Halo.. ini suna-chan datang. ^^
Kali ini saya datang bawa fanfic requestan bepupu suna-chan si Ferly 'deer kkamjong'. :D
Ide cerita ini sepenuhnya dari dia, suna chan cuma nulis.
Awalnya ini mau jadi one shot, tapi jari suna jalan sendiri,jadi meluber kemana-mana. Kepanjangan, jadi two shot. u.u
Kalau menurut kalian bagus, berarti ide dia emang MANTAP. Tapi kalo jelek salahkan suna-chan aja. Berarti suna-chan masih kurang skill nulisnya soalnya idenya bagus banget. u.u
Semoga kalian suka...
Dedicated to my lovely bepupu's 'deer kkamjong'
CASTS : BYUN BAEKHYUN – KIM JONGIN – PARK CHANYEOL
PAIR : CHANBAEKAI
GENRE : baca aja baru tahu. xD
AUTHOR : suna-chan ^^ ( kiyoheis)
STORY IDEA : deer kkamjong
Enjoy...
YESTERDAY, NOW, AND FOREVER
Bucheon, 2005
"jonginnie, bagaimana kalau hari ini kita pakai warna merah saja?" tampak seorang bocah kecil berkulit seputih susu tengah sibuk memilah milah baju di dalam lemari kayu kecil yang sudah terlihat sangat tua.
"..." tak ada jawaban terlontar dari bocah kecil yang berkulit sedikit lebih gelap di sebelahnya.
"aku rasa mereka akan senang jika kita memakai warna merah, jonginnie. Bagaimana menurutmu,eum?" mengerutkan kening dan mem-pout-kan bibirnya, masih sibuk menatap isi dari lemari itu. Mata kecilnya terlihat semakin menyipit, menandakan bahwa dia sangat serius dengan kegiatan yang dia lakukan sekarang, memilih baju untuk dia pakai bersama dengan temannya yang duduk di sampingnya. Padahal jika kalian melihat ke dalam isi lemari itu, tak banyak helai baju yang ada di sana. Hanya ada enam helai baju, dua diantaranya berwarna merah yang sedang dipegang oleh si bocah munggil berkulit susu itu, dan empat lainnya berwarna sama, putih, mungkin tak bisa dibilang putih lagi. karena meskipun sudah dicuci berkali-kali warna helaian baju-baju itu tak sebersih dulu lagi. juga ada beberapa helai celana pendek dan beberapa celana panjang yang sudah tak bisa dibilang celana panjang karena jika mereka memakainya, hanya akan sampai di atas mata kaki mereka. Miris. Tapi dua bocah ini selalu bersyukur dengan yang mereka miliki ini. Mereka selalu berpikir bahwa masih ada orang-orang yang berada di bawah mereka. Sebuah pemikiran yang sangat dewasa untuk anak usia 9 tahun. Mau bagaimana lagi, keadaan lah yang membuat mereka seperti ini.
"..." bocah laki-laki berkulit tan itu tetap tak bergeming dari duduknya, tak mengeluarkan sepatah katapun untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan temannya sedari tadi.
"aku yakin kau akan lebih tampan dengan warna merah ini,jonginnie. Dan aku punya firasat yang sangat baik hari ini, merka akan memilih kita." Mengalihkan pandangannya dari isi lemari kayu itu, bocah mungil berkulit susu itu menatap temannya yang sedari tadi tidak menjawab pertanyaannya itu.
"..." masih tak ada suara yang keluar dari mulut bocah tan yang sedikit lebih tinggi itu. Matanya yang lebar nampak menatap kosong pada satu titik yang sama. Tak ada senyuman di wajahnya, sangat berbeda dengan temannya yang dari tadi berbicara dengan penuh keceriaan dalam suaranya.
"jonginnie?" akhirnya dia menyadari bahwa ocehannya tidak ditanggapi oleh temannya itu.
"..."
"jonginnie, kau kenapa? Ayo cepatlah ganti pakaianmu dengan ini. Aku sudah memakainya. Lihatlah. Sekarang giliranmu. Kita harus bersiap-siap sebelum omma memanggil kita berdua. Kata omma,30 menit lagi mereka akan datang. Aku yakin hari ini lah waktunya! Akhirnya! Karena semalam aku bermimpi se—"
"SUDAHLAH BAEK!" akhirnya bocah tan itu bersuara tapi tidak seperti biasanya yang selalu menanggapi ocehan temannya dengan lembut, bocah tan itu menaikkan nada suaranya.
"j..jong..." syok dengan kerasnya suara yang dikeluarkan temannya, bocah berkulit susu yang ternyata bernama baekhyun itu membulatkan matanya. Kaget.
"ini semua akan percuma! Mereka tidak akan mengambil kita berdua! Apa kau tidak dengar perbincangan mereka dengan omma tadi huh?! Mereka hanya akan mengambil satu anak saja! Mereka akan mengambil satu di antara kita! Dan aku tidak mau hal itu terjadi!" bocah tan bernama jongin itu terus berkata dengan suara keras. Seakan sedari tadi dia menahan di dalam dadanya dan sekarang dia meledakkan semuanya.
"tt..tapi..."
