My choice

Tittle: My choice

Cast: Leeteuk, Keisya

Support Cast: Heechul, Yesung, Kangin, Shindong, Sungmin, Eunhyuk, Donghae, Siwon, Ryeowook, Kyuhyun, Ji ah.

Genre: Romance, Friendship

Rating: Fiction T

Warning : EYD kurang baku, Geje , tak banyak menggunakan kosa kata Korea, alur membinggungkan.

Don't like it? Don't read it please.

Summary: Dalam islam selalu ada kata bukan mukhrim untuk dua insan yang berbeda jenis/ Jangan sentuh dia?' perasaan seperti orang yang menjijikkan itu kembali lagi/ "Huuaaa hyung ada apa dengan mata panda itu!"

DON'T BE A PLAGIATOR !

Happy reading chingudeul !

Chapter 1

Lukisan sang Ilahi terpampang indah di kanvas alam yang terbentang tidak berbatas. Memperlihatkan sang mentari yang masih setia menduduki singasananya di atas langit dengan sinarnya yang agkuh.

Bangunan kastil bergaya eropa terlihat megah menjulang menjadi pelengkap indahnya coretan tangan pemilik alam semesta.

Siang yang terik, menemani langkah kakinya yang jenjang menyusuri bangunan kampus itu.

Beberapa namja dan yeoja yang sedang berseliweran di lapangan dan koridor bangunan itu nampak memeliriknya dan berbisik ketika melewatinya.

Keisya yeoja dengan tubuh semampai dan langsing itu terus berjalan tanpa memperdulikan orang – orang di sekelilingnya, walau sedikit risih dengan sikap mereka, tapi dia bisa memaklumi tatapan aneh mereka padanya.

Bagaimana tidak kain persegi yang melilit dengan indah di kepalanya tentu saja mencuri perhatian banyak orang. Ya hijab, identitas utama seorang muslimah yang notabennya pastilah hal yang amat langkah di sebuah kota yang booming karena banyaknya Girl and Boy band yang mereka terbitkan. Yup! Seoul.

Sudah sejak satu minggu yang lalu dia menginjakkan kakinya di negri gingseng ini untuk melanjutkan study dan di bangunan beraksen gotic dengan taman bunga sakura dan pohon – pohon rindang yang sangat indah ini lah dia akan belajar.

Keisya berhenti melangkah, ia merogoh saku bajunya untuk menggambil ponselnya yang terus bergetar.

"Yeoboseo." sapanya pada seseorang di sebrang telpon.

". . ."

"Semua urusan kepindahanku sudah selesai eon."

". . ."

"Aku sedang berada di dekat lapangan sekarang."

". . ."

"Aku mengerti, ku tunggu kau di – "

Belum sempat ia menghabiskan kata – katanya ponselnya terjatuh dari genggamannya ketika dirasakannya suatu benda menghantam kepalanya dengan keras membuat tubuhnya limbung dan terjatuh.

~My Choice~

Leeteuk berlari dari tempatnya berdiri di tengah lapangan basket ketika namja berlesung pipi satu di dekat bibir sebelah kirinya itu menyadari lemparannya meleset, bukannya mengenai ring basket yang menjadi sasarannya, bola basket yang keras itu malah telak mengenai kepala seorang yeoja.

"Gwenchanayo?" Keisya memegangi kepalanya dengan tangan kirinya dan mencoba untuk melihat wajah dari pemilik suara yang menanyakan keadaannya.

"Ah, gwe – gwechanayo." jawabnya gugup.

Perlu di garis bawahi bahwa gugup disini bukan karena melihat ketampanan namja di depannya itu, tapi karena tangan hangat Leeteuk yang menyentuh pundaknya. Kalian ingat dalam islam selalu ada kata bukan mukhrim untuk dua insan yang berbeda jenis.

Keisya menghempaskan tangan itu pelan, membuat namja di sampingnya itu mengeryitkan alisnya, heran melihat tingkahnya yang seakan jijik dengan keberadaannya.

"Mianhe, aku sungguh tak bermaksud melakukannya. Aku – "

"Arraseo." ucap Keisya memotong perkataan Leeteuk.

Keisya beranjak bangkit dari ke-terjatuhannya dengan menarik kedua sudut bibirnya, membuat seulas senyuman simpul namun mampu membuat jantung namja di sampingnya itu mendadak berdebar gila – gilaan.

"Hyung, cepat ambil bolanya." seru salah seorang namja dari tengah lapangan basket yang refleks membuat keduanya menoleh.

