"Jangan kemari kau penyihir!" bentak anak berambut blonde.

Brugh!

Seorang anak perempuan berusia 10 tahun berambut brunette beriris ruby terjatuh lumayan keras.

"Ta-tapi aku juga ingin bermain," ujar anak itu―Ib.

"Jika kau bermain bersama kami, kami akan tersihir oleh mata darahmu!" hardik anak berambut raven.

Anak-anak itu pun berlalu dari hadapan Ib. Ib menatap bayangan dirinya di genangan air di depannya. Terlihat seorang anak berambut cokelat dengan mata merah. Memang benar apa yang dikatakan teman-temannya, matanya memang semerah darah segar.

"Apa karena mata ini semua orang menjauhiku?" tanya Ib.

Ib menggelengkan kepalanya. Tidak... tidak semua orang menjauhinya. Masih ada ayahnya, ibunya, dan keluarganya yang masih ada di sampingnya.

Ah, masih ada seorang lagi. Seorang pria berambut violet beriris mata sapphire yang ia temui setahun yang lalu di sebuah museum mengerikan―Garry.

Dan hari ini, ia dan Garry akan pergi ke museum itu lagi. Karena itulah, Ib harus tampil secerah dan sesempurna mungkin di depan pria yang pernah menjadi partner-nya itu.


Ib ? Kouri

Atarashii Geemu ? Riez Natsumi Khafiza

Genre: (Maybe) Fantasy, (Maybe) Friendship, (Maybe) Adventure, (Maybe) Mystery, (Maybe) Humor

Warning: Alternate Ending, Typo(s), +100 mistakes in this story


.

Episode 1: The New Painting

.

Ib segera membereskan barang-barangnya dan segera keluar kelas. Di taman terlihat seorang remaja 19 tahun berambut violet dan memakai coat biru tua sedang menunggunya di bangku sambil membaca sebuah buku. Ib pun segera menghampirinya dan menyapanya.

"Hai, Garry," sapa Ib sambil ikut duduk di sebelah pria yang dipanggilnya Garry itu.

"Oh, hai, Ib!" Garry menutup bukunya dan memeluk Ib seperti boneka. "Aku bersyukur bisa bertemu denganmu lagi!"

"Garry, orang-orang memperhatikan kita," bisik Ib.

"Oya, apa kau sudah siap untuk pergi?" tanya Garry tanpa memperdulikan bisikan Ib tadi. "Atau kau mau pulang dulu?"

Ib menundukkan kepalanya sambil berpikir.

"Sudahlah, ayo kita pergi!" Garry tersenyum dan menarik tangan Ib. "Kalau terlalu sore, nanti seram lho museumnya!"

Ib mengangguk dan mengikuti Garry menuju museum. Melewati jalanan yang ramai, taman, dan toko-toko yang menjual p?tisserie seperti bavarois, cannoli, galette, palmier, charlotte, gaufres, eclair, dan macaroon.

Eh, tunggu... macaroon?

"Macaroon...!" Garry langsung menarik tangan Ib ke dalam toko. "Ayo kita ke dalam sebentar, Ib!"

-o-

"Disini kau ternyata, Ib," Garry muncul dari belakang Ib. "Seperti biasa, kau selalu memperhatikan lukisan ini, lukisan 'Forgotten Portrait',"

"Aku suka gambarnya, mengingatkanku dengan saat-saat ketika kita sedang terjebak di dalam museum mengerikan ini dan ditemani lukisan-lukisan yang dan mengejar kita," kata Ib. "Gambar ini juga mirip dengan Garry,"

"Tapi masih tampan yang aslinya, kan?" tanya Garry.

Ib tertawa dan kembali menatap lukisan 'Forgotten Portrait'.

Memori-memorinya membawa Ib kembali ke masa saat hari dimana mereka terjebak di dalam dunia lukisan. Dikejar para lukisan wanita, kepala manekin yang seperti selalu memperhatikan mereka, boneka-boneka berwarna biru yang berambut tebal nan acak-acakan, dan patung-patung berbaju bak baju model.