"lagipula, buat apa kau memusingkan memilih baju?! Apa kau sudah lupa, kita memang hanya punya baju itu yang masih layak dipakai! Baju warna merah huh? Aku saja tidak yakin itu masih bisa disebut warna merah!"
"jong..."
"sudahlah baek! Hentikan ini! Aku capek!" merampas baju dari tangan baekhyun dan kemudian membuangnya ke lantai.
"jonginnie...hiks" bulir-bulir air mata sudah mulai berjatuhan di pipi mulus baekhyun. Dia sangat terkejut dengan lontaran kata-kata yang tidak pernah dia duga sebelumnya akan keluar dari mulut teman terdekatanya,jongin.
"baek? Baekhyunnie? Kau menangis?" terlihat kebingungan tampak pada wajah jongin.
"hiks. Huweee." Tangisan baekhyun pun pecah
" . maafkan aku. Aku tidak bermaksud membentakmu..." dengan segera, jongin menangkup pipi baekhyun dan menghapus air mata itu dengan kedua ibu jari nya dengan lembut. Tampak jelas raut penyesalan pada wajahnya.
"jj.. jong..hiks.. jonginnie.. hiks..ak..aku..takut..hiks. . jangan membentakku." Katanya di sela isakan tangisnya.
"arraso.. araaso. Maafkan aku baekhyunnie.. aku tadi tidak sengaja. Aku tidak akan melakukannya lagi. berhentilah menangis,eum?" jongin berujar sambil mengelus sayang kepala baekhyun
"hiks. Jonginnie tidak mau memakai baju itu?" masih dalam isakannya baekhyun mendongakkan kepalanya menatap jongin dengan matanya yang sembab dan hidungnya yang memerah akibat tangisannya.
"bukan begitu baekhyunnie. Aku hanya tidak mau mereka memisahkan kita. Kau kan tahu sendiri di panti asuhan ini hanya tinggal kau dan aku saja yang tersisa. Dan tadi aku mendengar bahwa mereka akan hanya akan mengambil satu anak saja. Aku tidak ingin berpisah dengan mu baekhyunnie. Kita kan sudah berjanji akan bersama selamanya. Apa kau lupa,eoh?" ujar jongin sambil menatap tepat di mata kecil baekhyun.
Baekhyun menggelangakn kepalanya dengan kencang, membuat rambut coklatnyabergerak kesana kemari mengikuti arah gerak kepalanya. "tidak. Aku tidak mau berpisah dengan jonginnie." Dia pun memeluk erat jongin, seakan tidak rela jika teman satu-satunya itu akan pergi meninggalkannya.
"makanya, aku berkata seperti tadi." Jongin pun membalas pelukan sahabatnya dari lahir itu dnegan erat juga.
"lalu, apa yang harus kita lakukan jonginnie?" baekhyun bertanya, membulatkan matanya dengan imut.
Jongin tersenyum, mencubit hidung baekhyun. "ikut aku." ujarnya
Jongin menarik tangan baekhyun keluar dari kamar mereka di panti asuhan itu, meleawti pintu belakang yang berada di dapur menuju pekarangan belakang panti asuhan dan kemudian keluar dari panti asuhan itu.
"jonginnie kita mau kemana? Nanti omma akan marah." Baekhyun bertanya
"sudah ikut saja. Apa kau ingin kita berpisah?" kata jongin meyakinkan baekhyun
"sirheo."
Merekapun terus berlari meninggalkan panti untuk sementara di hari itu. Menghindari takdir yang mencoba untuk memisahkan mereka. Melupakan sejenak bahwa nanti omma akan memarahi mereka saat mereka tiba di rumah. Mereka tidak peduli selama mereka akan tetap bersama, selamanya.
Bucheon, 2009
"jonginnie, baekhyunnie. Kemarilah sebentar sayang. Omma ingin bicara." Suara serak omma memanggil mereka dari arah kamar tempat beliau berbaring. Sudah dua bulan ini omma sakit, dan tak kunjung sembuh. Tubuhnya tak lagi kuat seperti dulu saat baekhyun dan jongin masih kecil, sekarang saat mereka telah duduk di bangku sekolah menengah pertama keriput nampak jelas di wajah omma seakan menunjukkan bahwa beliau telah sangat berumur. Matanya sayu, rambutnya, sudah susah menemukan rambutnya yang berwarna hitam di kepala omma.
Baekhyun dan Jongin yang sedang membersihkan panti sore itu, segera menghentikan pekerjaan mereka masing-masing dan berlari menghampiri omma yang sudah dianggap omma mereka sendiri karena beliau lah yang merawat,membesarkan, dan selalu ada untuk mereka sejak mereka hadir di dunia ini. Mendekat pada tubuh yang telah mengurus dan sedang terbaring lemas di ranjang tua ommanya.
"ada apa omma? Apa membutuhkan sesuatu?" jongin mendudukkan tubuhnya di samping omma.
Omma hanya tersenyum, menggerakkan tangannya menuju kepala jongin, membelainya dengan lembut. Menggerakkan tangannya yang lain untuk memanggil baekhyun untuk mendekat kepadanya juga. "kemarilah di samping omma." Baekhyun seakan gellisah, berjalan perlahan duduk di samping omma.