Keisya menggambil bola basket dikakinya dan memberikannya pada Leeteuk lalu beranjak pergi setelah mengganguk pelan.

Namun kepalanya yang masih sedikit ngilu karena hantaman tadi membuatnya berjalan gontai, bahkan hampir limbung jika tangan hangat itu tak menahannya.

Leeteuk sedikit kesal saat Keisya kembali menghempaskan tangannya. Dia menghirup nafas dalam lalu memghembuskannya panjang, mencoba meredam kekesalannya.

"Kau tak apa? Bagaimana kalau ku antar ke ruang kesehatan?" tawarnya.

"Tak apa, aku bisa pergi kesana sendiri, gomawo."

Dengan langkah yang masih sedikit gontai Keisya meninggalkan Leeteuk.

"Yeoja keras kepala." gumam Leeteuk, memperhatikan kepergian yeoja itu hingga punggungnya menghilang di tikungan jalan.

~My Choice~

Tok Tok Tok

"Masuk, siap – huh, kau lagi Park JungSoo." ucap guru penjaga UKS, begitu melihat sebuah kepala menyembul dari balik pintu dengan senyum lebar, menampakkan deretan gigi putih yang tersusun rapi.

Dari nada suaranya bisa di tebak kalau yeoja berbalut baju putih itu jengah dengan kedatangannya.

"Sakit apa lagi sekarang, eoh?" tanyanya pada Leeteuk yang kini telah masuk ke dalam ruangan yang serba putih itu.

"Ayolah, jangan seperti itu sonsaengnim, pertanyaanmu itu sangat mengintimidasiku. Seakan aku slalu masuk keruangan ini dan berpura – pura sakit." keluh Leeteuk.

Ia kini duduk di salah satu ranjang di ruangan itu.

"Kepalaku pusing dan sepertinya badanku sedikit meriang sonsaengnim." lanjutnya sambil menunjukkan ekspresi orang yang sedang sakit, hanya saja terlalu di buat – buat.

Heemm . . . bahkan orang bodoh saja akan tahu kalau dia sedang berpura – pura.

"Tapi semua itu benar kan? Berhentilah berpura – pura Jungsoo-ssi, aku tahu kau hanya ingin membolos seperti biasa."

"Hehe . . . tak apa kan sonsaengnim, untuk yang terakhir." Leeteuk memohon, menangkupkan kedua tangannya, berharap jurus andalannya ini akan kembali berhasil menjinakkan Shin-sonsaeng.

Shin-sonsaeng mengangkat sebelah alisnya. "Aku masih ingat dengan pasti dua hari yang lalu kau mengatakan hal yang sama dan lihat sekarang kau mengatakannya lagi. Jadi apa kata "ter-ak-hir" itu memiliki arti yang lain untukmu, huh?" ujarnya dengan memberikan penekanan pada kata terakhir.

'Skakmat kau!' batin Leeteuk merutuki dirinya sendiri.

"Tapi baiklah, kali ini aku akan membiarkanmu dengan dua syarat."

Leeteuk tersenyum cerah, ia membenarkan posisi duduknya dan siap mendengarkan syarat yang akan di ajukan sonsaengnim.

"Pertama, jaga tempat ini sampai aku kembali karena aku harus pergi sebentar." Leeteuk mengganguk.

"Kedua, jaga yeoja cantik yang sedang tidur di balik tirai di samping ranjangmu itu."

Leeteuk mengerjapkan matanya mencoba mecerna ucapan Shin-sonsaeng yang sudah pergi sebelum sempat ia bertanya. Kakinya yang menggantung di atas ranjang di turunkannya ke lantai melangkah mendekati ranjang lain di balik tirai.

Bak putri tidur, yeoja itu terbaring dalam diam. Penasaran dengan sosok makhluk terindah ciptaan tuhan itu, Leeteuk semakin mendekat, memperhatikan dengan seksama wajah kuning langsat yang terlihat tak asing baginya.

'Sepertinya kepalanya benar – benar sakit kena hantaman bola tadi' batin Leeteuk, ia menggenali wajah itu.

Perlahan Leeteuk menjulurkan tangannya menggeser sedikit posisi kantung handuk dingin berisi balok es batu yang menutupi memar di sudut kening sebelah kiri yeoja itu.

Bola mata coklatnya menelusuri setiap detail wajah yeoja itu dengan cermat, bulu mata lentik yang membingkai indah, hidung mancung yang semakin menyempurnakan bentuk wajahnya yang memang telah sempurna. Deru jantungnya berpacu semakin cepat saat pandangannya berakhir pada bibir tipis berwarna merah muda yang menawan.