Lalu, saat pertama bertemu Mary, menemukan ruangan yang penuh dengan boneka kelinci, mengetahui kebenaran bahwa Mary bukanlah manusia, masuk ke dalam kotak mainan di dunia sketchbook, mengejar Mary, dan saat membakar lukisan Mary.

"Ah, Mary…" kata Garry yang membuyarkan memori Ib. "Dia itu anaknya memang menyenangkan, tapi dia tetap saja lukisan buatan Guertena yang berbahaya dan... err... gila,"

Ib mengangguk dan kembali menatap lukisan di depannya. Benar-benar mirip dengan Garry. Bahkan bukan mirip lagi, itu memang lukisan dirinya.

Flashback…

"Tapi, bagaimana denganmu?" tanya Ib.

"Aku akan menyusulmu," jawab Garry sambil tersenyum. "Pergilah… duluan…"

Ib tidak dapat menahan air matanya. Tapi ia mencoba untuk tidak menangis dan melakukan seperti apa yang Garry katakan padanya.

Tluk!

Ib melirik ke arah suara tadi. Ia melihat sebuah pematik dari jas Garry. Ia pun mengambil pematik milik Garry dari saku jasnya, dan menukarnya dengan sapu tangannya. Setelah hatinya siap, ia pun naik ke atas tangga.

"Suka..." terdengar suara seorang gadis dari atas tangga. "Tidak suka..."

Ib naik ke atas tangga dengan perlahan-lahan saat mendengar suara gadis itu.

"Suka..." ujar sang gadis. "Tidak suka..."

Saat Ib sampai di anak tangga ketiga dari terakhir, ia melihat Mary yang sedang mencabuti kelopak mawar biru Garry. Ib bersembunyi di pegangan tangga yang cukup besar dan lebar.

"Suka..." ujar Mary. "Yay! Suka! Dia menyukaiku!"

Lalu, Mary pun berlari dengan gembira ke arah pintu keluar rumah itu. Awalnya, Ib hendak mengejarnya. Namun, perhatiannya teralihkan saat melihat sebuah tangga yang tertutupi oleh sulur-sulur tanaman mawar yang berduri. Ib pun membakarnya dan naik ke atas tangga.

"Ib? Sedang apa kau disini?"

Ib membalikkan badannya. Terlihat Mary yang menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Mungkin heran, kejam, atau bengis.

"Kau… kau tidak boleh berada di ruangan ini!" Mary menatap Ib sambil mengeluarkan palette knife-nya.

"M-Mary-" Ib melangkah mundur.

"Sekarang! Sekarang! Sekarang!" Mary mengayunkan palette knife-nya. "PERGI…!"

Ib lari ke ujung ruangan, mencoba menghindari Mary. Di ujung ruangan itu terdapat lukisan berbentuk segienam yang pecah. Sepertinya itu adalah figura lukisan Mary. Ib mengeluarkan pematik Garry dari saku roknya, bersiap untuk membakar lukisan Mary.

"Tidak, Ib!" Mary mencoba meraih tangan Ib. "Jangan...!"

Terlambat, Ib sudah membakar figura lukisan Mary. Dan itulah yang terjadi pada Mary―dia pun terbakar. Di hadapan Ib sekarang hanyalah sebuah palette knife milik Mary.

Ib keluar dari ruangan itu dan menemukan tangkai mawar biru Garry yang kelopaknya habis. Ia pun menyimpan mawar itu dalam saku roknya dan segera mencari jalan keluar.

Ia pun akhirnya tiba di suatu tempat yang mirip seperti museum Guertena saat awal. Ia menemukan lukisan besar yang mungkin bisa membawanya keluar dari dunia mengerikan ini. Saat Ib mencoba masuk ke dalamnya, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggilnya.

"Ib…" panggil orang itu.

Ib menoleh ke arah sumber suara. Di hadapannya terlihat seorang pria berambut ungu memakai coat biru tua yang sangat Ib kenal.

"Garry…?" tanya Ib.