"omma, wae? Apa omma lapar? Atau ingin minum?" baekhyun tidak tahu, tapi dia sangat gelisah saat itu.
Omma hanya menggeleng pelan, mengelus puncak kepala baekhyun dan jongin bersamaan. "jonginnie, baekhyunnie. Kalian sudah besar. Rasanya seperti kemarin omma menggendong kalian di pelukan omma. Hanya kalian yang omma punya. Terima kasih. Terima kasih karena mau menemani omma. Omma tahu kalian selama ini sengaja tidak mau diasuh oleh keluarga lain karena tidak ingin berpisah satu sama lain. sebenarnya omma tidak sepenuhnya marah pada kalian saat kalian lari di waktu ada orang tua yang ingin mengasuh kalian, karena omma merasa lega, ada yang menemani omma di sini. omma tidak tahu apa yang akan terjadi pada omma jika tidak ada kalian di sini. uhuk!"
"omma! Sudahlah omma. Omma tidur saja. Nanti omma batuk lagi." ujar jongin khawatir sambil memberikan segelas pada omma.
"tidak, jonginnie. Omma takut kalau omma tidur, omaa tidak bisa melihat kalian lagi."
"omma! Jangan berkata seperti itu! Omma ini bilang apa? Berhentilah berkata yang tidak-tidak." Baekhyun seperti menahan tangis
"baekhyunnie sayang. Kau sudah dewasa sekarang. Sudah pintar memasak dan mencuci sendiri. Kau harus membantu jongin, ne?"
"omma..." rasa gelisah semakin menjalar di hati baekhyun
"jonginnie.. uhuk..! kau juga sudah besar dan dewasa. Tolong jaga baekhyunnie. dia meskipun lebih tua dari mu, tapi dia adalah namja yang lembut. Tolong, jaga dia untuk omma, ne?"
"arasso omma. Jongin janji. Tapi omma sekarang istirahat dulu ne?" jongin awalnya yang biasa, sekarang menjadi ikut gelisah karena perkataan omma.
Omma hanya tersenyum. "kalian berdua harus janji pada omma, apapun yang terjadi, kalian harus saling melindungi, harus ada satu sama lain. ada omma ataupun tidak ada, kalian harus saling menyayangi"
Jongin dan baekhyun sudah tidak dapat menahan tangisnya lagi. mereka takut apa yang ada di pikiran mereka sekarang, akan terjadi pada omma yang sangat disyangi mereka.
"uhuk.! Dengan begini omma lega. Dan bisa pergi tanpa hati yang terbebani."
"omma! Berhentilah berkata yang aneh-aneh!" jonginsudah tidak tahan lagi.
"omma mengantuk. Omma mau tidur dulu, ne? saat omma tidur, tolong ingat selalu pesan sangat menyayangi kalian" Itulah pesan terakhir omma saat kemudian menutup kedua matanya dan menghembuskan nafas terakhirnya.
"omma! Omma! Omma! Omma! Jangan tinggalkan baekhyunnie dan jonginnie omaaa! Bangunlah.."
Andai saja teriakan baekhyun masih bisa di dengar omma...
Bucheon, 2010
CLAP. CLAP. CLAP
Terdengar suara riuh tepuk tangan di sebuah taman di tengah kota Bucheon yang memang saat ini sedang ramai, mengingat hari ini adalah sore hari di hari valentine. Banyak pasangan berlalu lalang untuk menghabiskan waktu bersama hingga malam nanti. Telihat Jongin sedang membungkukkan badannya sambil mengucapkan terima kasih pada penonton-penontonnya yang sedang memberinya uang atas penampilan dancenya di sebuah kotak yang memang dipersiapkan olehnya. Setelah mengambil kotak tersebut namja tan yanng terlihat dibanjiri peluh di sekujur tubuhnya menghampiri sahabatnya yang juga terlihat sangat sibuk melayani para pembeli yang membeli gelang kayu hasil karya tangannya sendiri. Seulas senyum terukir di wajah Jongin melihat sahabat yang amat disayanginya itu kebingungan karena banyaknya pembeli yang mengelilingi lapak miliknya yang digelar di taman kota Bucheon itu.
"sepertinya ada yang sibuk, eoh?" ujar Jongin menggoda sahabatnya.
"jonginnie! Kemarilah!." Baekhyun senang melihat sahabatnya datang menghampirinya seraya memberikan uang kembalian pada pembelinya dan membungkuk mengucapkan terima kasih.
"apa masih lama,eum?" Jongin menghampiri baekhyun dan mengecup pipinya sekilas.
"jonginnie! Hentikan! Kau bau keringat! Tidak, barusan adalah pembeli terakhir. Gelang-gelang kayu ku sudah habis terjual hari ini. Banyak pasangan yang membeli untuk digunakan sebagai gelang couple." Ucap baekhyun tersenyum senang sambil mengelap pipinya yang terkena keringat dari jongin.
"baiklah, ayo kita pulang." Jongin mencium pipi baekhyun lagi. tidak mempedulikan baekhyun yang cemberut karena ulah jongin.
