Timbuktu

Severus Snape, Hermione Granger, Neville Longbottom kepunyaan JK Rowling, sementara Paman Gober, Donal Bebek, Kwik, Kwek, Kwak, Lang Ling Lung, dan Mimi Hitam kepunyaan Carl Banks serta Don Rosa

Rating T. Genre Adventure dan Friendship.

Tadinya akan diikutsertakan dalam 20K of Epicness Challenge, tapi karena males nerusinnya *bletags* dan baru berniat lagi sekarang, jadilah ini dimasukkan ke Sans Romance Challenge

-o0o-

Pengantar:

1. Nama-nama dari Kota Bebek yang dipakai dalam fic ini adalah nama dalam terjemahan Indonesia. Jadi:

Kota Bebek (Duck Burg) Ini kota fiksi, tetapi jika ditelusuri, sepertinya berada di pantai Barat Amerika. Berada di Negara Bagian Calisota (California) dan kota nyata-nya Eureka, yang cocok dengan sungai dan hutan di sebelah selatannya.

Paman Gober (Scrooge Duck)

Donal Bebek (Donald Duck)

Lang Ling Lung (Gyro Gearloose)

Lampu (Little Helper)

Pak Pilot (Launchpad McQuack)

Kwik (Huey-merah), Kwek (Dewey-biru), Kwak (Louie-hijau)

Mimi Hitam (Magica de Spell)

Gagak (Poe de Spell, saudara Mimi yg berubah menjadi gagak, dan Mimi tidak bisa mengubahnya menjadi bebek kembali)

Kornelis Prull (Cornelius Coot) lahir 1790 meninggal 1880 tanggal lahir tak diketahui. Pendiri Kota Bebek. Hari kelahirannya inilah yang sedang diperingati dengan berbagai Festival dan Seminar, yang dihadiri oleh antara lain Severus Snape, Hermione Granger, dan Neville Longbottom.

Berbagai penyihir lain dari Kota Angsa, Kota Tikus, dll, seperti Hortensia (Witch Hazel), Madam Mik Mak (Madam Mim)

Dalam komik Indonesia, diceritakan bahwa Mimi Hitam selalu mengejar Keping Keberuntungan milik Paman Gober, yang sebenarnya seharusnya diterjemahkan sebagai Keping Pertama. Dalam fic ini, Ambu menerjemahkannya sebagai Keping Pertama.

2. Teori-teori dalam gempa bumi, Ambu kumpulkan dari mana-mana, dari wikipedia, dari blog Dongeng Geologi kepunyaan pak Rovicky, dan bahan kuliah punyanya wadesay, tapi penafsiran teori tersebut dalam fic ini sepenuhnya merupakan tanggungjawab Ambu. Kesalahan-kesalahan sila langsung bebankan pada Ambu.

3. Garis Balik Selatan maupun Utara, Gurun Atacama, dan Timbuktu, Ambu kumpulkan dari wikipedia

Linimasa/timeline yang jelas adalah tahun ke-7 Hogwarts tanpa insiden. Voldemort dianggap tidak ada. Pada tahun itu Kota Bebek memperingati Hari Kelahiran Kornelis Prul yang ke-207 dengan serangkaian festival, lokakarya, dan pameran, mengundang peserta dari berbagai kota baik di dalam maupun di luar negeri.

Oke, keterangan-keterangan yang lain, yang menyusul kemudian, akan Ambu tempatkan dalam catatan kaki. Selamat menikmati!

-o0o-

1. Hogwarts

Severus Snape melangkah pasti dengan kecepatan teratur, mendekati tempat yang ia sudah hapal sepanjang masa. Kantor Kepala Sekolah.

Mengucap kata kunci, menaiki tangga putar, mengetuk pelan pintu yang tertutup, dan menunggu ucapan 'Masuk' yang sudah ia kenal benar.

Seperti biasa.

Atau tidak biasakah kali ini?

Ia membuka pintu, masuk, dan menutup pintu hati-hati. Berjalan mendekati meja kerja Kepala Sekolah, tanpa bicara. Albus juga sudah hapal itu, karena ia memberi isyarat agar Snape duduk di hadapannya.

Pertanda pembicaraannya akan panjang.

Snape memundurkan kursi sedikit, dan duduk di hadapan Albus. Walau dalam hati bertanya-tanya, tetapi ekspresi wajahnya tetap datar sebagaimana biasanya.