"Ib! Syukurlah aku menemukan dirimu. Aku menemukan jalan keluarnya," kata Garry.

Ib merasa ada yang janggal dengan Garry yang berada di hadapannya ini. Ia bisa merasakan atmosfir Garry yang dihadapannya ini―dengan Garry yang ia kenal―berbeda. Ditambah lagi, bukankah kelopak mawar biru Garry sudah habis? Lalu, bagaimana ia bisa hidup lagi?

Dia bukan Garry yang asli… pikir Ib sambil bersiap melompat ke dalam lukisan.

"Apa yang kau lakukan, Ib?" tanya Garry. "Jalan keluarnya bukan disini, jalan keluarnya ada di luar sana!"

"Kau bukan Garry yang asli!" seru Ib sambil melompat masuk ke dalam lukisan.

.

.

.

.

.

"Huh…?" tanya Ib. "Sedang apa aku tadi?"

Ib melihat lukisan besar di belakangnya. Lukisan abstrak bernama 'Fabricated World'.

Tunggu... darimana dia bisa tahu nama lukisan itu dengan lengkap? Padahal Ib tidak mengetahui huruf-huruf kanji di nama lukisan itu sebelumnya.

Ib melirik tangannya yang memegang setangkai bunga tanpa kelopak. Entah kenapa, ia tidak mau membuang tangkai bunga itu.

Kemudian, Ib melihat-lihat lukisan lainnya sambil memasukkan sebelah tangannya ke dalam rok merahnya. Ia pun berhenti di sebuah lukisan yang bernama 'Forgotten Portrait'. Tangannya merasakan sesuatu di dalam saku roknya. Suatu benda dari besi yang berbentuk segi empat dan sebuah benda kecil yang dibungkus plastik.

Pematik? Milik siapa ini? Seingatku aku tidak menemukan pematik tadi… dan darimana permen lemon ini? Tou-san dan Kaa-san kan tidak membelikanku permen... pikir Ib.

Ib pun mendongakkan kepalanya dan melihat lukisan 'Forgotten Portrait'. Lukisan seorang pria berambut violet yang 'tertidur' sedang memegang bunga mawar berwarna biru.

Ib memperhatikan lukisan itu dengan seksama. Ia merasa pernah bertemu dengan pria itu sebelumnya.

Ib membuka bungkusan permen lemon di saku roknya dan memakannya. Tiba-tiba saja, ingatannya memperlihatkan sebuah memori.

.

.

.

"Yah, namaku Garry. Dan kau?"

.

"Coba kau periksa di saku jas itu, kau boleh menyimpannya,"

.

"Anak ini bukanlah manusia seperti kita,"

.

"Aku tahu ini sulit dipercaya, tapi…"

.

"Syukurlah kau tidak apa-apa,"

.

"Kenapa kau meminta maaf? Itu bukan salahmu,"

.

"Jika kau memerlukan bantuanku, aku akan datang..."

.

"Pergilah… duluan…"

.

.

.

"Garry…?" tanya Ib.

Bulir-bulir bening mulai berjatuhan dari pelupuk mata Ib. Pria yang selalu disampingnya saat di dunia lukisan, yang akan melindunginya dengan nyawanya sendiri, ternyata tertinggal di dunia itu untuk selamanya dan menjadi lukisan. Ib memukul-mukul dinding di sekitar lukisan 'Forgotten Portrait' sambil menangis sekencang-kencangnya.

"Garry…" lirih Ib. "Maaf, aku tidak bisa membantumu keluar dari dunia itu… aku memang tidak berguna..."

Setetes air mata Ib mendarat di tangkai mawar biru yang dipegangnya. Seketika saja mawar biru itu mekar. Namun, Ib tidak menyadarinya.

"Garry..."

.

.

.

.

.

"Ib…?"

―adalah kata yang membuat Ib tersentak dan langsung membalikkan badannya. Seorang pria berambut ungu dan berjas biru tualah yang Ib lihat pertama kali.

"Garry?" tanya Ib.