"berhentilah menciumku. Nanti pipiku bau keringatmu." Baekhyun menjauhkan wajah jongin dari wajahnya.
"sirheo. Biarkan aku mencium baekhyunnie ku..." jongin terus mencoba mendekatkan wajahnya pada baekhyun.
"awwww.. kalian ini mesra sekali. Membuat ajumma rindu pada suami ajumma di rumah." Sebuah suara menghentikan kegiatan mereka. Baekhyun dan jongin menolehkan kepala mereka ke asal suara , ternyata ajumma yang berjualan ddobokie di sebelah lapak milik baekhyun.
"Shin ajjumma. Mianhe. Jongin daritadi menggangguku." Baekhyun merasa tidak enak pada Shin ajumma yang sudah mereka kenal sejak mereka membuka lapak di taman kota Bucheon itu.
"ah, sudahlah baekhyun-ah! Cepatlah kau bereskan itu lapakmu. Sepertinya Jonginmu sudah tidak sabar ingin pulang ke rumah untuk menghabiskan malam valentine bersama denganmu." Shin ajumma terus menggoda kedua namja ini. Membuat pipi baekhyun bersemu merah mendengarnya. Jongin hanya terkekeh mengangguk-angguk mengiyakan perkataan Shin ajumma tadi.
Setelah membersihkan lapaknya, baekhyun dan jongin berjalan pulang menuju apartemen kecil milik mereka berdua. Ya, apartemen. Mereka tidak lagi tinggal di panti asuhan omma. Mereka telah menjualnya karena mereka sangat butuh uang untuk sekolah mereka. Mereka terpaksa melakukannya karena sudah tidak ada donatur yang mau membiayai panti asuhan mereka lagi. dan untuk makan sehari-hari mereka dapatkan dari membuka lapak gelang kayu buatan tangan baekhyun dan karena bakat jongin adalah menari, dia menemani baekhyun berjualan sambil menari dan mendapatkan uang dari orang-orang yang berlalu lalang dan tertarik pada tarian jongin. Dia bahkan meiliki beberapa penggemar sekarang, selain tariannya yang sangat bagus, walaupun dia masih di bangku sekolah menengah pertama wajahnya yang amat tampan itu lah yang mampu membuat beberapa yeoja selalu datang tiap sore hanya untuk melihat Jongin tampil di taman kota.
"baekhyunnie, aku ingin makan pasta hari ini. Masakkan untukku, ne?" di tengah perjalanan menuju apartment mereka jongin tiba-tiba berkata.
"Pasta kan mahal jonginnie." Ujar baekhyun
"sekali ini saja. Please. Ini kan hari valentine baekyunnie. Lagipula tadi aku dapat uang banyak dari menari. Pakai saja uangku itu. Ya?" mohon jongin pada baekhyun
Baekhyun paling tidak bisa kalau sudah melihat jongin begini. Dia pun mengalah. "baiklah jonginnie. Tidak perlu pakai uangmu. Uangku hasil dari penjualan hari ini lebih dari targetku, aku akan membuatkan pasta dengan uang ini. Anggaplah ini sebagai hadiah valentine ku untukmu." Ucap baekhyun sambil tersenyum
"jinjja? Jongin sayang baekhyunnie." Ujar jongin seraya tersenyum dan menarik baekhyun ke dalam dekapannya.
"eum. Baekhyunnie juga sayang jonginnie." Gumam baekhyun dan tersenyum dalam dekapan jongin
"baekhyunnie ingin apa dari ku? Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan." Tidak mempedulikan sedang berada di mana, mereka tetap dalam posisi mereka yang berpelukan.
Baekhyun tersenyum. "baekhyun ingin jongin selalu ada untuk baekhyun apapun yang terjadi jangan pernah tinggalkan baekhyun, karena hanya jongin yang baekhyun punya di dunia ini."
Jongin terkekeh dan kemudian menyentil kepala baekhyun " tanpa kau beri tahu pun aku tidak akan meninggalkan baekhyun sendirian." Jongin mencium puncak kepala baekhyun dengan sayang.
"kajja. Aku tidak sabar sampai rumah. Melihatmu memasak, memakan masakanmu, dan kemudian kita akan berpelukan di ranjang sampai besok. Kalau perlu, kita tidak perlu pergi ke sekolah besok." Jongin tertawa dan kemudian berlari, melepaskan pelukannya dengan baekhyun, tahu bahwa baekhyun akan marah karena perkataannya.
"YAH! Coba saja kau berani membolos Jongin bodoh!" teriak baekhyun sembari mengejar jongin di tengah jalanan gang sepi di pelosok Kota Bucheon
Bucheon, 2013
Sirak Senior High School
"baiklah anak-anak. Kalian akan mendapatkan teman baru di kelas ini. Dia adalah pindahan dari Seoul." Ahn songsaenim mengumumkan berita bahwa ada murid baru dari Seoul, dan mendengar kata Seoul, kelas itu langsung menjadi ramai oleh teriakan senang para murid, karena jarang sekali ada anak seoul yang mau bersekolah di daerah kecil seperti Bucheon ini.