Albus memilih selembar kertas dari tumpukan kertas dan gulungan perkamen di sebelahnya, sebelum akhirnya menemukan satu. Pertanda kertas itu—sepertinya surat—sudah agak lama berada di mejanya. Bukan baru-baru ini saja.

"Aku berharap kau tak akan menolak menerima tugas ini, Severus?" sahutnya.

Alis Snape bertaut.

"Sebetulnya aku sudah menugaskannya pada Pomona, dan ia juga sudah menyanggupinya, tetapi kecelakaan kecil kemarin—"

Snape tahu itu. Kemarin ada kecelakaan kecil di Rumah Kaca saat kelas satu sedang belajar Herbologi, dan Profesor Sprouts terpaksa harus berbaring di Hospital Wings beberapa saat.

Dan mata Albus berkilat sejenak saat Snape menarik napas dan menghembuskannya sekaligus, "—dan tugas apakah itu, Kepala Sekolah?"

"—menggantikannya—"

Ada rasa tak percaya sepertinya, mampir sejenak di benak saat Snape mendengar ucapan Albus. Menggantikan tugas Profesor Sprouts? Tugas se—maaf, meremehkan—mudah itu? Perlu seorang Snape untuk menggantikannya?

"Sepertinya tugasnya mudah," Albus meneruskan. Sepertinya ia bisa membaca pikiran—atau memang ia sedang membaca pikiran—Snape, dan ia memberikan lembaran surat yang sedang ia pegang.

"Kota Bebek, Calisota, Amerika Serikat, akan mengadakan festival-festival, seminar-lokakarya, dan sejenisnya, dalam rangka merayakan Hari Kelahiran Kornelis Prull—pendiri kota itu. Festival besar-besaran, kalau tak salah ingat ini Hari Kelahiran yang ke-207. Atau semacam itulah."

"Dan kita akan mengirimkan perwakilan—"

"Dan kita akan mengirimkan perwakilan," ulang Albus. "Secara khusus, kita diundang menghadiri Pameran dan Presentasi oleh salah satu acara dalam keramaian itu, Festival Sihir."

"Mereka punya penyihir juga?"

"Tidak banyak, Severus, dan itu juga sebagian dari kota-kota tetangganya, ada yang dari Kota Angsa, Kota Tikus, dan sebagainya. Makanya mereka mengundang kita, dan sekolah-sekolah sihir dari berbagai negara di dunia."

"Dan tadinya Profesor Sprouts yang akan mewakili kita—" masih ada nada meremehkan dalam alur bicara Snape.

"Bukan," Albus menggeleng, "Pomona hanya mengawasi. Peserta yang akan mewakili kita adalah siswa, karena itu yang diminta," Albus menunjuk pada kertas surat undangan yang dipegang Snape tapi belum dibaca olehnya. "Siswa-siswa, dan hasil penelitian mereka—"

Kali ini, ada rasa tak percaya pada ekspresi wajah Snape. Penelitian? Penelitian? Siswa Hogwarts?

"Karya Tulis, dan semacamnya," Albus meneruskan.

"Dan mereka adalah—" Snape mengira-ngira siapa yang akan mewakili Hogwarts kali ini.

"Miss Hermione Granger—"

Sudah diduga.

"—dan Mr Neville Longbottom—"

Alis Snape naik lagi. Tapi ia masih belum berkomentar.

"Miss Granger meneliti tentang 'SPEW dan Pengaruh Keberadaannya dalam Semangat Bekerja Peri Rumah'." Albus kembali mencari-cari gulungan perkamen di tumpukan di sisi mejanya, "—sedang Mr Longbottom meneliti tentang 'Mimbulus Mimbletonia, untuk Penangkal 'Shyness, Anxiety, dan Forgetfulness''.

Albus menemukan dua gulungan perkamen dan menyerahkannya pada Snape.

Masih tanpa bicara Snape menerima kedua gulungan itu. Membukanya satu demi satu. Membacanya sekilas.

Mengangkat kepalanya, "—kapan?"

"Minggu depan. Keberangkatan dengan cara Muggle—"

Snape mengangguk. Menggulung kedua perkamen, dan menggumam, "Masih ada waktu untuk memperbaiki karya tulis mereka—"

"Aku pikir lebih baik secepatnya," sahut Albus mengangguk menyetujui. "Sehabis pelajaran, pukul 20.00 nanti malam?" usulnya.