Seakan terhipnotis, tangannya yang masih terjulur perlahan turun tanpa di komando, membelai pipi mulus yeoja itu dan seakan terhipnotis, ia hendak menciumnya jika saja telinganya tidak mendengar suara melengking yang hampir merusak gendang telinganya.

"Keisya, kau tak apa?" pekik Ji ah.

Yeoja berawakan mungil itu membelalakkan matanya ketika mendapati Leeteuk berdiri di sebelah sepupu kesayangannya.

"Oppa, bagaimana kau bisa ada di sisni?" tanya Ji ah heran

"A- a – aku, ah aku membolos disini. Shin - shin sonsaeng mengijinkan asal aku menjaga UKS dan yeo-yeoja ini." jawab Leeteuk gugup.

"Jinjja!" Ji ah menyipitkan matanya. Melihat itu Leeteuk jadi semakin salah tingkah, keringat dingin mulai meluncur turun.

'Mu-mungkinkah Ji ah tahu kalau aku akan mencium yeoja ini?' fikiran itu terus berputar di kepalanya.

"Nde, kau tak percaya?"

Selangkah demi selangkah Ji ah mendekati Leeteuk dengan tangan menyilang di depan dada, membuat Leeteuk semakin was – was, hingga terus melangkah mundur saat Ji ah malah terus mendekatinya dengan tatapan penuh selidik, hingga memojokkan tubuhnya di dinding.

"Uu- w - wae?" ucap Leeteuk semakin gugup.

"Huuaaah oppa jerawatmu besar sekali." kata Ji ah takjup. *ku rasa sepertinya yeoja chubby itu tak sempat melihat Leeteuk yang hendak mencium Keisya.

"Huh?" Leeteuk mengerjapkan matanya, perasaan tak percaya dan lega campur aduk di batinnya sekarang.

"Oppa, kau banyak pikiran eoh? Tumben jerawat sebesar itu bisa bersarang di wajahmu." Ji ah memundurkan tubuhnya dan beralih melihat keadaan Keisya yang masih tertidur.

"Ji ah, kau mengenalnya?" tanya Leeteuk tanpa menjawab pertanyaan tak bermutu teman masa kecilnya itu.

"Keisya, sepupuku dari Indonesia. Ah aku dengar dia terkena lemparan bola hari ini." Ji ah melihat memar di kening Keisya dan menggambil handuk yang berisi balok es yang telah mencair, menggantinya dan megusapkannya pada memar itu.

"Mian, aku yang tak sengaja melakukannya tadi." kepalanya tertunduk.

Keisya terbangun ketika merasakan handuk dingin menyentuh sudut keningnya, matanya mengerjap berusaha mencari kesadaran penuh. Denyutan nyeri yang di rasakannya beberapa waktu tadi telah menghilang, istirahat sebentar ternyata mampu menghilangkan rasa pusing di kepalanya.

Suara namja yang tengah meminta maaf di sebelahnya membuatnya menoleh, 'Ah namja tadi dan ...'

"Ji ah."

Yeoja yang di panggil menoleh. "Keisya kau sudah bangun, bagaimana kepalamu masih sakit?" tanya Ji ah cemas.

"Gwechanna eon, jangan terlalu berlebihan ah." tegur Keisya sambil berusaha bangkit dari tidurnya, mencoba beralih ke posisi duduk.

Leeteuk yang melihat itu berinisiatif membantunya, namun tangannya ditampis Ji ah kasar. "Mau apa kau oppa? Jangan sentuh dia."

"Waeyo, aku hanya ingin membantunya." sungutnya kesal. 'Mwo! Jangan sentuh dia?' perasaan seperti orang yang menjijikkan itu kembali lagi mendengar perkataan Ji ah, 'memangnya apa yang salah denganku hingga tak boleh menyentuhnya?'

"Memebantu boleh, tapi jangan pake' sentuh – sentuh ya! Bu-kan muh-rim!" ujar Ji ah sambil berkacak pinggang.

"Muhrim? Apa maksudmu?" tanya Leeteuk penasaran, wajahnya melonggo binggung sedang otaknya berpikir keras mecari tahu arti kata yang baru kali ini di dengarnya.

Ji ah menepuk jidatnya sendiri. "Omo oppa! Serius kau tak tahu apa itu muhrim, huh?"