"namja atau yeoja, saem? Aku harap dia yeoja yang cantik. Yeoja seoul kan sangat cantik-cantik. Semoga dia mirip Suzy atau sexy seperti hyuna?" suara kelas semakin gaduh, karena mereka sangat penasaran oleh murid pindahan dari seoul ini.
Brakk. Brakk. Brakk. Terdengar gebrakan meja yang dibuat oleh ahn Songsaenim untuk menenangkan para muridnya yang terlampau antusias.
"Tenanglah! Kalian akan tahu sebentar lagi. masuklah,nak!"
Suara pintu terbuka, dan menampilkan sosok jangkung mungkin terlampau jangkung untuk ukuran anak SMA biasa, dengan rambut cepaknya, juga senyuman yang sangat lebar memasuki kelas itu.
Dan bisa ditebak, bahwa para namja di kelas kecewa karena angan mereka bertemu yeoja seoul kandas sudah tetapi bisa didengar lengkingan antusias para yeoja yang melihat sosok sempurna murid baru itu.
"perkenalkan dirimu." Ujar Ahn songsaenim
"anyeonghaseyo. Park Chanyeol imnida. Panggil Chanyeol saja. Aku datang jauh dari Seoul dan ke Bucheon ini berharap untuk mencari cinta ." Suara teriakan para yeoja makin menjadi setelah mendengar perkenalan dengan suara bass dari namja murid baru itu. Tapi muurid baru itu hanya tersenyum lebar, memamerkan giginya yang sangat sempurna itu.
"sudah!sudah!" Ahn songsaenim menghentikan kehebohan murid yeojanya di kelas itu.
"baiklah chanyeol-ah. Kau boleh duduk di..umm.. di sana! Karena bangku yang tersisa hanya di sana. Di samping baekhyun. Baekhyun, acungkan tanganmu." Namja yang sedari tadi menunduk dan seakan tidak peduli pada kehebohan yang terjadi di kelasnya itu akhirnya menolehkan pandangannya ke depan, dan dengan segan mengacungkan tangannya. Chanyeol dengan masih tetap tersenyum langsung berjalan ke arah bangkunya.
"nah, chanyeol-ah. Mulai sekarang kalau ada apa-apa kau boleh tanya ?!" ucap Ahn songsaenim
"NE, saem!" ujar chanyeol mengangguk mantap. Masih tersenyum.
Ekspresi gelisah nampak di raut wajah Chanyeol. Penjelasan Ahn songsaenim tentang formula-formula tenses pada kalimat bahasa Inggris tak dihiraukan oleh namja jangkung itu. Pikirannya fokus pada namja imut di sebelahnya yang tengah sibuk mencatat dengan serius apa yang Ahn songsaenim jelaskan di depan. Sungguh chanyeol tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia tertarik dengan sosok imut di sampingnya itu. Saat ahn songsaenim tadi menyuruhnya untuk duduk di samping namja imut ini ada perasaan aneh di dalam dadanya. Sepertinya harapannya untuk mendapatkan cinta di Bucheon bisa terkabul. Sesekali diliriknya namja imut di sampingnya yang sejak tadi tidak sekalipun tersenyum padanya itu. Jangnakan tersenyum, melirik saja tidak. Padahal selama ini belum pernah ada orang yang bisa menolak pesonanya. Untuk ke 9 kalinya sejak dia berada di kelas itu, chanyeol meliirik arloji di pergelangan tangan kirinya, menanti saat istirahat tiba. Dia ingin sekali untuk cepat berkenalan dengan namja imut ini. Meskipun dia sebenarnya sudah tahu namanya, karena Ahn songsaenim sudah menyebutnya saat dia menyuruh chanyeol untuk duduk di sebelahnya tadi. Chanyeol memainkan bolpoint di jarum jam di arlojinya lagi. Dan saat itu juga terdengar bel tanda istirahat berbunyi. Chanyeol menghela nafas lega. 'akhirnya' . Setelah membereskan bukunya ke dalam laci, langsung ditolehkannya kepalanya ke arah namja mungil dan imut yang nampak sibuk memasukkan buku-buku nya ke dalam laci.
"anyeo —"
"kyaaaaa! Chanyeol! Chanyeol!" belum sempat Chanyeol menyelesaikan menyapa baekhyun, suara teriakan para yeoja yang berteriak mendekat ke meja Chanyeol meminta untuk berkenalan dengannya menggagalkan rencananya untuk berbincang dengan teman sebangkunya yang imut itu. Saat para yeoja itu sibuk menyebutkan namanya masing-masing agar dikenal oleh chanyeol, baekhyun sudah pergi dari mejanya keluar kelas dan menuju ke tempat yang hanya Tuhan yang tahu. Chanyeol mendongakkan kepalanya mencari sosok mungil itu, tapi sosok itu sudah tidak kelihatan. 'damn it!" umpatnya dalam hati.
Chanyeol pamit ke toilet pada para yeoja yang tak hentinya mengajak Chanyeol mengobrol di mejanya. Sebenarnya dia tidak ingin ke kamar kecil, tapi dia ingin mengistirahatkan telinganya dari lengkingan para yeoja-yeoja berisik itu. Terdengar sorak kecewa dari para yeoja itu tapi mau bagaimana lagi, mereka tidak akan bisa mengikuti chanyeol ke toilet pria kan? Dengan segera Chanyeol melesat pergi dari kelas, menuju ke arah toilet. Sesekali diedarkan pandangannya ke sekeliling, barangkali dia bisa bertemu dengan baekhyun. 'kemana dia?'batinnya.
