wajahnya. Luc yang ada di sampingnya hanya memandangi gadis itu tanpa bicara apapun. Keduanya beranjak, mereka harus kembali melihat keadaan di luar sana. Kembali berkumpul dengan orang-orang yang bahu membahu mencari cara untuk menangani situasi tersebut. Sihir teleportasi mereka gunakan ke sebuah kastil di dekat lautan. Bangunan kastil yang begitu unik karena tersambung dengan sebuah kapal laut besar yang dahulu pernah terdampar di sana. Kastil Budehuc. Kastil yang berada di daerah perbatasan antara Zexen dan Grassland, tempat dahulu para Fire Bringer berkumpul.

"Apa kau yakin jika benar true rune milikmu bermasalah, Marina?" tanya Luc sembari berjalan memasuki kastil Budehuc.

Marina, sang gadis mint terus bungkam. Gadis itu memandangi lambang true rune miliknya di punggung tangan kirinya, "…Semenjak aku menggunakan kekuatan rune di dimensi itu, rasanya aku seakan bukan diriku sendiri…"

"Hei, Luc. Semisal benar true rune milikku adalah penyebabnya… Apa yang seharusnya kulakukan?"

"Tentu saja, kaulah yang harus menguasai true rune, bukan dia yang menguasaimu." Jawab Luc sembari memandang lurus.

"Kau benar…" sahut Marina lagi. Gadis mint itu menghentikan langkahnya, membiarkan Luc memasuki ruang pertemuan seorang diri. Sementara dirinya, berdiri di samping pintu masuk ruang pertemuan.

Tidak lama setelah itu, rombongan Harmonia baru saja tiba di Kastil Budehuc. Dibilang rombongan pun bukan, karena hanya Sasarai dan Dios saja. Terlihat wajah-wajah lelah akan kekacauan besar yang melanda negeri mereka. Terutama bagi Sasarai, setelah mati-matian memperjuangkan orang-orang Le Buque, kini dirinya tidak henti mengurusi negerinya sendiri. Warna cerah yang biasanya tergambar di wajahnya, seperti tidak ada lagi. Sorot mata yang lelah dan senyuman ramah seperti menghilang dari dirinya. Seperti bukan Sasarai yang biasanya. Dios yang tahu akan kelelahan Sasarai, selalu mengikutinya ke mana pun. Begitu pula dengan pertemuan dengan para pemilik 5 element true rune yang bersifat rahasia dari para petinggi Negeri suci itu.

"Dios, sehabis pertemuan ini, aku tidak mau cepat kembali ke sana." Ucap Sasarai sembari memberikan sebuah folder berkas pada Dios. Dios hanya mengangguk dan menerima berkas-berkas tersebut, "Kau… gadis pemberi ramalan penyihir itu." kata Sasarai saat melihat Marina berdiri di depan pintu.

Marina hanya terdiam, dan berkutat pada pikirannya. Entah mengapa aku lebih menyukai sifatnya di dimensi itu.

"Aku tidak tahu apa yang lakukan hingga ramalan itu benar, tapi kami tidak menyukainya." Kata Sasarai sembari memasuki ruang pertemuan, tentu saja Dios mengikutinya di belakang sambil menatap Marina dingin.

Marina menghela napas sebal, menggerutu dengan berbisik, "Apa-apaan—sudah bagus aku memberitahu tentang ramalan itu sehingga negara sok berkuasa kalian itu bisa bersiap-siap!"

Gadis itu memutuskan untuk beranjak pergi, keluar dari kastil tanpa arah dan tujuan. Langkah kakinya semakin cepat untuk keluar dari wilayah kastil Budehuc, menuju sebuah batu berukir nama-nama para bintang takdir yang berada tidak jauh dari kastil Budehuc. Marina menghela napasnya dalam, lagi-lagi dirinya berpikir keras karena bencana yang hampir melanda satu benua. Kemudian, ia mengangkat tangan kirinya dan menengadah memperhatikan lambang rune of time di punggung kanannya. Lambang itu tiba-tiba bersinar dan membuatnya terkejut. Gadis itu memegangi punggung tangannya dan didekapkan ke dada.

Lagi-lagi rune ini seakan tidak mendengarkanku, pikirnya.

"Permisi…" suara seseorang menyapanya, dan membuat Marina secara spontan menyembunyikan tangan kirinya.

"Y-Ya?" tanya Marina pada sosok pemuda berjubah yang membawa tombak di hadapannya.