Tak tanggung-tanggung, Ib langsung memeluk Garry dengan erat. Garry terlonjak, tapi dia pun tersenyum kembali sambil mengacak-acak pelan rambut Ib.

"Maaf telah membuatmu khawatir dan sedih," kata Garry.

"Aku yang harusnya meminta maaf karena meninggalkanmu," Ib mendongakkan kepalanya. "Bagaimana kau bisa kembali kesini?"

"Ceritanya panjang," jawab Garry. "Yang penting, kita bisa keluar dari dunia mengerikan itu,"

"Tapi, kenapa lukisan ini masih tetap, ya?" tanya Ib. "Padahal kau sudah keluar,"

"Mungkin di dunia sana sudah tercipta diriku yang lain. Ahaha..." jawab Garry sambil tertawa. "Jadi tidak bisa dihapus, kecuali kalau kita membakar figuranya,"

"Mungkin," timpal Ib. "Ah, Garry… ini pematikmu,"

"Juga sapu tanganmu," Garry menyodorkan sapu tangan Ib. "Terima kasih sudah menyelamatkanku,"

Ib tersenyum dan mengangguk. Ia dan Garry tidak menyadari mawar biru Garry sudah lenyap, menghilang entah kemana. Mungkin Guertena sudah mengambilnya kembali.

Persetan dengan mawar biru itu. Yang penting, kini keduanya telah berkumpul kembali di dunia nyata.

"Ib! Ternyata kau disini, ibu sudah mencarimu kemana-mana," kata seorang wanita beriris ruby seperti Ib. "Ah, siapa dia, Ib? Apakah dia mengganggumu?"

"Tidak, Kaa-san. Ini Garry," jawab Ib. "Temanku, kami baru kenalan tadi,"

"Begitu, ayo kita pergi ke café," ajak Ibu Ib. "Ayahmu sudah menunggu di mobil,"

"Iya," balas Ib.

Ib pun mengikuti ibunya dari belakang. Sebelum menuruni tangga, Ib melihat ke belakangnya, melihat Garry yang masih disana memandanginya. Ib pun turun ke bawah mengikuti ibunya. Garry hanya bisa tersenyum lesu setelah Ib pergi.

Namun, tak lama kemudian, Ib pun muncul. Dia berlari ke arah Garry dengan muka berseri-seri.

"Ayo ikut kami, Garry!" Ib mengulurkan tangannya pada Garry. "Ke café!"

"Lho? Tapi orang tuamu…" kata Garry sambil menunjuk ke arah tangga.

"Mereka bilang tidak apa-apa," kata Ib. "Lagipula kau bilang kau mau mengajakku makan macaroon, kan?"

"Eh, boleh?" Garry mulai bersemangat.

"Tentu saja," jawab Ib. "Ayo ikut kami!"

Garry pun membalas uluran tangan Ib dan ikut dengan keluarganya ke café.

Flashback end…

"Hei, hei. Lihat, bukankah itu orang yang ada di lukisan itu, ya?" tanya seorang wanita sambil menunjuk-nunjuk Garry.

"Eh, iya, iya," timpal wanita di sebelahnya. "Bukannya Guertena belum pernah menggambar orang, ya?"

Garry merasa telinganya panas dan ingin bersin.

"Hatsyiii...!" Garry menggosok-gosok hidungnya. "Siapa yang lagi membicarakanku, ya?"

Ib hanya bisa tertawa melihat Garry.

"Ah, sudahlah," ujar Garry. "Oya, apa lukisan 'Fabricated World' itu masih ada?"

"Coba saja," usul Ib.

Mereka pun masuk ke ruangan yang terdapat lukisan 'Fabricated World'. Betul saja, lukisan abstrak yang telah membawa mereka ke dalam sebuah mimpi buruk itu masih ada.

"Masih ada?" tanya Garry. "Seingatku, saat aku kembali ke sini untuk melihat lukisan 'Fabricated World', lukisan ini sudah tidak ada,"

"Apa lukisan ini menjadi lukisan bia―"

Zreb!