Snape mengangguk lagi. "Di kelasku." Ia berdiri, sudah akan berjalan, ketika ia berbalik dan bertanya—nampak seperti tak perlu dijawab, "—sepertinya Anda mengendus bahaya di sini, Albus?"

Kilat kecil muncul di kedua mata Albus. "Kau tahu, Severus. Kau selalu tahu." Dan ia pun berdiri, mengantar Snape ke pintu, sambil menepuk bahunya, "—hati-hati!"

-o0o-

"Pro-Profesor Sn-Snape?" gagap Neville. Mendadak ia merosot dan terduduk di sudut, tangannya masih memegang botol semprotan untuk menyiram tanaman.

"Ya," sahut Hermione pasti, "—jadi Profesor Sprouts dipastikan tidak bisa mengawal kita nanti—"

"Tapi, itu kan hanya kecelakaan kecil, hanya luka kecil di kaki. Minggu depan, saat keberangkatan kita, pasti sudah sembuh. Lagipula, beliau nanti kan hanya mengawasi kita saja, yang ikut seminar kan kita. Biar sambil pake tongkat kan bisa—"

"Aku tidak tahu, Neville. Pesan dari Dumbledore begitu," Hermione duduk di sebelah Neville. "Dan kau tahu? Beritanya belum selesai—"

Neville mengeluh. "Berita apalagi yang bisa lebih buruk dari ini?"

Hermione memandang sahabatnya itu. Pelan-pelan ia menyahut, "Profesor Snape ingin bertemu dengan kita dulu, dengan karya tulis kita, maksudku, nanti malam jam 20.00—"

Mengeluarkan cuitan persis seperti tikus terjepit, Neville mengeluh lagi. "Walau Harry mau meminjamkan Jubah Gaib-nya, kurasa tak akan banyak berguna nanti malam—"

Hermione menepuk-nepuk punggungnya. "Aku juga agak takut, Neville, tapi tetap harus kita hadapi—"

"Bisa tidak kau memutar jam hingga langsung besok pagi?"

"Dan kau tak tahu apa yang terjadi malamnya? Aku tak mau—"

Mengeluh lagi. "Setidaknya kita dipanggil berdua. Aku bisa mati berdiri kalau harus menghadap sendirian—"

Hermione menepuk-nepuk punggungnya lagi.

-o0o-

"Kalau kau bermaksud menulis karya ilmiah, tulislah dalam bahasa ilmiah—" sahut Snape dingin.

Kalimat pertama yang ia ucapkan begitu kedua siswanya datang memenuhi panggilannya, pukul 19.55 tadi.

"Maksud Anda, kalimat-kalimat yang kami tulis belum memenuhi syarat?" Hermione langsung menanggapi. Sementara Neville membeku di belakang Hermione.

Tanpa banyak bicara, Snape memberi isyarat agar keduanya duduk. Membuka gulungan-gulungan perkamen yang diberikan Albus—kedua siswanya menarik napas panjang. Berarti mereka sebetulnya tak usah membawa lagi karya tulis, toh Profesor Snape sudah punya salinannya, sudah membaca, dan sepertinya sudah menilainya—ia meletakkan kedua gulungan terbuka itu tepat di hadapan mereka masing-masing. Sudah dicorat-coret dengan tinta merah.

"Ceritakan padaku, apa yang kau ingin sampaikan pada publik nanti—" sahutnya, menatap keduanya. Karena yang ditatap pertama kali adalah Hermione—lagipula Neville masih dalam proses pemulihan dari membeku-nya tadi—maka Hermione-lah dulu yang membuka mulut.

"Saya—saya ingin memaparkan pada publik, bahwa para peri-rumah itu juga punya hak dan kewajiban. Dan bahwa kita sebagai majikan, sudah seharusnya memenuhi semua hak mereka. Bukan hanya meminta mereka mengerjakan kewajiban mereka saja. Dengan demikian, mereka akan lebih gembira bekerja—"

"Kau tahu, apa yang membuat mereka gembira?" Snape memotong.

"Eh, ... bekerja?" Hermione ragu-ragu.

Snape menunjuk bagian awal tulisan Hermione. "Jangan memandang satu masalah hanya dari satu sudut pandang saja. Apalagi hanya sudut pandangmu sendiri. Apalagi kemudian menggeneralisirnya menjadi suatu sudut pandang umum—"

Hermione terdiam sejenak. "Apakah saya harus membuatnya menjadi dua sudut pandang?"