Chanyeol memutuskan untuk ke toilet saja, berpikir untuk mencuci wajahnya. Ditelusurinya lorong sekolah yang masih asing baginya itu, berniat untuk mencari kamar kecil. Dan akhirnya ditemukan juga toilet itu yang kemudian segera dia masuki. Saat membuka pintu kamar kecil itu, Chanyeol menemukan dia di sana. Dia, namja mungil yang sekarang menjadi teman sebnagkunya di kelas. Namja mungil itu tampak keluar dari salah satu bilik toilet, dan kemudian menuju wastafel berniat untuk mencuci tangannya. Chanyeol memperhatikan gerak-gerak teman sebangkunya itu dan memutuskan untuk menyapanya.
"hey.." sapa chanyeol dengan senyum mengembang
"..." tidak ada sahutan dari namja mungil itu. Chanyeol mengeritukan keningnya. 'mungkin dia tidak sadar aku memanggilnya.'
"..hey. kau ke mana tadi? Aku mencarimu." Ujar chanyeol mencoba memulai percakapan
"..." namja mungil itu masih sibuk mencuci tanganyya di wastafel
"hey, baekhyun." Baru saat dipanggil namanya oleh sebuah suara bass itu baekhyun menolehkan kepalanya ke asal suara. Tapi masih tetap tak mengeluarkan sepatah katapun.
"ini aku." Ucap chanyeol padanya membuat kening si namja mungil berkerut.
"aku Park Chanyeol. Murid baru di kelasmu yang duduk di sebelahmu. Kau tak ingat?" ujar chanyeol sembari menunjuk dirinya sendiri dnegan telunjuk tangannya.
Kerutan di kening baekhyun menghilang. 'ah,sepertinya dia sudah ingat.' Batin chanyeol senang. Baekhyun kembali mengalihkan pandanngannya ke arah kran wastafel, dan kemudian mematikan kran itu.
"meskipun aku sudah tahu namamu, dan mungkin kau sudah tahu namaku. kita belum berkenalan dengan benar tadi. Halo, aku Park Chanyeol." Chanyeol memberikan tangannya untuk disalami baekhyun.
Baekhyun mengambil beberapa lembar tissue yang memang disediakan di sebelah wastafel untuk mengeringkan tangannya dan setelahnya membuang ke tempat sedikit badannya pada chanyeol, meraih kenop pintu toilet itu dan kemudian pergi dari sana, meninggalkan chanyeol di sana sendirian yang sedang menatap miris tangannya yang tersodor tanpa disentuh sedikitpun oleh baekhyun.
Sudah seminggu berlalu sejak kepindahan Chanyeol ke sekolah Baekhyun. Chanyeol masih berusaha untuk mendekati baekhyun, tidak, itu harapan yang terlalu tinggi baginya, chanyeol berusaha membuat baekhyun bicara padanya. Dan, sampai saat ini, tak sepatah katapun keluar dari bibir tipis milik sang namja imut itu. Jangan kan bicara, seulas senyum saja tak pernah tampak di sana. Awalnya chanyeol mengira, bahwa baekhyun hanya tidak mau berinteraksi dengannya, tapi setelah dia amati (ya. Chanyeol mengamati baekhyun), baekhyun bahkan tidak berinteraksi dengan seluruh teman sekelas, kata-kata akan keluar dari bibirnya hanya jika songsaenim memintanya menjawab pertanyaan, itupun hanya seperlunya saja. Perasaan heran dan penasaran semakin membuncah dalam pikiran Chanyeol. Dan setelah seminggu ini chanyeol memperhatikan baekhyun, dia sudah hampir hafal dengan kebiasaan-kebiasaan baekhyun.
Di saat chanyeol sedang sibuk dengan pikirannya, dia mendengar suara kursi digeser disebelah bangkunya menandakan pemiliknya telah datang. Baekhyun mendudukkan tubuhnya di bangkunya, meletakkan tasnya di bawah laci setelah mengeluarkan sekotak susu strawberry, beberapa buku dan alat tulis yang diperlukan untuk pelajaran pertama hari itu dan juga sebuah walkman dan headset. dan kemudian, dia akan mulai membaca ulang pelajaran minggu kemarin sambil meminum susu strawberry yang telah dibawanya sambil mendengarkan lagu lewat walkman yang dibawanya. Iya, walkman. Alat pemutar kaset tape. Inilah yang membuat keheranan chanyeol semakin mendalam. Anak SMA mendengarkan lagu lewat , ayolah ini 2013, siapa di dunia ini yang masih mendengarkan lagu lewat sebuah walkman. Dan jika chanyeol perhatikan, walkman yang dimiliki baekhyun itu sangatlah usang, terlihat sudah sangat tua. 'apa dia tidak punya ponsel yang bisa memutar lagu?' pikir chanyeol. ah, ngomong-ngomong soal ponsel, chanyeol tak pernah sekalipun melihat baekhyun mengeluarkan ponselnya.
