Aku pulang terlambat lagi karena harus melakukan piket kelas. Hari ini adalah hari Kamis, dan hari itu adalah jadwal piketku. Aku membawa seember air dengan sedikit kesusahan karena ember ini terlalu berat. "Aduh, ember ini terlalu berat." Aku mengeluh pelan dan mulai melangkahkan kakiku keluar kelas.

Bruk!

"Ah! Hei, kalau jalan harus hati-hati! Badanku menjadi basah kuyup!"

"Chan? M-maafkan aku. Aku benar-benar tidak sengaja membuatmu menjadi basah kuyup begitu."

Aku mendongakkan kepalaku dan menatap anak itu.

Hansol.

"Hansol—"

Ia mengambil saputangan miliknya, membersihkan rambut dan wajahku. Ia menatapku dengan khawatir, walaupun masih dengan tatapan yang sama. Tatapan yang sangat dingin. "Kau tak apa-apa, kan? Aku benar-benar minta maaf karena telah membuatmu sampai seperti ini." Aku hanya terdiam dan tak berkutik, menatap Hansol dengan tidak percaya. Ternyata, seorang murid yang sangat dingin dan tak peduli pada apapun, bisa melakukan hal ini padaku. "Iya. Tidak—maksudku, tidak apa-apa. Lagipula ini salahku juga karena tidak hati-hati." Aku menunduk. Hansol menarik lenganku dengan pelan. "Kau ingin pulang bersamaku?"

"Apa yang terjadi denganmu, mengapa kau tiba-tiba seperti ini—"

"Kau ingin pulang bersam—"

"Ya, aku mau. Ayo."

Hansol menatapku dan memamerkan senyumnya padaku. "Kau ini ternyata kikuk juga, ya." Aku berceletuk tiba-tiba. Hansol menghentikan langkahnya dan menoleh pelan ke arahku. Ia mengernyit, seperti memikirkan sesuatu. Lalu kemudian mendengus kesal. "Lupakan saja kejadian tadi, Chan. Lagipula aku tidak sengaja menabrakmu," ucapnya dengan dingin, menjulurkan lidah. Aku mendengus. "Huh, baiklah. Tetapi terima kasih karena sudah bertanggung jawab." Aku mendongak pelan dan tersenyum.

"Chan! Hansol!"

Aku dan Hansol terdiam sesaat dan menoleh pelan. Ternyata, teman sekelasku, Myeongho. Ia menghampiriku dan Hansol, tersenyum kecil. "Sudah jam empat, mengapa kalian baru saja pulang?"

"Hari ini adalah hari Kamis. Aku harus mengepel lantai kelas karena hari ini adalah jadwal piketku. Sementara Hansol harus mengikuti klub sepak bola." Myeongho menganggukkan kepalanya. "Kau sendiri? Mengapa baru pulang?" Hansol berkutik kemudian, sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Ia menghela nafas. "Tidak, sebenarnya aku sudah pulang dari tadi, tetapi aku harus membeli keperluan untuk di rumah." Ia tersenyum.

"Chan. Pulang bersamaku, yuk. Kita satu arah, kan?"

Myeongho menatapku dan tersenyum manis, merangkul pundakku dengan erat. Hansol terdiam dan menoleh ke arahku, ia memicingkan kedua matanya sambil menatapku dan menggeleng pelan. Aku menatapnya heran, tak mengerti apa yang dimaksud olehnya. "Ayo." Aku menganggukkan kepalaku, Myeongho menarik lenganku pelan dan tersenyum. Aku melambaikan tanganku. "Aku duluan."

Hansol tak menjawab lambaian tanganku. Ia hanya menatapku dan terdiam. "Bikin kesal."