Kecil saja anggukan Snape. "Kita ingin 'membuat mereka gembira bekerja', tetapi menurut siapa? Jika kita memberi mereka lebih banyak cuti, memberi banyak libur, menurut sudut pandang kita, itu membahagiakan mereka, tetapi menurut mereka, itu adalah hukuman. Jadi, buat konsep 'bahagia' itu dari dua sudut pandang, tarik cara-cara apa yang mempunyai banyak kesamaan dari kedua sudut pandang, itulah jawaban dari masalah ini—"

Hermione tercenung. "Jadi seharusnya, saya membuat definisi 'semangat bekerja' dahulu dari kedua sudut pandang, sudut pandang manusia dan sudut pandang peri-rumah—"

Snape mengetuk sisi perkamen, tepat di tempat Hermione menuliskan 'Pendahuluan'.

"—lalu menyimpulkan permasalahan, yaitu mencari kesamaan dari 'semangat bekerja' menurut kedua sudut pandang—"

Snape mengetuk lagi di tempat Hermione menuliskan 'Identifikasi Masalah'.

"—menuliskan Hipotesis—"

Snape mengangguk.

"—menuliskan kemungkinan di mana saja bisa menemukan jawaban, riset ulang baik riset kepustakaan dan riset lapangan, dan menuliskan hasil akhirnya?"

Snape mengetuk akhir perkamen beberapa kali, dan perkamen Hermione itu berubah menjadi penuh catatan dengan tinta merah.

Hermione meraih perkamennya, dan membacanya seksama dari awal hingga akhir. "Aku tahu—aku tahu sekarang, mengapa seolah-olah ada sesuatu yang kurang di sini—"

Ia mengangkat kepalanya. "Terima kasih, Sir, saya akan segera memperbaikinya—"

Tanpa banyak bicara, Snape menggeser duduknya, menjadi tepat di depan Neville. Wajah anak itu bagai seseorang yang sedang menunggu hukuman mati saja.

Berdehem, Snape mengulangi pertanyaan yang sama. "Ceritakan padaku, apa yang kau ingin sampaikan pada publik—"

"Eh—" Neville ragu, menelan ludah, menunduk, mengangkat muka lagi takut-takut, dan berusaha mengeluarkan suara dari mulutnya. "Mim-Mimbulus Mimbletonia a-adalah tumbuhan langka, dari wilayah Asyria. Ji-jika diganggu, ia akan menembak pengganggunya dengan cairan Stinksap—" Neville menghela napas panjang-panjang.

Anehnya Snape tak berbicara apa-apa, melainkan menunggu dengan sabar.

"Ta-tadinya saya kira hanya itu fungsinya, te-tetapi setelah dua tahun ini saya menyimpannya di rak setinggi lebih dari kepala saya di kamar, ternyata rekan-rekan saya—mengatakan saya be-berubah—"

Ada rasa tak sabar pada airmuka Snape, tetapi ia tetap mendengarkan.

"Ja-jadi saya berusaha meneliti. Dua tahun ini. Hingga sampai pada kesimpulan, aroma yang keluar secara alami dari tumbuhan ini, bisa menyembuhkan atau paling tidak mengurangi penyakit-penyakit yang dikenal sebagai 'Shyness, Anxiety, dan Forgetfulness'".

Masih saja Snape mendengarkan.

"Seseorang harus berada di bawah Mimbulus Mimbletonia secara teratur dalam waktu yang lama sehingga bisa terpapar terus, atau menggunakan sari Mimbulus—"

"—dan sari Mimbulus itu—"

"Sa-sari Mimbulus Mimbletonia itu adalah, cairan yang ada di dalam tumbuhan ini, diambil dengan meminta ijin terlebih dahulu pada tumbuhan ini dengan sopan, dijemur dengan merata, ditumbuk hingga halus, dan bubuknya dihirup dengan dosis tertentu tergantung usia dan berat badan—"

"—dan hasilnya—"

"Banyak yang mengalami pengurangan gejala lupa, banyak juga yang tak lagi mengalami kecemasan—"

"Dan berapa itu 'banyak'?"

"Eh," Neville mengeluarkan segulungan perkamen yang penuh dengan catatan-catatan, sebagian besar di antaranya adalah angka-angka—

Sebelum ia sempat berbicara, Snape mengetuk perkamen yang ada di atas meja, "Masukkan ke dalamnya. Orang akan kebingungan jika kau mengatakan 'banyak' tetapi jika kau mengatakan '83 dari 100 responden' maka mereka akan menyimpulkan sendiri bahwa itu adalah 'banyak'." Perkamen itu dengan sendirinya terisi dengan catatan berwarna merah.