Tiba-tiba saja lampu museum mati. Garry bergidik ngeri. Sedangkan Ib hanya memasang muka heran sambil memegang tangan Garry.

Sikap mereka memang berbeda, tapi pikiran mereka sama.

Apa mimpi buruk 1 tahun yang lalu akan terulang lagi?

Tulisan yang tiba-tiba muncul di dinding membuat mereka yakin bahwa mereka benar. Tulisan dengan cat berwarna biru tua yang bertuliskan:

"Selamat datang kembali, Ib, Garry,"

Garry dan Ib saling bertatapan. Bingung adalah kata yang pas untuk menggambarkan keadaan mereka. Tulisan dari siapa ini?

"Guertena?" tanya Garry.

Tiba-tiba muncul tulisan dengan cat biru lagi di dinding.

"Panggil aku dengan sebutan '–sama'!"

Garry terkejut dengan tulisan balasan Guertena. Dia menghela napas. Ib yang melihat Garry seperti itu hanya bisa menaikkan alisnya. Bingung.

"Baiklah... Guertena-sama..." ujar Garry sambil menekankan nama Guertena―dengan tidak ikhlas.

Ib hanya bisa tertawa kecil melihat Garry yang seperti itu.

"Ayo kita coba mencari jalan keluar dari museum ini, Ib," kata Garry sambil menarik tangan Ib.

"Um," balas Ib.

Mereka pun menelusuri museum itu. Sudah tidak ada siapa-siapa lagi disana. Di dekat lukisan 'Forgotten Portrait' muncul tulisan dari cat biru lagi.

"Lihat? Sudah tidak ada siapa-siapa lagi di museum ini,"

Ib dan Garry tidak mengacuhkan tulisan itu dan terus menelusuri ke lantai bawah. Di dinding dekat lukisan 'A Well-Meaning Hell' muncul tulisan dari cat biru lagi.

"Bagaimana? Apa kalian mau menerima tantanganku sekarang?"

"Jika kami tidak mau?" tanya Garry.

Tiba-tiba muncul Lady in Red dan 3 Headless Statue dari seberang lukisan 'Abyss of The Deep'. Garry dan Ib terkejut saat melihatnya.

Namun keterkejutan mereka hanya berlangsung sebentar saja. Mereka langsung berlari ke arah pintu keluar museum. Mereka mencoba membuka pintu keluarnya, namun terkunci. Di dekat meja resepsionis, muncul tulisan bercat biru lagi.

"Kalian tidak punya pilihan..."

"Baiklah, baiklah! Apa yang kau mau sekarang?" tanya Garry.

"Pergilah ke lukisan 'Fabricated World',"

Garry dan Ib pun segera berlari menuju lukisan 'Fabricated World'.

"Lompatlah,"

"Lompatlah?" tanya Garry. "Mungkin maksudnya melompat ke dalam lukisan ini ya, Ib?"

Ib mengangguk. Garry mundur beberapa langkah, dan melompat ke dalam lukisan.

"Yay! Aku berhasil masuk!" seru Garry sambil mengulurkan tangannya. "Ayo, Ib! Ini tidak menakutkan. Ini sama seperti setahun yang lalu!"

Ib pun menyambut uluran tangan Garry dan ikut masuk ke dalam lukisan. Setelah mereka masuk ke dalam lukisan, tiba-tiba muncul tulisan di dinding.

"Sangat fatal akibatnya jika kalian menerima tantangan keduaku ini, karena kalian akan berhadapan dengan musuh yang lebih licik dari Mary nanti,"


=Tsuzuku=


a.n: Yo, Rie author baru di fandom ini! Sebenernya Rie udah lama tahu dan cinta game Ib, tapi baru sekarang nge-publish fic Ib. Soalnya Rie sumpek baca fic Ib yang bahasa Inggris mulu. Jadi Rie coba-coba bikin fic Ib yang ber-chapter walau tidak ada yang mengharapkannya. Untuk yang udah baca, boleh minta review-nya?