Pemuda itu membuka tudung jubah yang dikenakan, lalu menghela napas lega sebelum berjalan mendekati Marina, "Syukurlah—Kukira aku tidak akan bertemu manusia lagi—" ucapnya tiba-tiba.

Marina terdiam menatap pemuda dengan warna rambut platinum blonde itu. Gadis mint itu memperhatikan penampilan orang yang ada di hadapannya dengan baik-baik dan menyadari sesuatu. Jika pemuda yang ada di hadapannya bukanlah orang dari masa itu, rune of time seakan memberitahu gadis itu. Marina mengerutkan dahinya, berpikir.

"Kau bukan orang dari masa ini." Kata Marina tiba-tiba, membuat pemuda itu terkejut, "Bagaimana kau bisa menjelajah waktu?"

Pemuda itu terlihat kebingungan, "Kau dapat mengetahuinya?" tanya pemuda itu, "Umm… aku tersesat. Rasanya aku tertidur dan tahu-tahu sudah ada di tengah hutan."

"Tersesat?" tanya Marina menyelidik. Gadis itu menatap kedua mata shappire milik sang pemuda. Marina membaca pemuda itu, namun tidak menemukan kebohongan dibalik perkataannya. Jika memang kekacauan waktu ini semakin parah, tidak aneh jika banyak orang-orang yang dapat melintas waktu… seharusnya begitu.

"Ah! Aku belum memperkenalkan diri… namaku Lucas, usiaku 16 tahun, makanan favoritku adalah ayam yang dibakar dengan bumbu lada hitam, lalu aku paling tidak suka jika kulitku terbakar—"

Marina makin terlihat bingung ketika melihat pemuda itu tiba-tiba bersemangat untuk mengenalkan diri, "He—begitu— jadi namamu Lucas?" jawabnya memotong perkataan Lucas yang sepertinya tidak akan berhenti itu, setelah itu terdengar suara perut yang cukup keras. Marina kembali menatap pemuda itu lagi.

"Hehehe… aku lapar." Katanya sembari tersenyum dan menggaruk kepalanya.

.

.

Marina menatap Lucas yang sudah habis empat piring nasi dan lauk di hadapannya. Entah karena makanan di kastil Budehuc itu enak, atau memang karena pemuda blonde itu sangatlah lapar. Sudah berapa hari ia tidak bertemu makanan? Habis ini dia menunggu makanan penutup yang sudah dipesannya oleh Mamie, sang chef kastil Budehuc. Jujur saja, Marina nampak kenyang dan tidak jadi menyentuh makanan yang dipesannya karena melihat banyaknya makanan yang masuk dalam tubuh pemuda itu.

"Kak Marina tidak mau makan itu?" tanya Lucas dengan mata yang berbinar, menunjuk piring makan di hadapan Marina.

Marina tersenyum kaku, "Ka-Kau mau?" tawar Marina, Lucas tanpa basa-basi mengangguk dan tersenyum senang, lalu mengambil piring tersebut dan kembali memakan makanan jatah gadis mint. Marina tertawa kecil melihat pemuda itu, "Hey Lucas, rasanya aku harus melaporkan keberadaanmu pada pemilik kastil ini."

"Eh? Kenyapya?" sahut Lucas dengan makanan yang masih dia kunyah di mulutnya.

Marina terdiam sebentar karena melihat perilaku pemuda itu, "Be-begini… Di tempat ini… maksudku di benua ini sedang terjadi kekacauan waktu, bahkan musim terus cepat berganti… dan kau tiba-tiba datang entah dari mana 'kan? Sudah jelas hal ini harus kulaporkan karena semua orang di sini menyelidiki tentang kekacauan ini dan… kuharap kehadiranmu bisa menambahkan petunjuk."

Lucas mengangguk dengan cepat dan menyetujuinya. Pemuda blonde itu dengan cepat menghabiskan santapannya dan meminum air segelas sampai habis. Rasanya melihatnya saja membuat Marina semakin pening. Pemuda blonde itu tiba-tiba berdiri dan mengulurkan tangannya pada Marina, "Ayo! Kita temui pemilik kastil, Kak Marina!"

"…..Kau itu… bersemangat sekali…"

.

.

BRAK! Suara pintu ruang pertemuan dibuka secara tiba-tiba, membuat orang-orang yang berada di sana terkejut dan tentu saja, melihat ke arah sumber suara. Mereka mendapati seorang pemuda blonde yang berada di ujung pintu dan seorang gadis mint di sampingnya, sedang memegangi kepalanya dan terlihat panik. Ya, itu adalah Lucas dan Marina. Pemuda itu dengan percaya diri masuk ke dalam ruang pertemuan dan membungkuk memberi salam. Senyuman optimisnya yang khas tergambar di wajah pemuda berkulit putih pucat itu.