"Kau mengadakan penelitian kuantitatif, tetapi hanya memasukkan hasil kualitatif, dan itu akan mengundang pertanyaan lebih banyak. Meragukan. Tetapi dengan memasukkan angka-angka hasil penelitianmu, maka 90% pertanyaan sudah dijawab. Tak akan banyak pertanyaan lagi pada penelitianmu—"

Wajah Neville memang menjadi merah, tetapi ia mengangguk perlahan. Snape bahkan tak mengungkit-ungkit kesalahan kata, tapi to the point pada kesalahan fatal yang ia lakukan.

"Sama seperti Miss Granger, perbaiki segera. Secepatnya. Aku tunggu hingga hari Jumat pagi, hingga masih akan ada waktu untuk memperbaikinya jika masih ada kesalahan. Sabtu siang kita berangkat. Menurut Kepala Sekolah, menggunakan cara Muggle. Tetapi tongkat harap simpan di tempat yang mudah disimpan. Jubah simpan saja di koper, kita baru akan menggunakannya di Kota Bebek—"

Tak ada kata lagi sesudahnya, Snape berdiri dan meninggalkan ruangan tanpa bicara. Hermione memmandang Neville, dan Neville memandang Hermione.

"Jadi, kita benar-benar akan pergi dengannya?" bisik Neville, nyaris tak terdengar.

Hermione mengangguk. "Kalau Profesor Snape yang akan pergi dengan kita adalah Profesor yang seperti tadi, kukira kau tak akan apa-apa, Neville—"

Ia berdiri, menepuk-nepuk punggung Neville, lalu, "Ayo. Banyak yang harus kita kerjakan, selain merevisi karya tulis kita, kita juga masih harus mengerjakan peer kita yang biasa—"

Neville berdiri dengan lemas, tetapi ia berjalan juga keluar dari ruangan.

-o0o-

Hermione merapikan pakaiannya. Sebuah tas kecil bertali menyimpang di atas pakaiannya, jeans, kaos, dan jaket tipis. Hanya itu yang dibawanya, semua yang lain masuk ke dalam bagasinya, sebuah koper.

Neville juga mengenakan jeans, kaos dan jaket. Hanya Snape yang memakai jas kasual, di atas kemeja lengan pendek tak berdasi, warna abu-abu, satu-satunya warna selain hitam yang ia pakai saat ini.

Dalam lingkungan Muggle seperti di airport Heathrow sekarang ini, yang paling rileks adalah Hermione tentu saja. Neville sendiri terus menerus melihat sekeliling, jika saja ada sesuatu yang salah. Snape sendiri, nampak diam, tetapi matanya terus menyelidik ke sana ke mari.

Dumbledore sudah menyarankan agar Hermione menceritakan secara detil tata cara Muggle melakukan perjalanan, dari mulai pemeriksaan imigrasi, apa saja yang boleh dan tak boleh dibawa, bagaimana perjalanan dengan pesawat udara, dan segala tetek bengek lainnya.

Detil sekali, hingga tak mengherankan kalau Snape di airport ini berlaku bagaikan orang dewasa yang sudah biasa bepergian, mengurus dua siswanya. Walau masih ada bisikan-biskkan halus dari Hermione tentang bagaimana Snape seharusnya berlaku, tetapi secara garis besar, sudah OK.

"Jadi, kita akan terbang selama 11 jam?" Neville bertanya cemas. Naik pesaat terbang saja belum pernah, apalagi selama itu.

"Tenang saja, Neville, nikmati saja penerbanganmu—" Meski penerbangan yang pernah dilakukan Hermione hanya penerbangan-penerbangan pendek saja, ke Prancis misalnya, tetapi sepertinya akan sama saja dengan penerbangan yang cukup lama ini.

Akhirnya pengeras suara memanggil para penumpang dengan nomor penerbangan menuju Calisota. Pesawat besat ini akan mengangkut mereka ke sana, lalu dari Calisota ke Kota Bebek, mereka akan menaiki pesawat yang berukuran lebih kecil.

11 jam yang cukup menegangkan untuk Neville.

Tapi belum begitu menegangkan seperti petualangan yang akan mereka hadapi.

TBC