Leeteuk menggeleng, membuat Ji ah menggeleng pelan dan menghembuskan nafasnya berat.

"Heem, gampangnya seseorang yang tak boleh kau sentuh sebelum menikahinya."

"Kenapa?"

"Aaiisshh, oppa kau tak lihat kain yang melilit kepalanya eoh? Dia seorang muslim." Leeteuk sontak kaget, sungguh sejak tadi dia sama sekali tak menyadari kain berwarna peach cerah itu.

~My Choice~

"Eonni siapa pria tadi?" tanya Keisya.

Keduanya sedang berada di apartement sederhana milik Ji ah, setelah tiga jam yang lalu meninggalkan UKS. Ah dan Leeteuk, namja itu harus menunggu hingga Shin-sonsaeng datang baru bisa pergi.

"Bukannya tadi kau sudah berkenalan dengannya." jawab Ji ah sambil melahap semangkuk penuh jajangmyeon yang mereka beli tadi di dekat kampus.

"Iya sih, tapi sepertinya aku pernah melihat dia sebelumnya." kata Keisya, ia mengaduk – aduk jajangmyeon di hadapannya itu dengan sumpit di tanggannya, pikirannya menerawang mencoba menggingat sesuatu.

"Astaga eonni bukannya wajahnya itu mirip dengan leader boy band terkenal Super Junior?"

"Dia memang leader Super Junior, Park JungSoo a.k.a Leeteuk." terang Ji ah dengan mulut penuh makanan.

"Mwo!" pekik Keisya kencang, bahkan sangking kencangnya suara itu membuat Ji ah tersedak.

Dengan kesal Ji ah memukul puncak kepala sepupunya itu hingga meringis kesakitan.

"Maaf eon, aku terlalu kaget. Aku tak menyangka bisa bertemu dengannya, apa lagi menyadari ternyata kakak sepupuku ini menggenalnya dengan baik."

"Heem, eomma Teukie oppa sahabat kedua orang tuaku, kami dulu juga pernah menjadi tetangga dan sering bermain bersama ah, dengan in young noona juga, jadi wajar kalau aku sangat menggenalnya. Kenapa? Kau menyukainya?" tanya Ji ah sambil mengarahkan sumpitnya ke arah Keisya.

Keisya menggeleng cepat. "Aniy, hanya ingin tahu." jawabnya sekenannya.

Keisya kemudian memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan melanjutkan menghabiskan makanannya.

.

.

.

.

Srekkk—srekkk

Seorang namja innconet menggeliat dalam tidurnya. Suara berisik yang ditimbulkan tak jauh dari tempatnya kini benar-benar mengganggunya.

"Aiiish!"

Berusaha mengabaikan decakkan itu, Donghae – namja itu kembali lagi bergelung nyaman dengan selimut dan gulingnya.

Srekkk—sreeek—

"Uurghh."

Donghae membuka matanya sedikit. Dia benar-benar mengantuk tapi seseorang yang terus bergerak di sebrang sana. Membuatnya kesal.

"YAK hyung berhenti menggangu tidurku dengan suara berisikmu itu." teriaknya yang mulai jengah melihat Leeteuk terus merubah posisi tidurnya.

"Mianhae Donghae-ah, aku hanya sulit untuk tidur?" jawab Leeteuk lirih, membuat dongsaeng kesayangannya itu mengeryitkan alis binggung dengan sikapnya.

"Ada apa hyung? Tak biasanya kau seperti ini? Sulit tidur bukan kebiasaanmu kan?" tanya Donghae khawatir.

"Gwechanna, tidurlah lagi." ia memandang sebentar Donghae, tersenyum dan berbalik membelakangi tubuhnya.

Sinar mentari mulai menampakkan wajahnya. Leeteuk terbangun dengan kantung hitam di matanya.

Jangan tanyakan dari mana lingkaran hitam itu, setelah sekian lama berusaha akhirnya dia baru bisa memejamkan kedua matanya satu jam yang lalu.

Semalam Leeteuk tak juga bisa membawa tubuhnya masuk ke alam mimipi.

Seberapa keras pun dia mencoba, tetap gagal. Bayangan wajah itu terus terpatri di fikirannya hingga membuatnya sulit tidur.

Garis wajah yang sempurna, mata hitam bercahaya, dan kulit kuning langsat yang terlihat semakin menawan dengan kain peach yang menutupi kepalanya.

Ah, jangan lupakan juga senyumnya, yang jelas setiap detail di wajah anggun itu mampu membuat jantungnya ingin melompat keluar dari tempatnya hanya dengan memikirkannya.