"Selamat siang! Apa kabar~!" serunya bersemangat.

Marina segera memukul kepala pemuda blonde itu, karena pemuda itu jauh lebih tinggi dari dirinya, gadis mint melompat untuk memberikan pukulan pada Lucas. Sementara itu Lucas menunduk dan meringis kesakitan.

"BODOH!" kata Marina sambil menunjuk sang pemuda ponytail itu, "Sudah kubilang tunggu sampai pertemuan selesai, bodoooh! Terus kalau pintunya rusak bagaimana?" Setelah puas memarahi Lucas, Marina menghela napas panjang dan menyadari sesuatu. Aneh… kenapa aku bisa marah-marah pada orang yang baru kutemui ini… rasanya kok seperti sudah mengenal orang ini lama sekali.

"Nona cerewet, apa yang kau lakukan?" tanya Luc yang menghampiri rekannya itu, "Dia siapa?"

"Nona Marina, kau tahu kan pertemuan ini rahasia." Sambung seorang wanita dengan rambut silver dan mengenakan baju besi khas prajurit Zexen, "Bisa kau jelaskan ada apa ini?"

"Aku ingin bertemu pemilik kastil!" seru Lucas dengan bersemangat, "Namaku Lucas! Aku datang dari masa depan!"

Semua terdiam.

"Ma-maksudmu kau mau bertemu denganku?" tanya Thomas yang berdiri di antara Hugo dan Caesar, "Aku pemilik kastil ini, tapi bisakah kau menunggu setelah pertemuan ini selesai?"

"Kau memungut sampah ini di mana?" tanya Luc sambil menarik lengan Marina dengan wajah kesal, mengabaikan Lucas yang terkejut ketika mendengar dirinya dipanggil sampah.

"Tidak-tidak, yang itu benar. Dia benar-benar datang dari masa depan." Jawab Marina meluruskan, "Memang sulit dipercaya—tapi lihatlah penampilannya."

Lucas tersenyum lebar mengangguk ketika mendengar penjelasan Marina. Namun hal itu tidak menjadi bukti yang cukup kuat, "Ya! Aku diminta Kak Marina untuk menceritakan pada semuanya, karena kekacauan yang sedang terjadi begitu berat. Mungkin dengan bantuan kalian, aku bisa kembali pulang."

Hugo mengangguk pelan, "Entah kenapa telihat seperti bocah yang tersesat, ya?"

"Terus? Kau datang dari mana?" tanya Caesar, pemuda yang wajahnya selalu terlihat mengantuk.

Lucas terdiam sejenak dan menghela napas. Raut wajahnya yang sedari tadi menggebu-gebu bersemangat berubah. Pemuda itu menatap orang-orang yang berkumpul di sana sebelum mengungkapkan hal yang membuat mereka terkejut. Lucas berjalan dan menghampiri patung baju besi zexen di sisi sudut ruangan dan membuat setiap orang mengamati pemuda itu.

"Hey, jika aku mengatakan aku datang dari seratus tahun yang akan datang bagaimana? Apa kalian akan percaya?" tanya Lucas tanpa membalikkan badan. Terkesan misterius. Selanjutnya, pemuda itu berbalik dan tersenyum, "Aku diminta seseorang untuk merubah takdir di masa ini, di tempat ini."

"Merubah takdir…?" tanya Hugo, "Apa maksudmu?"

Lucas kemudian membuka sarung tangan yang menutupi punggung tangan kirinya, terdapat sebuah lambang rune di sana. Marina mebelalakan matanya karena…. Rune itu adalah rune yang sama seperti milik gadis itu. Rune of Time. Tidak salah lagi, bukan anak rune yang dimiliki Lucas, tetapi Rune of Time asli yang juga dimiliki oleh Marina, sebuah true rune.

"….Rune of Time ada dua?" gumam Luc dan pemuda ash-brown itu saling berpandangan dengan rekannya, sang gadis mint.

Sasarai memandangi Lucas dengan baik-baik, "…Rune yang berhubungan langsung dengan waktu. Jadi begitu…"

Lucas kini berjalan menghampiri Marina dan Luc, "Yah… walaupun aku ke sini pun… ingin menyempurnakan rune ini." Katanya sembari menatap Marina.