Chanyeol terus memperhatikan baekhyun yang mempelajari catatannya sendiri sambil meminum susu strawberry nya. 'serius sekali. Sangat imut. Andai saja dia mau berbicara apa yang terjadi baekhyun?' pikiran chanyeol terhenti saat melihat baekhyun berdiri dan melangkah ke arah pintu kelas. 'ah, sudah habis rupanya susu strawberry nya.' Chanyeol tersenyum terus mengikuti arah gerak baekhyun, tidak bisa mengalihkan pandangannya kearah lain, karena jika ia mengalihkan pandangannya, dia akan melewatkan ekspresi lucu yang dibuat baekhyun selama 3 detik saat membuang kotak susunya ke tempat sampah. Ya, 3 detik. Baekhyun akan sedikit mem-poutkan bibirnya, seakan tak mau berpisah dengan susu favoritnya. Dan setelah itu, dia akan kembali ke wajah tanpa ekspresinya. Dan chanyeol tidak mau melewatkan 3 detik yang berharga itu sedikitpun.
Setelah baekhyun kembali ke bangkunya, chanyeol segera merogoh saku blazer seragamnya mencari sesuatu. Setelah menemukannya, dia memberikan benda itu pada baekhyun.
"baekhyun-ah. Ini untukmu." Disodorkannya permen lollipop susu strawberry pada baekhyun. Tentu saja sambil tersenyum ceria.
Baekhyun terdiam dan hanya melirik permen di tangan chanyeol. seperti berpikir sesuatu. Dan kemudian dia kembali membuka buku catatanya, tidak menghiraukan tawaran permen dari chanyeol. chanyeol tersenyum seakan tahu bahwa hal itu akan terjadi. Diletakkannya permen lolli itu di laci baekhyun.
"aku letakkan di sini. makanlah saat aku tak ada jika kau malu." Setelah berkata begitu, chanyeol juga mulai membuka buku catatannya sendiri.
"baekhyun-ah Ahn songsaenim menyuruhku mengantarkan formulir ini ke ruangan klub. Tapi aku tak tahu dimana ruangannya. Kau mengantarkanku kan? Ne? Ne? please." Sebenarnya chanyeol tahu di mana ruangan itu berada tapi seperti biasanya dia masih berusaha untuk mendekati baekhyun.
Dan seperti biasanya juga. Tak ada satu katapun yang keluar dari bibir tipis itu. Si pemilik bibir tipis dan mungil itu mencopot headset dari telinga nya dan pergi meninggalkan kelas. Chanyeol lagi-lagi menghelas nafas, mengambil permen lolli susu strawberry dari sakunya dan meletakkannya di laci baekhyun. ini sudah sebulan sejak kepindahan chanyeol ke sekolah ini, tapi teman sebangkunya itu masih belum mau berbicara dengannya. Awalnya Chanyeol ingin menyerah saja, tapi mengetahui permen lolli pemberiannya selalu tidak ada saat chanyeol mengeceknya, berarti baekhyun masih menghargai pemberiannnya. 'Semoga saja dimakan, dan tidak dibuang'harap chanyeol.
"sudahlah chanyeol-ah. Hentikan usahamu mendekati baekhyun." chanyeol mendongakkan kepalanya ke asal suara. Chanhee, teman sekelasnya.
"mwo?" chanyeol bingung
"aku tahu. Kita di kelas ini semua tahu. Kau mendekati baekhyun kan?" ujar Chanhee lagi
"hehehe. Bagaimana kalian bisa tahu?" chanyeol terkekeh, sedikit rona merah terpatri diwajahnya
"kami tahu kau selalu memberi dia permen setiap hari. Tapi sudahlah chanyeol-ah. Tidak akan ada orang yanng bisa meluluhkan hati es baekhyun. jika pun ada, aku akan bersujud hormat pada orang itu." Chanhee terus berujar
"bagaimana kau bisa seyakin itu?" chanyeol mengernyitkan keningnya.
"jangan kau pikir kami semua di kelas ini tidak pernah mengajaknya bicara. Kami semua pernah mencobanya. Apalagi dia sangat akan lebih imut kalau tersenyum." Chanhee terkekeh yang kemudian mendapat tatap sinis dari chanyeol.
"ahahaha. Tenang saja chanyeol-ah. Aku tidak akan mengambilnya. Apa kau tahu Wufan sunbae?" chanyeol menggelengkan kepalanya
"siapa dia?" tanya chanyeol pada teman sekelasnya itu
"dia itu sunbae kita. Anak kelas 3-2. Dia adalah kapten basket di sekolah ini. Sangat tampan. Seluruh yeoja centil di sini memujanya. Dan kau tahu? Dia menyukai baekhyun. dia bahkan telah menembak baekhyun waktu kelas 1 dulu. Dan apa kau tahu jawaban baekhyun?" chanhee mendekatkan wajahnya pada chanyeol.
"mwo?" chanyeol melebarkan matanya penasaran
"baekhyun tidak menjawabnya. Dia hanya membungkukkan kemudian pergi begitu saja." Mata chanhee menerawang, mengingat kejadian saat itu. Dan kemudian menggelengkan kepalanya.