Dan kini suara ponselnya yang bergetar hebat di atas nakas membuatnya bangun dengan berat hati.

"Yeobosse—"

"YAK HYUNG CEPAT TURUN ATAU KAU TAK AKAN DAPAT JATAH SARAPAN! DARI TADI SHINDONG HYUNG, EUNHYUK HYUNG DAN KYUHYUNIE TERUS MENGINCAR SARAPANMU." Belum selesai Leeteuk bicara, suara di sebrang sana sudah memotongnya dengan sangat akurat. Membuat kupingnya berdengung, sangking kerasnya suara yang ia dengar.

"Biarkan saja mereka menghabiskannya, aku masih nggantuk." jawabnya malas.

"Tapi hyung pagi ini kan kita ada jadwal. Pokoknya cepat turun, jangan tidur lagi." kata Ryeowook cepat sebelum Leeteuk menutup telponnya.

IoI

"Huuaaa hyung ada apa dengan mata panda itu!"

Leeteuk berjalan gontai menuju meja makan dorm lantai satu di mana seluruh member super junior telah berkumpul.

"Gwechanna ryeowookie, aku hanya kurang tidur." jawab Leeteuk.

"Kau kenapa hyung? Sepertinya kau terlihat aneh, kau sakit?" Kangin menempelkan punggung tanggannya pada kening Leeteuk dan keningnya sendiri, menyamakan suhu tubuhnya dengan suhu tubuh hyungnya itu. "Kau tidak panas hyung."

"Aku tidak sakit." Leeteuk menepis pelan tangan namja bertubuh kekar itu.

"Kau sedang jatuh cinta kan hyung?"

"MWO!" pekik semua member bersamaan mendengar tebakkan Yesung.

"A—a—aniy." jawab Leeteuk gugup.

"Jinjja!"

"Em—Nde!"

Yesung menatap Leeteuk datar. "Jangan bohong hyung, aku masih ingat betul bagaimana tingkahmu saat menyukai seorang noona waktu masih masa trainee dulu. Sama persis dengan tingkahmu sekarang."

"Jadi?" Heechul memicingkan matanya, menatap Leeteuk penuh selidik.

"Wae?" tanya Leeteuk salah tingkah.

"Siapa yeoja yang telah mencuri hatimu hyung?" timpal Sungmin.

"Apa noona – noona lagi hyung?" tambah Ryeowook

"Seksi tidak?"

Donghae menjitak kepala Eunhyuk keras. "Apa hanya yeoja seksi saja yang ada di kepalamu itu eoh?"

"A-appo! Yaa~ Donghae-ah aku kan hanya bertanya."

Leeteuk mengacak rambutnya kesal. "Sudahlah hentikan. Aku akan memberitahu tapi jangan berisik." ucapnya pelan. "Dia mahasiswa pindahan dari Indonesia. Dia bukan noona – noona, mungkin seumuran dengan seohyun."

"Hyung pertanyaanku belum kau jawab."

"Pertanyaanmu itu tidak bermutu, jadi tak harus ku jawab Hyukjae."

"Siapa namanya hyung?" tanya Siwon.

"Keisya."

"Bagaimana orangnya?" Shindong yang selesai menghabiskan satu mangkuk besar sarapannya mulai membuka mulutnya ikut bertanya.

Dalam diam Leeteuk memperhatikan satu persatu wajah dongsaengdeulnya. 'Oh ayolah lihat tatapan antusias mereka, aku tak yakin ini akan cepat berakhir.' batinnya.

"Dia yeoja yang cantik, tapi aku belum tahu betul bagaimana karakternya. Sepertinya dia yeoja yang baik."

"Bagaimana kalian bertemu?"

"Bola basket yang ku arahkan pada ring, tak sengaja menggenaninya. Setelah itu kami bertemu lagi saat aku pergi ke UKS." Leeteuk menyingkat ceritanya menjawab pertanyaan Donghae.

Kyuhyun membelalakkan matanya. "Apa yang kau maksud itu yeoja berkerudung tadi siang hyung?"

"MWO!" sekali lagi pekikkan keras para member membuat Leeteuk harus menutup telinganya.

TBC

Annyeong chingudeul, saya author baru dan masih awam sama FF.

Jadi maaf jika cerita ini gaje sangat.

Saya mohon chingudeul memberi pendapat tentang cerita ini?

REVIEW PLIISS ^^ GOMAWO