Gadis itu terdiam dan memegangi tangan kirinya. Itulah mengapa Rune of Time bereaksi tadi, dan memberikan petunjuk pada Marina jika yang ada di hadapannya adalah orang dari masa depan. Namun, Marina tidak sampai berpikir jika pemuda berkulit pucat itu adalah pemilik rune of time selanjutnya yang datang dari masa depan.

"Jika aku berhasil menghentikan 'penyimpangan' yang terjadi di masa ini, maka takdir di masa depan pun akan berubah. Dan juga, jika aku berhasil menyempurnakan kekuatan runeku… aku bisa mengembalikan apa yang hilang selama kekacauan berlangsung di negerimu, Tuan Sasarai." Kata Lucas lagi sembari tersenyum ramah menatap sang bishop dari Harmonia.

Sasarai terdiam sejenak dan berkata "Hee… kau tahu siapa diriku walau datang dari masa depan? Mencurigakan." Lucas hanya membalas pertanyaan Sasarai dengan sebuah senyuman mencurigakan.

.

.

Luc berdiri sendirian di pinggir perahu besar yang menyatu dengan bagian belakang kastil Budehuc, menatap ke langit yang berubah warna ketika mentari terbit, angin yang berhembus kembali dari arah laut menandakan pagi hari tiba. Malam di hari itu hanya terjadi enam jam saja, tahu-tahu sudah pagi hari saja. Waktu pergantian siang dan malam tidak dapat ditebak lagi. Sudah enam bulan belalu semenjak ramalan bintang yang diberikan Leknaat menjadi kenyataan. Itu berarti sudah satu setengah tahun Luc kembali ke dimensi itu. Pemuda ash-brown itu memejamkan matanya, menghela napas secara perlahan, kemudian membuka matanya kembali. Kini Luc tersenyum tipis saat mengingat potongan-potongan memori yang tiba-tiba teringat oleh dirinya.

"Jadi… seperti itu ya?" gumam Luc, "Pemuda itu pun, berusaha menghindari masa depan yang abu-abu itu."

"Masa depan yang abu-abu?" tanya suara yang tiba-tiba datang dan tahu-tahu orang yang dipikirkan Luc ada di sampingnya, Ya, Lucas.

Luc terdiam melihat pemuda blonde itu menatapnya dekat-dekat. Spontan mundur perlahan dan menjauh. Menatap Lucas dengan tatapan apa-apaan-orang-ini. Sementara pemuda ponytail itu hanya tersenyum lebar, menunggu jawaban dari Luc dan terus mendekat, sehingga Luc terus berjalan mundur. Akhirnya, Luc yang semakin kesal mendorong Lucas hingga terjatuh dan menatapnya lagi.

"Mau apa sih?" tanya Luc dengan jutek, seperti biasa jika bertemu dengan orang baru.

Lucas merintih kesakitan dan mengusap-usap pinggangnya, kemudian berusaha berdiri lagi. Pemuda blonde itu kembali tersenyum senang dan memandang Luc tanpa bicara apapun, membuat Luc tidak nyaman. Luc menepuk dahinya sendiri, sebelum mencoba beranjak dari tempat itu, bermaksud meninggalkan Lucas yang tidak juga angkat bicara.

"Tunggu-tunggu, Tuan Luc!" seru Lucas menghalangi lawan bicaranya untuk pergi, "Kau nggak mau tahu sebenarnya apa yang terjadi?"

Luc menoleh dengan tatapan sebal, "…Kau tadi hanya tersenyum tidak jelas."

"Maafkan aku—aku memang seperti ini tee-hee~" jawab Lucas sembari menggaruk belakang kepalanya dan tertawa garing.

"Lalu apa? Aku tidak mau basa-basi." Sahut Luc lagi, pemuda itu melipat kedua tangannya, menunggu.

Lucas mengangguk, "Hmm… aku mulai dari mana ya…?" gumamnya, "Ah! Begini… Tuan Luc kalau melihat penampilanku akan terpikir aku orang mana—coba tebak!"

"….Baiklah, selamat tinggal." Luc kembali melangkah meninggalkan pemuda blonde itu, namun Lucas segera menarik lengan Luc, kembali menghalangi Luc untuk pergi.

"AAAA—aku bercanda-bercanda!" serunya panik, "Aku… orang Harmonia—dari sebuah kota di wilayah Harmonia seratus tahun yang akan datang. Lihatlah rambut halusku yang indah dan mata biruku yang menawan—!"

"Itu aku sudah dengar tadi siang." Jawab Luc malas, "Yang aku ingin tahu bagaimana kau bisa memiliki Rune of Time, bukan ocehanmu tentang dirimu sendiri."