"jadi kau sudah paham chanyeol-ah? Berhenti berusaha mendekati baekhyun atau kau akan menyesal nanti."
Chanyeol diam.
Bucheon, 2013, May 6
Hari ini adalah hari ulang tahun Baekhyun. Chanyeol tahu. Yah, dia memiliki caranya sendiri untuk mendapatkan info tentang hari ulang tahun baekhyun. Dia sangat berterima kasih pada wajah tampannya karena sedikit wink pada penjaga tata usaha di sekolahnya membantunya mendapatkan info itu.
Tersenyum riang sambil menenteng tas jinjing kertas merah jambu, chanyeol berjalan menuju sekolahnya. Dia akan memberikan tas jinjing merah jambu yang berisi sweater bermotif strawberry sebagai kado untuk baekhyun di hari ulang tahunnya ini. 'dia pasti suka.' Mengingat baekhyun sangat suka pada buah manis berwarna merah itu. Dan Chanyeol juga berniat untuk menyatakan perasaannya pada Baekhyun hari ini. Chanyeol sudah memikirkan dengan serius tentang hal ini, dia juga sudah memikirkan soal perkataan Chanhee temmpo hari. Tapi dia tak peduli. Dia sangat menyukai Baekhyun. dia akan menyatakan perasaannya apapun yang terjadi. dia tahu betul bahwa baekhyun tak mungkin membalas perasaannya, tapi dia hanya ingin baekhyun tahu apa yang dirasakannya pada baekhyun sangat tulus.
Melirik tas jinjing merah jambu di tangannya, menarik nafas sejenak, kemudian tersenyum, chanyeol memasuki gerbang sekolahnya. 'bantu aku Tuhan' doanya dalam hati.
Pelajaran berlangsung seperti biasa, dengan baekhyun yang menulis catatan dengan wajah serius dan chanyeol yang sedang gelisah menentukan waktu yang tepat kapan dia akan memberikan hadiah yang telah dipersiapkannya untuk Baekhyun.
Akhirnya pada saat bel yanng menandakan pelajaran hari itu berakhir berdentang, saat semua siswa sibuk membereskan buku-buku nya ke dalam tas, chanyeol memutuskan untuk memberikan kadonya untuk baekhyun.
"Baekhyun-ah." Chanyeol memanggil baekhyun dengan suara bassnya. Yang dipanggil namanya hanya sibuk memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, seakan tak mendengar ada orang yang memanggilnya, padahal seluruh penghuni kelas saja mendengarnya yang membuuat mereka semua menolehkan pandangan mereka ke arah Chanyeol dan baekhyun.
"saengil chukae." Ujar chanyeol sembari memberikan tas jinjing merah muda itu pada baekhyun.
Baekhyun menghentikan sejenak kegiatannya membereskan bukunya, dan melirik pada tas jinjing merah muda itu seakan berpikir haruskah dia menerimanya. Tetapi beberapa detik kemudian dia melanjutkan lagi kegiatannya yang sempat tertunda tadi. Seluruh mata masih tertuju pada mereka berdua. Setelah selesai membereskan bukunya, baekhyun memakai tasnya dan berlalu berniat meninggalkan Chanyeol dan seluruh penghuni kelas yang masih setia menonton adegan antara Chanyeol dan dirinya.
Saat baekhyun sudah mendekati pintu kelas.
"tunggu sebentar baekhyun-ah." Kata-kata chanyeol itu membuat baekhyun menghentikan langkahnya, tapi dia tidak menolehkan pandangannya pada chanyeol.
"aku menyukaimu." Ucap Chanyeol mantap
"mau kah kau jadi kekasihku?" lanjutnya
Suara siulan para murid namja dan pekikan syok murid yeoja dikelas itu terdengar gaduh. Chanyeol memandang punggung itu dari belakang, berharap baekhyun menoleh dan menjawab pernyataannya. Penolakan sekalipun dia akan terima, asal dia bisa mendengar suara baekhyun untuknya. tapi sepertinya dewi fortuna tidak berpihak pada Chanyeol saat itu, karena namja mungil itu melenggang pergi keluar kelas.
Chanyeol menunduk lesu.
"sudahlah chanyeollie. Itu semua akan percuma." Suara yeoja menghampiri Chanyeol. chanyeol lupa siapa namanya. Ye ling, Hee Jin, Yoo Rin entahlah. Chanyeol juga tak peduli.
Chanyeol menolehkan kepalanya pada yeoja itu.
"dia itu aneh. Mengapa kau mengejarnya terus? Jauhilah dia. Namja aneh seperti dia tidak pantas kau sukai. Bagaimana kalau kau denganku saja, eum?" Ujar yeoja itu mendekatkan tubuhnya pada chanyeol.
"bukan urusanmu." Chanyeol menepis Yeoja itu, mengambil tas ranselnya dan tas jinjing merah jambu yang belum sempat disentuh oleh baekhyun tadi, kemudian berlari keluar. Mengejar baekhyun.
-TBC-
A/N : part dua nya udah siap kok. Tapi RCL dulu yang ini boleh dong. please. ^^;