"UWA—Tuan Luc galak sekali—" kemudian Lucas berdeham, "Begini… kekacauan yang terjadi di masa ini, akan berdampak besar di masa yang akan datang, karena… para pemilik lima element true rune, tidak dapat mengatasi kekacauan ruang dan waktu. Tuan Luc, tidak lama lagi… Kak Marina tidak bisa mengontrol kekuatan Rune of Time. Rune tersebut tidak bisa disempurnakan pada masa ini. Aku datang ke tempat ini karena hal itu, aku ingin mengetahui kebenaran yang terjadi dan…"

Luc mengangguk, menyimak informasi yang diberikan oleh Lucas, "Hm… Lalu apa yang terjadi dengan Marina?"

Lucas terdiam sejenak, "Dia… terhisap oleh Rune of Time, dan sebenarnya orang yang meminta tolong untuk aku datang ke masa ini adalah kak Marina, melalui serpihan-serpihan ingatan Rune of Time."

"Maka dari itu, Tuan Luc. Pinjami aku kekuatan dan bekerja sama denganku!" seru Lucas lagi, kini pemuda itu kembali bersemangat, "Dengan begitu semuanya akan terselamatkan!"

Luc menatap kedua mata shappire itu, tahu jika apa yang dikatakan oleh Lucas adalah suatu kebenaran, "Anak ini positif sekali…." gumam Luc, "Baiklah."

"EEEHH! Benarkah? Terima kasih, Kak Luc!" seru Lucas yang menggenggam kedua tangan Luc karena terlalu senang.

Luc mendengus kesal melihat sikap pemuda di hadapannya itu, Apa aku bisa tahan dengan anak ini—setelah terlahir kembali dan pulang ke dimensi ini, entah mengapa banyak yang terjadi—dan sekarang… aku harus mengasuh bocah.. Luc kemudian teringat perkataan Leknaat kemarin hari, mengenai hal-hal yang kemungkinan akan terjadi dan Leknaat sama sekali tidak memberi tahu Marina, hanya Luc seorang.

"Nona Leknaat memanggilku?" tanya Luc yang memasuki ruangan tempat Leknaat mengamati bintang.

Penyihir wanita yang sedang duduk itu mengangguk. Luc berjalan mendekat pada wanita buta itu. Menunggu sang guru berbicara, melihat hanya dirinya yang dipanggil, sepertinya merupakan hal yang penting. Leknaat kemudian berdiri, dengan matanya yang tertutup, wanita itu seakan menatap pemuda ash-brown di hadapannya.

"Luc, bagaimana pertemuan dengan para bintang takdir?" tanya Leknaat.

Luc melihat ke arah lain, "Maksud Nona… Hugo dan yang lainnya?" jawab pemuda itu, Luc bertanya balik untuk meyakinkan. Leknaat hanya mengangguk, "Hm… Setelah banyak yang terjadi di masa lalu.. nampaknya Hugo dan yang lain bisa menerima kehadiranku begitu saja." Lanjutnya.

"Begitu… Luc, setelah ini aku melihat seorang pemuda di bawah bintang takdir 'Tenkai' yang baru akan muncul." Jelas Leknaat, "Aku ingin dirimu membimbingnya."

"Aku?" pemuda itu nampak bingung, "Jadi benar… Kekacauan ini akan menimbulkan peperangan… Bagaimana dengan Marina?"

"Gadis itu… cepat atau lambat akan 'melepaskan' takdirnya. Marina tidak dapat menyempurnakan kekuatan Rune of Time, dan energi kehidupannya sudah termakan banyak oleh rune itu."

"Ketika ia menggunakan kekuatan rune, maka waktunya untuk hidup akan terus berkurang, ya…" gumam Luc.

"Selain itu, Luc. Marina memiliki kekuatan yang tersegel di dalam tubuhnya. Jika segel itu dapat terlepas, kemungkinan dirinya dapat selamat… dan pemuda di bawah 'Tenkai' itu dapat menemukan caranya… Apapun itu, kau harus berada di sisi pemuda tersebut."

"…."

~To Be Continued~


Waaaay~ Terima kasih sudah membaca! Kenalkan our new hero, Lucas~! Dan pemuda itu akan jadi fokus utama di dalam cerita ini ^^)/ Takdir apa yang akan menanti Lucas di masa ini? Baik atau burukkah? Yang jelas akan berkembang dan terungkap selama perjalanan cerita! Sampai jumpa di chapter berikutnya!